Part 12 : Wishlist

466 51 4
                                    

Bismillah

✾ ꙳٭꙳ ❉ ꙳٭꙳ ✾

"Jangan melihatku seperti itu," ungkap wanita yang duduk di sampingnya tiba-tiba. "Aku tidak akan mengambil Yazid kok," lanjutnya terkekeh kecil, membuat Humaira semakin tercengang. Kedua pupilnya melebar sempurna.

Bagaimana dia bisa tahu? Apa dia cenayang?

Setelah berpikiran seperti itu, wanita tadi menoleh ke arahnya dengan tersenyum. Humaira semakin dibuat bingung.

"Kenalin, aku Cahya Kamila, sahabatnya Yazid." Wanita itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Meskipun ragu, Humaira tetap menerima uluran itu dan mencoba membalas senyumnya. "Humaira."

Wanita yang bernama Cahya itu mengangguk perlahan dan tersenyum ramah. Kini pandangannya sudah kembali fokus ke arah laki-laki yang sedang bermain di ujung sana. "Ternyata, kamu lebih cantik dari yang aku duga," pujinya tanpa menoleh.

"Kak Cahya juga cantik kok," sangkal Humaira merasa tidak nyaman dibilang seperti itu. Baginya, semua wanita di dunia ini cantik. Karena kecantikan itu adalah hal yang relatif, tergantung mata yang memandang.

Cahya mengangguk mengiyakan, masih dengan senyum yang membingkai di wajah manisnya. Diam-diam, Humaira kembali melirik wanita itu. Bulu mata lentik, hidung simetris, mata lebar dengan alis yang juga tebal, serta bibir ranum membuatnya terlihat cantik. Dia tidak yakin kalau Cahya adalah sahabat suaminya.

"Kami bertiga sahabatan sejak masih duduk di kelas dua SMP." Cahya mulai bercerita.

"Bertiga?"

"Iya. Aku, Alika sama Yazid. Persahabatan yang unik bukan?" Wanita itu tertawa kecil dan menoleh ke samping. Humaira menjawabnya dengan senyuman. "Awalnya kami cuma tetanggaan, tapi karena sering berangkat bareng, main bareng, satu kelompok terus, akhirnya kami memilih menjadi sahabat."

Humaira menyimak dengan baik setiap kalimat yang keluar dari mulut Cahya. Aku kira Kak Yazid nggak punya temen perempuan. Pikirnya dengan pandangan yang juga fokus ke depan.

"Kamu tahu nggak Ai? Gimana sulitnya bujuk tu cowok biar mau sahabatan sama kita?"

Humaira mengalihkan pandangannya. "Gimana Kak?"

"Aku sama Alika harus menuhin baaanyak banget persyaratan dari dia. Mulai dari harus kerjain tugas tepat waktu dan mandiri, jaga jarak lima meter, harus jaga pandangan, sebelum main kudu baca Al-Qur'an dulu, dilarang upload foto yang menampakkan wajah, jilbab harus tutup dada. Banyak banget dah pokoknya," jelas Cahya tertawa kecil mengingat momen saat Yazid menyodorkan beberapa catatan berisi syarat yang harus mereka penuhi.

Mendengar itu, Humaira ikut tertawa membayangkan susahnya mereka harus mengikuti persyaratan itu. Apalagi dengan laki-laki yang serba aturan seperti Yazid.

"Terus Kak Cahya ikutin, semua persyaratannya?"

Cahya mengangguk cepat. "Kalau nggak, mana mungkin persahabatan kami bisa jalan sampai sekarang. Ya, meskipun kita sudah lama nggak bareng-bareng lagi karena mengurus kehidupan masing-masing."

"Kenapa harus Kak Yazid?" tanya Humaira membuat tatapan Cahya mengarah kepadanya. "Maksud aku, kenapa Kak Cahya milih Kak Yazid. Sedangkan teman-teman Kakak yang lain banyak kan." Humaira menjelaskan. Sebenarnya, dia tidak bermaksud apa-apa. Hanya ingin tahu alasan wanita itu memilih Yazid menjadi sahabatnya.

Surgaku Kamu [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang