Chapter 01 : The End of The Villainess

14.2K 1.1K 32
                                    

Hari ini adalah hari kematianku.

Kalian tanya bagaimana perasaanku ketika mengetahui ini?

Rasanya begitu konyol dan juga ironi di saat yang bersamaan. Seluruh hidup yang kujalani ternyata bagian dari alur sebuah novel, bukanlah nyata seperti yang kupikirkan

Yah, siapa juga yang akan berpikir kisah hidup mereka bukanlah nyata melainkan rangkaian kata di sebuah novel, bukan? Apalagi peran ku di cerita itu bukanlah pemeran utama

Aku adalah kakak dari sang antagonis yang juga merupakan penjahat terakhir yang harus dibunuh oleh para karakter utama supaya mereka bisa hidup bahagia selamanya

Begitu mengingat semua memori kehidupan masa lalu, ada banyak pertanyaan berputar di otakku,

Lantas bagaimana dengan kebahagiaanku? Aku kehilangan kedua orang tuaku di usia muda, tumbuh dewasa beberapa kali nyaris dibunuh oleh kerabat ku sendiri yang menginginkan posisi kepala keluarga yang kupegang, lalu setelah aku mulai menyesuaikan diri sebagai kepala keluarga Schnee baru, adikku yang sangat kusayangi dihukum mati karena berbuat jahat kepada gadis miskin kesayangan Pangeran Mahkota, kemudian pada akhirnya aku juga harus meregang nyawa karena rencana balas dendamku gagal.

Satu-satunya kebahagiaan yang kupunya hanyalah ketika menyiksa protagonis wanita, itu pun tidak bisa disebut kebahagiaan karena kalau bisa memilih, aku lebih memilih hidup tenang bersama keluargaku daripada menyiksa seseorang

Tapi kalian tahu apa yang lucu disini? Mereka memberiku peran antagonis karena aku merasa sedikit senang ketika menyiksa si 'baik' yang sudah membuat keluargaku terbunuh, namun memberi peran protagonis kepada orang-orang yang membunuh satu keluarga 'jahat' demi kebahagiaan mereka sendiri

Tidak adil sekali.

Yah... Meski tidak rela, memangnya apa yang bisa kuperbuat? Ini hari terakhirku di kehidupan ini, sesuai novel sebentar lagi para pemeran utama akan datang untuk menyelamatkan gadis itu dan membunuhku. Sia-sia saja ingatan ini datang, sudah terlalu terlambat untuk mengubah apapun.

Jujur sebenarnya masih sangat sempat kalau aku ingin kabur dari takdir ini sekarang, tapi aku sama sekali tidak berniat menyelamatkan nyawaku di detik-detik terakhir. Untuk apa juga? Gretta, Ayah, dan juga Ibu sudah mati. Hidup sendirian di dunia ini seraya melihat para pemeran utama bahagia lebih menyakitkan dari siksaan apapun. Lebih baik aku mati sesuai alurnya

"Edna Schnee, pasukan Kerajaan sudah mengepung kediaman mu jadi lebih baik kau katakan dimana Eleanor selagi kami masih bicara baik-baik"

Ah, mereka sudah datang. Para pemeran utama yang pernah kusukai di kehidupan pertamaku

Aku berbalik, tersenyum menatap wajah tampan mereka yang terlihat menjijikkan sekarang. "Baik-baik atau tidak, kalian tetap akan membunuhku pada akhirnya kan?"

"Berhenti bicara omong kosong!"

Sungguh, mengingat bagaimana aku di kehidupan dulu begitu antusias membaca bagian ini membuatku marah dengan diriku sendiri.

"Kita punya waktu seharian, kenapa terburu-buru?" tanyaku lalu beranjak duduk sementara mereka masih memasang kuda-kuda waspada dengan pergerakan ku. "Kalian mau teh?"

"DIMANA ELEANOR?!"

Aku memincingkan mata mendengar salah satu di antara dua pemeran lelaki itu berteriak, "Astaga, kalau saya tahu sifat anda akan begini, Pangeran Genio, saya pasti mengurung Gretta begitu dia berkata kalau dia menyukai anda." ucapku risih lalu mengangkat cangkir teh dan menyesapnya santai

"Jangan mengalihkan pembicaraan"

"Kenapa? Apa anda merasa bersalah karena sudah membunuh Gretta?"

"Gretta mati karena kesalahannya sendiri."

I'm The Villainess SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang