Bismillah
Assalamu'alaikum 👋Alhamdulillah, bisa update lagi
Terima kasih untuk kalian yang sudah menunggu cerita ini up. Semoga kalian tetap suka ya.~ Happy Reading ~
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
Hembusan angin yang masuk lewat celah jendela semakin terasa dingin ketika menyentuh kulit. Meski sudah membungkus seluruh tubuh dengan selimut tebalnya, tapi hawa malam itu tetap saja membuatnya merinding. Perlahan, ia membuka kelopak mata untuk melihat jam di gawai yang diletakkan di samping bantal. Baru pukul sebelas, kembali ia pejamkan mata.
Beberapa detik kemudian, gadis itu kembali membuka matanya ketika telapak tangan seseorang menyentuh wajahnya. Membuat kehangatan tersendiri di sana. Senyumnya sedikit melebar tatkala melihat pemilik tangan itu.
"Kenapa belum tidur, Kak?"
Detik demi detik berlalu tapi Humaira belum juga mendapat respon atas pertanyaannya tadi. Sosok yang ditanya masih mematung di tempat, menatap lurus ke arahnya dengan ekspresi yang belum bisa diartikan. Dari sorot matanya, Humaira bisa memastikan kalau ada banyak hal yang ingin dikatakan laki-laki itu.
"Kak Yazid kenapa?" tanya Humaira kembali. Kini, gadis itu sudah bangun dari tidurnya. Perlahan, ia melepas tangan kekar itu dan menggenggamnya.
Meskipun sebenarnya, Humaira tahu apa yang membuat laki-laki itu tidak seceria sebelumnya, tapi ia berpura-pura bertanya. Mungkin saja, Yazid akan bercerita tentang perasaannya saat ini.
"Kak?"
Karena tidak mendapat respon setelah menunggu lama, akhirnya Humaira memilih untuk kembali ke posisinya tadi. Tidur dan menutup matanya. Namun, keinginan itu harus terurung saat lengannya ditahan oleh Yazid. Mata keduanya pun bertemu untuk beberapa saat.
"Kakak kenapa?"
"Seharusnya aku yang tanya, Ai. Kamu kenapa?"
Kening Humaira mengerut mendengar pertanyaan itu. "Aku nggak apa-apa, Kak."
"Kamu mencintaiku, kan?" tanya Yazid tiba-tiba.
Bagaimana mungkin aku tidak mencintai seseorang yang sangat menyayangiku, Kak? Tidak ada yang bisa mendefinisikan rasa cintaku pada Kak Yazid. Humaira menjawab dalam hatinya.
"Kenapa bertanya seperti itu?" Humaira memilih mengatakan hal itu.
"Karena aku mencintai kamu, Aira. Aku ingin tau alasan kamu memaksaku untuk menikahi wanita lain? Padahal kamu tau, aku nggak akan pernah bisa melakukan itu."
Humaira menghela napasnya. Ia sudah menduga akan mendapat pertanyaan seperti ini lagi.
"Aku tidak memaksa, Kak. Aku hanya ingin agar Kak Yazid menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Ingat kan kata Ayah, laki-laki sejati adalah dia yang tidak pernah lari dari tanggung jawab."
"Tanggung jawab apa, Aira? Kami dijebak, dan kamu tau itu."
"Ini demi Ayah, Kak. Kakak nggak mau kan, kalau nama keluarga kita tercemar karena sebuah fitnah?"
"Aku bisa membuktikan kebenarannya, Ai. Aku hanya butuh waktu dan kepercayaan kamu. Kita bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus mengambil keputusan ini," ujar Yazid menatap istrinya dengan penuh keyakinan. Ia berharap, Humaira akan menarik semua keputusannya dan tetap mempertahankan hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [TERBIT]
Teen Fiction"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...