Bismillah
✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾
"Diminum dulu tehnya," suruh Yazid memperbaiki posisi jaket tebal yang dikenakan Humaira agar dingin di tubuhnya lekas menghilang. Satu jam yang lalu, dia membawa istrinya ke dalam rumah setelah lumayan lama kehujanan.
Humaira mengukir senyumnya dan mengambil cangkir yang ada di sampingnya. Kehangatan yang berasal dari minuman itu mampu mengurangi suhu dingin di tubuhnya. Dia beranjak dari duduknya dan mengambil sesuatu dari lemari, sebuah jaket yang tebalnya sama dengan yang dia kenakan. Gadis itu langsung memakaikan jaket itu di pundak Yazid.
"Maaf ya, Kak. Gara-gara aku, Kak Yazid jadi ikut kehujanan," sesal Humaira mengeringkan rambut Yazid yang masih basah dengan tangannya.
"Aku maafin, asalkan kamu jawab pertanyaaanku dulu."
"Pertanyaan apa?"
"Kamu habis darimana? Sampai kehujanan kayak tadi?"
Humaira menarik tangannya yang dari tadi berada di kepala Yazid. "Tadi aku ke makam Papa, Kak. Terus tiba-tiba hujan."
"Kenapa nggak berteduh dulu?"
"Udah terlanjur basah," jawabnya berbohong. Matanya tidak berani menatap Yazid, karena laki-laki itu akan langsung mengetahui kalau dia tidak mengatakan yang sejujurnya.
Yazid mengembuskan napas panjang. "Terakhir, kenapa Aira nangis tadi? Apa terjadi sesuatu?"
Humaira tidak langsung menjawab. Kepalanya ia tundukkan ketika mengingat ucapan Arfan tentang penyakit yang dideritanya. Air matanya terasa ingin keluar lagi saat mengetahui kenyataan yang terjadi.
Yazid memperbaiki posisinya agar lebih dekat dengan Humaira. Tangannya sontak mengangkat dagu Humaira agar melihat ke arahnya. "Apa Aira sedang menyembunyikan sesuatu?"
Keteduhan dari iris coklat itu membuat Humaira ingin mengatakan yang sebenarnya, tentang penyakitnya. Tapi suaranya tercekat di tenggorokan. Dia merasa belum siap mengatakan semuanya kepada Yazid. Mengingat sebentar lagi Yazid akan menyelesaikan gelar doktornya, Humaira tidak ingin konsentrasi suaminya terganggu karena harus mengurusi dirinya.
"Aira?" panggil Yazid lagi.
"Itu ..."
Ya Allah, bantu hamba.
Begitu akan mengangkat suara kembali, dering handphone milik Yazid berbunyi. "Sebentar ya, aku angkat telepon dulu."
Humaira menghela napas lega. Setidaknya, panggilan itu bisa mengalihkan pembicaraan mereka dan dia berharap Yazid tidak melanjutkan pertanyaannya lagi.
"Siapa Kak?" tanya Humaira setelah Yazid kembali duduk di dekatnya.
"Telepon dari Bunda."
"Apa katanya?"
"Bunda nyuruh ke rumah, katanya ada sesuatu yang mau diomongin."
Humaira mengangguk paham. Pasti ada sesuatu yang penting, makanya Yulia meminta mereka untuk datang malam-malam begini. "Ya udah, kalau begitu, kita berangkat sekarang Kak."
![](https://img.wattpad.com/cover/296580503-288-k832470.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Surgaku Kamu [TERBIT]
Genç Kurgu"Sungguh menyenangkan bukan, ketika melihat orang lain bahagia? Namun jika kebahagiaanmu yang harus dikorbankan, bagaimana?" ... Tentang Humaira, gadis yang terpaksa dikuatkan oleh keadaan yang selalu menuntutnya untuk ikhlas. Kehilangan demi kehila...