Chapter 07 : D-Day

6K 786 24
                                    

Orang bilang waktu berjalan dua kali lebih cepat ketika kita bersama orang yang kita sayangi, dan Edna sekarang mengerti kenapa mereka berkata begitu. Rasanya seperti baru tadi dia memeluk ayahnya yang merajuk karena tidak ikut dipeluk, tapi tiba-tiba matahari pagi sudah datang saja.

Gadis bersurai ungu itu duduk di depan meja rias kamarnya sambil melamun. Semalam dia tidak tidur sama sekali, waktunya dihabiskan dengan memandang wajah tidur kedua orang tuanya seraya bertanya-tanya dalam hati, apa kali ini dia bisa melihat wajah keriput mereka yang tidak bisa dilihatnya di kehidupan lalu?

"Mereka mati di usia yang masih sangat muda.. "

Sophia berhenti menyisir rambut sang nona lalu melirik ke arah cermin. "Ya, nona? Apa anda bicara sesuatu pada saya?" tanya nya begitu mendengar gumam samar Edna

".... Tidak. Aku hanya penasaran apa Rery sudah datang" kilah Edna seraya menggeleng

"Terakhir kali saya cek, tuan Rery belum datang, nona"

"Ah... Begitu." sahutnya setengah hati

Menyadari sesuatu yang aneh pada anak itu, Sophia kembali bertanya. "Apa anda baik-baik saja, nona?"

".... Iya"

"Apa semalam anda tidur nyenyak?"

"... Iya."

"Apa anda tidak saya mandikan pagi ini?" tanya wanita itu sengaja meski jelas dia sudah memandikan Edna tadi

"... Iya"

"Kalau begitu... Apa anda merindukan tuan Jeffrey?" Sophia kembali memancing, kali ini menggunakan nama orang yang sangat sensitif di telinga gadis itu

".. Iy-Apa? Tidak! Kenapa tiba-tiba membahas Jeffrey?!" Edna langsung menoleh dengan ekspresi yang berubah kesal dari sebelumnya hanya diam murung. Sophia sedikit terkejut dengan respon sang nona, tapi dia bersyukur ternyata Edna masih baik-baik saja

"Anda terus melamun daritadi, apa terjadi sesuatu? Anda bisa ceritakan semuanya pada saya, nona"

"Aku... Hanya kurang tidur" balas Edna berbohong. Dia tidak bisa mengatakannya pada Sophia, tapi kalau boleh jujur, saat ini dia sedang ketakutan

Membayangkan bahwa hari ini nyawa kedua orang tuanya berada di tangannya yang masih belum siap untuk menyelamatkan mereka membuat perutnya seperti mual. Rasanya sekarang Edna ingin melarikan diri dari semuanya dan meringkuk bersembunyi di bawah selimut.

Edna kini tidak seberani dulu waktu hidup sebagai karakter antagonis, juga tidak seperti para karakter utama novel reinkarnasi yang seperti lupa apa itu rasa takut begitu mereka merasuki tubuh orang lain yang nyawanya terancam oleh alur cerita. Dia sangat khawatir satu kesalahan kecil yang dibuatnya nanti malam dapat berakhir menghilangkan nyawa Ibu dan Ayahnya.

"Kalau begitu apa anda hari ini ingin beristirahat di kamar saja, nona? Saya akan memberitahu tuan Rery ketika beliau datang nanti bahwa anda sedang tidak enak badan" tawar wanita yang sudah merawat Edna sejak masih bayi itu khawatir, berhasil menyadarkan Edna kembali dari lamunan negatifnya

"... Tidak apa-apa"

Sophia berlutut untuk mensejajarkan tinggi dengan nonanya yang duduk di kursi dan meraih tangan gadis itu. "Nona Edna, saya tidak mengerti apa yang sedang ada di pikiran anda sekarang, namun anda tidak perlu terlalu memaksakan diri. Kesehatan anda jauh lebih penting daripada apapun"

'Tidak, Sophia. Keselamatan orang tuaku lebih penting daripada kesehatanku atau apapun di dunia ini' batin Edna membalas, namun di luar dia hanya mengangguk pelan

I'm The Villainess SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang