Part 38 : Terungkapnya Alasan

434 42 5
                                    

Bismillah

Assalamu'alaikum 👋
Akhirnya bisa menyapa kembali :) semoga sehat selalu yaa

~ Happy Reading ~

"Pa, Mai pengin deh jadi bintang yang itu," tunjuk anak perempuan yang memakai baju tidur bergambar kartun beruang. Diperkirakan umurnya baru memasuki tahun kesembilan.

Sang papa yang sedang menemani putrinya di balkon kamar pun ikut melihat objek yang ditunjuk oleh anak itu. "Kenapa Mai pengin jadi bintang yang itu? Kenapa nggak bulan aja, kan sinarnya lebih terang?"

Anak kecil itu mengetuk dagunya pelan, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Karena, Mai selalu bahagia kalau lihat bintang kayak gitu. Jadi, Maira ingin jadi seperti bintang itu agar Mai bisa buat orang lain bahagia, Pa. Kalau bulan, kayaknya kebesaran. Maira, kan, masih kecil." Kekehan kecil terdengar dari bibir tipisnya.

Mendengar ocehan putrinya, membuat sang papa tersenyum lebar. Tangan hangatnya lantas mengusap lembut kepala anak perempuan itu.

"Atau kalau nggak bisa, Maira pengin punya bintang kayak gitu. Bintang yang selalu buat Maira bahagia, kayak Papa," lanjutnya membuat sang Papa semakin terkesima dengan kecerdasan putrinya.

"Bagi Papa, Maira sudah menjadi cahaya yang selalu membawa kebahagiaan untuk banyak orang, untuk Papa. Karena itu, Papa yakin, Allah juga akan kasih Maira bintang yang akan membuat Maira bahagia. Nanti, Maira akan menjadi bintang dalam kehidupan seseorang yang sangat menyayangi Maira."

"Maira belum bisa menjadi cahaya yang membawa kebahagiaan untuk semua orang, Pa," gumamnya setelah mengingat memori belasan tahun silam. Mata sayunya masih memandang sebuah foto di layar handphone. "Makanya sebentar lagi, bintang yang Allah kasih ke Maira, akan menjadi milik orang lain."

"Kebahagiaan Maira, akan menjadi milik kak Alika. Wanita yang lebih pantas untuk menjadi bintangnya Kak Yazid," lanjutnya berusaha menahan sesak yang sudah memenuhi rongga dada. Setelah acara tadi, Humaira memilih untuk menyendiri di kamar. Ia tahu betul, bagaimana kekecewaan keluarganya atas keputusan yang sudah ia buat sendiri.

Karena alasan itulah, ia tengah menikmati indahnya kebesaran Allah melalui pemandangan malam yang begitu menakjubkan. Humaira memilih balkon sebagai tempat penghilang kesedihannya. Melihat taburan bintang membuat hatinya sedikit tenang.

Meskipun denyutan di kepala masih berdenyut dan kejadian yang menimpa Vivi masih berkeliaran di memori, setidaknya Humaira bisa mencari rasa syukur lewat apa yang ia lihat saat ini. Terlebih ketika mengingat kenangannya bersama sang Papa, membuat hatinya jadi sedikit bahagia.

Namun sayang, secuil kebahagiaan itu  sirna ketika mengingat kembali keputusan yang sudah ia buat beberapa saat yang lalu. Keputusannya untuk menyetujui Yazid, salah satu sumber kebahagiaannya untuk bersama dengan orang lain. Rasa bersalah itu semakin terasa ketika Humaira membuka galeri di handphonenya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Surgaku Kamu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang