Bismillah
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
"Pakai yang mana ya?" bingung Humaira membolak-balikkan pakaian yang ada di lemari, mencobanya dan meletakkannya kembali karena merasa tidak cocok. Sudah belasan menit, gadis itu belum juga menemukan baju yang menurutnya pas untuk dipakai.
Sebenarnya, pakaian yang ada di lemari itu lumayan banyak. Hanya saja, gadis itu ingin memakai pakaian yang berbeda dari biasanya. Kalau hari-hari sebelumnya dia memakai pakaian apapun asalkan menutup aurat sudah cukup, tapi entah kenapa malam ini dia merasa harus berpenampilan berbeda.
"Aira? Boleh masuk nggak?" panggil Yazid dari depan pintu. Humaira semakin mempercepat gerakannya untuk mencari sebuah baju pemberian Zahrah, tidak ingin membuat Yazid menunggu terlalu lama. Suaminya itu sudah sangat sabar menunggunya dari tadi.
Akhirnya, setelah mencari dengan sepenuh tenaga, Humaira berhasil menemukan baju yang dicarinya. Gadis itu segera mengambil dan memakainya.
"Aku tunggu di ruang tamu, ya." Suara Yazid kembali terdengar.
"Iya, Kak. Bentar lagi turun kok," balas Humaira sembari memperbaiki jilbabnya. Tanpa menunggu apapun lagi, gadis itu bergegas keluar setelah mengambil tas kecil dan menutup pintu kamar.
"Udah, Kak," ujarnya ketika sudah sampai di tangga terakhir.
Yazid yang sebelumnya sibuk dengan handphone di tangannya langsung menoleh ke sumber suara. Matanya terpaku pada sosok yang sedang berjalan ke arahnya. Gadis dengan balutan gamis warna peach blossom, jilbab panjang warna senada dengan berenda hitam di pinggirnya, sangat serasi dengan wajahnya yang manis. Untuk beberapa saat, laki-laki itu hanya diam tanpa bersuara sedikitpun.
"Kak Yazid?" panggil Humaira ketika melihat laki-laki itu tidak berkedip. "Bajunya nggak bagus ya?" sambungnya lagi. Karena tidak mendapat jawaban, gadis itu beranjak hendak mengganti pakaian.
"Mau kemana?" tanya Yazid yang sudah tersadar dari lamunannya.
"Mau ganti baju."
"Kenapa?" Yazid menahannya.
"Kayaknya ini nggak cocok, Kak."
"Siapa bilang?"
"Dari tadi Kak Yazid diem aja pas aku nanya," protes Humaira menekuk wajahnya. Dia hanya tidak peka dengan sikap Yazid tadi.
Mendengar itu membuat bibir Yazid melengkung indah. "Udah cantik kok, Aira."
"Kakak nggak lagi modusin aku, kan?"
selidik Humaira dengan kening mengerut. Sangat lucu."Nggak Sayang," balas Yazid membuat dada Humaira bergemuruh. "Kita berangkat yuk!" Dia lantas meraih tangan istrinya dan membawanya ke luar.
Sepanjang perjalanan, keduanya hanya diam menikmati pemandangan malam ibukota yang tidak pernah sepi. Sesekali terdengar gerutuan dari gadis di sampingnya karena terjebak macet. Namun Yazid hanya bisa mengelus kepala istrinya itu agar tidak menggerutu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [TERBIT]
Teen Fiction"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...