Part 25 : Satu Permintaan

444 47 2
                                    

Bismillah

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

Laki-laki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang setelah berpamitan dengan keluarganya. Senyumnya belum juga memudar sejak Subuh tadi karena akan bertemu dengan seseorang yang sangat dia rindukan.

Begitu akan menghubungi nomor itu, sebuah panggilan masuk sontak membatalkan niatnya. Keningnya mengerut melihat nama di layar. Meski ragu, dia tetap mengangkat panggilan itu.

"Iya, Ka? Kenapa?"

"Zid, aku boleh minta tolong?"

Tanpa mengakhiri panggilannya, laki-laki itu tetap fokus pada jalan di depannya sembari mengamati setiap sudut jalan. Tanpa sengaja dia menangkap sosok yang terlihat kesusahan di seberang jalan. Setelah memastikan penglihatannya tidak salah, laki-laki yang tidak lain adalah Yazid segera menepikan mobilnya. Berjalan keluar untuk membantu orang itu.

"Lika?" sapanya.

Wanita yang sebelumnya sedang menekan-nekan ban mobilnya lekas menoleh dan langsung berdiri setelah melihat ke arahnya.

"Akhirnya kamu datang juga, Zid. Terima kasih ya."

Yazid mengangguk cepat. "Mobilnya kenapa?"

Alika menggelengkan kepalanya pelan. "Aku juga nggak tau, Zid. Tiba-tiba mogok. Padahal Mama udah nelpon berkali-kali, nyuruh pulang cepat."

Yazid melirik jam tangannya, lima menit lagi azan Magrib. Kalau wanita itu menunggu tukang bengkel datang untuk memperbaiki mobilnya, kemungkinan besar wanita itu akan terlambat sholat. Apalagi mobilnya mogok di tempat yang lumayan sepi kalau malam.

"Aku anterin kamu pulang, nanti mobilnya biar dibawa sama tukang bengkel," putus Yazid setelah sekian lama berpikir.

"Nggak usah, Zid. Nanti aku malah ngerepotin kamu."

"Malah aku yang merasa bersalah kalau ninggalin kamu sendirian di sini. Bentar lagi mau Magrib."

Alika melihat ke arah mobilnya dan berpikir sebentar. "Kamu yakin?" Dia mencoba memastikan.

"Yakin, Ka," balasnya tersenyum tipis.

"Ya sudah kalau begitu. Aku ambil tas dulu ya."

Yazid masuk ke mobil, disusul Alika di belakang. Laki-laki itu langsung tancap gas setelah Alika duduk di kursi belakang. Setelah mengantar wanita ini pulang, dia akan langsung pergi ke rumah. Istrinya itu pasti sudah menunggunya di sana.

Karena sudah pernah ke rumah Alika sebelumnya, Yazid bisa segera sampai sebelum azan Magrib berkumandang. Rupanya takdir ingin mempermainkan dirinya sebentar. Bukannya langsung pulang, Yazid malah diajak masuk oleh Mama Alika yang kebetulan menyambut putrinya dari depan pintu.

Awalnya Yazid ingin menolak permintaan wanita seusia bundanya itu, namun Saras--Mamanya Alika--bersikeras untuk mengajak Yazid masuk, dengan alasan sebagai ungkapan rasa terima kasih karena sudah mengantar putrinya.

"Sebelum makan malam, kita sholat dulu ya. Nak Yazid jadi imam," usul Saras membuat kening Yazid mengerut.

"Ma, Yazid harus pulang karen--"

"Lho, nggak apa-apa. Ibadah itu harus didahulukan dari apapun Sayang. Nak Yazid bisa pulang nanti kan. Bagaimana Nak Yazid? Mama benar kan?" Saras memotong kalimat Alika sebelum menjelaskan lebih lanjut kalau istri laki-laki itu sudah menunggu di rumah.

Surgaku Kamu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang