sangkar

107 19 1
                                    

Suara kicauan burung mulai terdengar. Pagi ini sangat cerah dan hangat. Tukang kebun sibuk mendorong mesin pemotong rumput di lapangan golf dan kuda-kuda peliharaan Hiro di bawa berolah raga oleh pengurus di kandangnya.

Kuda-kuda itu terlihat sangat indah dan gagah. Warnanya bermacam-macam dan sekitar ada 6 ekor kuda disana yang sedang dibawa berlari dan di kasih makan oleh sang pengurus.

Di sebuah ruangan luas yang persis seperti tempat latihan balet, ada Olive, Jeni dan dua orang pelayan yang sibuk membantu Jeni melatih Olive.

Sinar matahari menyinari ruangan itu melalui fentilasi kaca yang berada tinggi di atas, membuat penerangan diruangan itu terlihat indah.

Olive menerima sebuah buku tebal dan ia taruh di atas kepalanya dengan hati-hati. Setelah ia bisa membuat buku itu seimbang, ia pun mulai melangkahkan kaki berkaos kaki putih itu dengan hati-hati.

Buk!

Buku terjatuh, dan ia kembali menerima sebuah buku dari pelayan dari pada harus memungut yang sudah terjatuh. Itu karena Jeni melarangnya dan biarkan pelayan yang memungutnya dan mengelapnya sampai bersih agar bisa ia gunakan kembali dan seterusnya.

Buk!

Buku itu kembali terjatuh.
Olive pun menghela nafas kesal, "emang harus ya ngikutin garis ini..?"

"Iya nona.." jawab Jeni singkat.

Wajah Olive mulai terlihat muram. Ia kembali menerima buku dan kembali berusaha melangkah sesuai garis tanpa menjatuhkan buku dari atas kepalanya.

Olive berlatih di ruang latihan dansa, Hiro sibuk berolah raga di ruang gym.

Hiro akhir-akhir ini terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga tak sempat berolah raga. Terakhir ia berangkat ke singapura dan korea dalam satu hari untuk memantau kantornya yang tersebar diseluruh Asia.

Hiro dengan teratur membentuk roti sobek di balik kaos oblongnya itu. Nafasnya teratur dan badannya sudah mulai mengeluarkan keringat. Matanya memandang pantulan dirinya di dinding kaca.

Suara dencitan ban mobil dan hujan tembakkan mulai menggema di fikirannya. Hiro memejam dan menggeleng menghapus suara itu.
Lagi-lagi suara dari masa lalunya itu kembali terdengar dan membuat hati Hiro selalu gundah setiap saat.

Hiro menghentikan aktifitasnya dan terdiam mengambil nafas. Ia pandang dirinya di dinding cermin tepat dihadapannya tanpa ekspresi yang berarti.

Buk!

Buku itu kembali terjatuh dan berhasil membuat Olive meringis kesal dengan apa yang dia lakukan, "Aku mau istirahat.." pintanya.

Jeni pun menyuruh dua pelayan itu untuk kembali ke dapur untuk mengurus sarapan.
Olive duduk di kursi yang sudah tersedia dan meminum segelas air putih dengan kasar hingga habis setengah dari gelas itu. Ya, hatinya memang sedang penuh amarah yang ia tahan sekarang.

"Apa nona baik-baik saja..?" tanya Jeni saat melihat cara minum Olive barusan.

"Gak, aku gak baik-baik aja. Apa aku harus melakukan semua ini? Untuk apa? Apa dia yang menyuruhmu? Apa tujuannya dia menyuruhmu?" buru Olive dengan penuh amarah.

"Tuan hanya ingin nona dapat bersikap seperti yang seharusnya dirumah ini. Tuan ingin nona siap untuk muncul di depan publik nanti.." jawab Jeni.

Olive menoleh, "Publik? dia beneran ngelakuin itu nanti?"

"Iya nona.." jawab Jeni.

"Apa itu harus? aku kira keberadaanku ini sangat gak berpengaruh.."

"Sangat berpengaruh sekali nona.. nona dapat berpengaruh bagi silsilah keluarga Kim. Nona akan diperkenalkan sebagai anggota keluarga.." jelas Jeni.

My King | Season 1 & 2 "SELESAI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang