Sudah seminggu berlalu sejak ayahnya memutuskan hubungan pertunangan nya dengan Jeffrey dan membawanya kembali ke march Schnee. Sejak saat itu, hari-harinya berjalan dengan tenang dan tentram tanpa kehadiran Jeffrey. Hanya dia, keluarganya, dan para pekerja mansion. Oh, terkadang Rery juga.
"Terasa sepi ya, kak?"
Celetukan Gretta menyadarkan Edna, gadis kecil bersurai hitam itu menutup buku yang sedang dibacanya lalu menatap ke arah sang kakak, "Sudah lama tidak melihat kak Jeff kesini, apa kakak masih sering mengusirnya?" tanya nya polos, tidak tahu apa yang sudah terjadi dalam beberapa hari belakang
".. Tidak. Dia hanya tidak akan datang kesini lagi mulai sekarang" Edna membalas, mengusap rambut adiknya lembut. "Aku bisa panggilkan Rery jika kau butuh teman bermain lain. Dia pasti langsung berlari kesini sesibuk apapun"
"Tapi kenapa dia tidak kesini lagi?... Padahal kak Jeff sangat bagus berperan jadi paman, sekarang siapa yang akan menggantikan posisinya.." ucap Gretta murung
Edna menghela napas, sepertinya tanpa dia sadari, hubungan Gretta dan Jeffrey menjadi jauh lebih akrab meski dia sudah berusaha membatasi interaksi mereka mengingat apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya
"Bagaimana dengan adik-adiknya Rery? Mereka pasti bisa mengisi peran-peran kosong yang kau butuhkan"
Gretta menggeleng dengan kening berkerut, "Mereka nakal, aku tidak suka. Kak Jeffrey tidak nakal dan menuruti semua keinginanku, aku membutuhkan nya sebagai pam-"
"Gretta, kita tidak membutuhkan dia. Semuanya akan jauh baik-baik saja tanpa dia. Aku bisa jadi ibu dan paman untukmu, jadi peran lainnya juga bisa. Katakan saja dan aku akan langsung menurutimu. Jangan lagi berkata kau membutuhkan Jeffrey selama ada aku, kau mengerti?" sela Edna tegas, membuat adiknya tersentak pelan sebelum menunduk sendu
"... Baik"
Edna menghela napas, tersenyum simpul pada Gretta. "Anak pintar" pujinya, dalam hati mengimbuhi,
'Jika kau menginginkannya, aku bisa mencarikan mu seribu atau sepuluh ribu teman baru untuk bermain bersama, asal kau tidak berhubungan dengan para pemeran utama.'
Setelah itu, kegiatan bermain mereka berakhir lebih cepat dari biasanya. Gretta tampak masih sedih setelah disentak oleh kakaknya, sehingga tak banyak bicara meski mereka sudah duduk berhadapan memegang boneka, dan dalam beberapa menit kemudian anak itu sudah berkata ingin kembali ke kamarnya karena bosan
Edna menyadari perubahan suasana hati adiknya, namun dia diam saja dan membiarkan Gretta kembali ke kamarnya sendirian. Sebenarnya dia tidak ingin melihat adiknya sedih, hanya saja dia yakin ini adalah yang terbaik bagi masa depan anak itu
"Nanti dia juga lupa dengan Jeffrey" gumamnya seraya masuk ke kamar. Dia mengambil buku diary nya, memandang dalam diam apa yang akan terjadi selanjutnya di kehidupan lalu
'Penculikan ini... Bagaimana aku harus menanganinya jika kembali terjadi padaku? Aku memang sudah merubah cukup banyak hal, tapi dengan kemunculan Sarah yang tetap ada, sepertinya aku juga akan tetap diculik oleh orang suruhan paman' pikirnya seraga mengetuk bukunya dengan jari telunjuk
Apa dia harus melakukannya seperti sebelumnya? Membiarkan dirinya diculik, melarikan diri dari hutan, lalu pulang? Tapi Ayah dan Ibunya kali ini masih hidup. Dia tidak ingin membuat mereka khawatir lagi dengannya
Atau singkirkan saja orang-orang yang nanti datang menculiknya seperti caranya menyingkirkan pembunuh orang tuanya kala itu? Masalahnya kali ini sedikit berbeda dari sebelumnya, Edna tidak ingat kapan tepatnya dia diculik. Itu bisa terjadi kapan saja jadi tidak mungkin dia terjaga sepanjang malam tiap hari menanti sesuatu yang memiliki peluang tidak terjadi di kehidupan ini
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villainess Sister
Historical FictionEdna Schnee baru menyadari jika dirinya adalah karakter di sebuah novel menjelang akhir cerita. Sesuai novelnya, dia menjadi penjahat yang paling kejam setelah para protagonis membunuh adiknya, Gretta Schnee, yang juga merupakan tokoh antagonis disa...