The Little family

67 9 0
                                    

Istana yang mewah dan luas, di tambah sebuah lapangan golf dan halaman yang luas, lalu kolam ikan koi dengan air terjun buatan yang bersebelahan dengan kolam renang di belakang istana itu. Seekor burung elang bertengger di tenggerannya yang kini sudah menjadi tempat tenggerannya sejak ia hadir di istana ini 3 bulan lalu pindah dari Slovenia tempat asalnya.

Telepon rumah berbunyi tanda ada pesan suara. Sebuah jari menekan tombol mesage.

Tit!

"Jeni? Tolong kasih tau Hiro kalau aku dan David akan tunda kepulangan kami. Emm.. Mungkin malam ini atau besok.. David tak ingin pulang karena masih marah padanya.. Kasih tau Hiro karena dia susah sekali aku hubungin. Apa dia tidak merasa bersalah? Aish dasar orang tua.." suara perempuan muda yang tidak lain dan tidak bukan adalah Olive, sang nyonya istana ini.

Jeni berbalik dan melempar serbet ke sembarang tempat dan di sambut oleh seorang pelayan yang tadinya menyusun makanan di meja makan bersamanya.

"Oh tidak! Aku tidak bisa menerima itu.." keluh Jeni seraya berjalan menaiki tangga.

Jeni terus mengomeli dirinya sendiri.

"Dia terus menunda penerbangannya sejak kemarin, dan membuat tuan besar marah. Bagaimana bisa nyonya mempermainkan tuan dengan mudahnya? Ya tuhan.. Kenapa ada wanita seberani itu.. Hahh.." rutuknya sambil terus menaiki tangga.

"Di umurku yang tua ini, aku harus mengurus pasangan yang sangat kekanak-kanakan dan mempunyai anak yang selalu mencari masalah dengan ayahnya.. Aduuuhh.." Jeni berhenti sebentar di anak tangga memegangi lututnya.

"Lututku bahkan tak bisa menaiki tangga ini lagi.. Aku sudah sangat tua menghadapi mereka.." keluhnya lalu kembali menaiki sisa anak tangga.

Jeni memang mulai terlihat samakin tua dan menaiki tangga tak secepat 5 tahun lalu. Dulu ia bahkan masih bisa menyamakan langkahnya dengan Olive saat menaiki dan menuruni tangga ini.

Jeni berhenti sebentar di depan kamar Hiro. Ia merapikan tataan rambutnya dan seragam pembantunya, lalu menarik nafas mempersiapakan diri menghadapi kemarahan Hiro saat mendengar kabar buruk darinya ini.

Dengan pelan dan berhati-hati Jeni membuka pintu dan melangkah masuk. Ia melihat Hiro masih baring terlentang di atas ranjangnya dengan keadaan t-shirt dan celana kantornya yang belum ia ganti. Sepertinya ia mulai malas mengganti bajunya sebelum tidur.

"Tuan.. Maaf mengganggu, tapi saya harus menyampaikan ini.." ucap Jeni.

Alis Hiro mengkerut karena mulai merasa terganggu.

"Nyonya dan tuan muda menunda penerbangan mereka hari ini dan belum pasti akan pulang kapan.. Kemungkinan malam ini atau besok nyonya akan pulang, tuan.." ujar Jeni.

Hiro menghela nafas kesal namun masih terpejam dalam kantuknya.

"Tuan.. Ini sudah siang, anda akan terlambat ke kantor dan tolong jangan terpuruk atas kepergian nyonya.. Nyonya pasti akan pulang, tuan.." pinta Jeni.

Hiro bangkit dan beranjak dari kasurnya.

"Mungkin tuan muda masih marah, tuan.."

"Cukup.." potong hiro.

"Baik, tuan.." Jeni menutup mulutnya.

Hiro mendatangi Jeni dengan wajah dinginnya dan ada aura kekesalan di wajahnya itu. Ia mendatangi Jeni dan berhenti di hadapan Jeni menatapnya dingin.

"Semua gara-gara kamu.." ujar Hiro.

"I-iya?" kaget Jeni mendangak menatapnya. Mata sayunya itu pun bertemu dengan mata tajam milik tuanya.

My King | Season 1 & 2 "SELESAI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang