Part 8 : She's Strong Woman

581 53 0
                                    

Bismillah

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

Humaira membuka matanya perlahan, dan mengedipkannya beberapa kali, berusaha menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke netranya. Dia memegang kepalanya yang masih terasa berat kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan bercat putih itu.

"Aira." Suara itu mengalihkan fokusnya. Matanya langsung tertuju pada seseorang yang sudah duduk di sampingnya, sejak belasan menit yang lalu.

"Kak Yazid?" panggil Humaira dengan suara pelan, memastikan matanya tak salah lihat.

Yazıda tersenyum melihat wanita itu sudah sadar, sekaligus bahagia karena Humaira memanggil namanya untuk yang pertama kali.

"Akhirnya kamu bangun juga, Ai," sahutnya bernapas lega.

"Aku di rumah sakit, Kak?" tanya Humaira setelah mengenali tempat itu. Dia mencoba bangun, namun tidak bisa karena denyutan di kepala masih terasa.

"Iya. Tadi kamu pingsan, makanya aku bawa ke sini. Salwa baru aja keluar. Bunda sama Ayah juga nungguin kamu dari tadi, tapi mereka izin pulang lebih dulu karena ada urusan," jelas Yazid.

"Masih pusing?"

Humaira mengangguk setelah menyenderkan kepalanya di bantal. "Sedikit," jawabnya pelan. "Aku jadi nggak enak sama mereka."

"Siapa?"

"Ayah, Bunda, Salwa."

"Jangan bilang kayak gitu, Ai. Mereka adalah keluarga kamu sekarang. Jadi wajar kalau mereka khawatir," tutur Yazid. "Ya sudah, sekarang makan dulu ya. Dari semalam kamu belum makan." Yazid mengambil makanan yang sudah tersedia di atas nakas dan siap menyuapi istrinya.

"Biar aku aja, Kak," tolak Humaira hendak mengambil makanan dari tangan Yazid, tapi laki-laki itu menggeleng.

"Aaaa," suruh Yazid agar Humaira membuka mulutnya.

"Kak ..."

"Ai, aaaa!" ulang Yazid mendekatkan makanan itu ke mulut Humaira. Setelah beberapa detik berpikir, gadis itu akhirnya membuka mulutnya. Hal itu membuat Yazid tersenyum. Dia semakin bersemangat untuk menyuapi istrinya sampai makanan itu tinggal setengah.

"Setelah ini, kita pulang ya. Istirahatnya di rumah aja," kata Yazid setelah meletakkan wadah makanan tadi ke tempatnya semula.

Humaira mengangguk sebagai tanda setuju. Dia juga tidak ingin berlama-lama di tempat ini. Humaira tidak suka rumah sakit, dan dia tidak suka melihat orang lain sakit, meskipun pada akhirnya dia juga akan menjadi penghuni tempat ini. Nanti.

***

"Ini rumah siapa, Kak?" tanya Humaira setelah memerhatikan bangunan di depannya.

Bangunan indah dengan desain yang modern tapi tetap terlihat sederhana. Di sekitarnya terdapat beberapa tanaman yang ditata sedemikian rupa dengan lahan yang cukup luas di bagian sudut kanan. Cocok untuk dirinya yang suka bertanam berbagai jenis tumbuhan.

"Gimana? Kamu suka?" tanya Yazid yang baru turun dari mobilnya.

Humaira mengangguk cepat. "Suka. Tapi ini rumahnya siapa?"

"Ini rumah kita, Ai," jawab Yazid berjalan ke pintu, diikuti Humaira di belakangnya. Humaira sempat terkesiap ketika melihat bagian dalam rumah itu, sungguh di luar dugaan.

"Selamat datang, Aira," ucap Yazid setelah mereka tiba di ruang tamu. "Semoga kamu betah ya."

Humaira tidak merespon perkataan Yazid tadi karena sedang fokus mengitari setiap sudut di rumah itu. Bukan karena apa-apa, Humaira hanya takjub dengan desain rumah itu. Sangat mirip dengan rumahnya, hanya saja desain rumah ini lebih bagus daripada rumahnya. Sejak dulu, Humaira pernah bermimpi untuk bisa mempunyai rumah seperti ini. Akhirnya, Allah mengabulkannya.a

Surgaku Kamu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang