Edna jatuh koma selama nyaris seminggu penuh usai mengonsumsi teh beracun itu. Dokter berkata bahwa beruntung Edna hanya minum sedikit karena kalau dosisnya lebih sedikit saja, nyawanya mungkin tidak akan bisa diselamatkan
Marchioness Schnee menangis setiap hari melihat kondisi sang putri, sementara suaminya langsung mengamankan semua pelayan keluarga Malhela di penjara bawah tanah untuk diinterogasi dan juga mengeluarkan larangan keluar rumah bagi kakaknya, Viscountess, beserta anggota keluarga Malhela lain selama penyelidikan masih berlangsung
Berita keracunan ini menyebar dan menjadi topik yang heboh di seluruh Kerajaan, bukan saja karena yang jadi korban adalah calon menantu Duke Diven, tetapi juga fakta bahwa Pangeran Mahkota berada di tempat kejadian dan bisa saja ikut keracunan. Sebab nama Pangeran tersangkut di masalah ini, Istana mengirimkan bantuan penuh dan memerintah agar masalah ini diselidiki dengan sejelas mungkin seraya meminta Marquis mempertimbangkan adanya kemungkinan pemberontakan kepada keluarga Kerajaan
Skala masalah menjadi sangat besar sampai dicurigai merembet ke pemberontakan, sementara Edna yang meminum racun itu murni karena lupa dirinya sudah tidak kebal racun, tidak mengetahui keributan yang disebabkannya dan baru perlahan mendapatkan kembali kesadaran ketika hari sudah tengah malam
Dia mengernyit, mengerang pelan. Ada denyut sakit di beberapa bagian tubuhnya, kedua tangan serta kakinya terasa berat dan lemas seolah sudah tidak berfungsi. Edna membuka mata. Yang pertama dilihat adalah langit-langit kamarnya yang terlihat kabur dan gelap, kemudian menoleh ke arah lampu tidurnya yang menyala sayup-sayup menerangi ruangan
Usai diam sejenak untuk memperjelas visualnya, gadis itu mengangkat kepalanya yang masih terasa agak berat seraya menoleh ke belakang hendak memaksa tubuhnya untuk duduk, namun dia dibuat terkejut saat sebuah tangan mencegah dengan menyentuh kepalanya. Edna meluruskan pandangan dan matanya bertemu dengan iris biru Jeffrey
"... Maaf, hanya saja sepertinya lebih baik kau tidak duduk dulu untuk sekarang" ucap Jeffrey pelan seraya membaringkan kepala Edna kembali ke bantal dengan perlahan. "Aku akan panggil seseorang"
Edna membuka bibirnya, "K-Kau... Kenapa... Disini?" ucapnya dengan suara serak
"Jangan bicara dulu, tenggorokanmu pasti kering karena koma 6 hari penuh"
"J-Jeffrey.. "
Tanpa menoleh, Jeffrey menundukkan kepala dan mencengkeram erat tali bel pemanggil pelayan. "... Kupikir kau tidak akan bangun lagi. Saat melihatmu muntah darah usai meminum racun saat itu... Aku sangat panik sampai nyaris gila karena kupikir... Kupikir aku akan kehilanganmu juga. Kalau sampai kau dan ibu tidak ada di dunia ini aku bisa-"
"I-Ibu? Uhuk!" Edna mengernyit karena lehernya yang kering terasa sangat sakit ketika batuk. "... Apa maksudmu? Ibumu... A-Apa saja yang terjadi selama aku koma?"
"......"
"Katakan sesuatu! Uhuk!.. Uhuk!.. Jeffrey Diven, Ibumu baik-baik saja.... 'kan?"
".... Karena kau sudah bangun, dan aku selesai memastikan kau akan pulih mulai sekarang, aku akan langsung pulang. Tolong jaga dirimu baik-baik, Edna.. " Jeffrey tidak menjawab pertanyaan gadis itu, dia membunyikan bel lalu berjalan keluar kamar
"J-Jeff! Uhuk, Jeffrey! Tunggu!"
Di luar kamar Edna, anak laki-laki bersurai hitam itu menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dia mendongak saat mendengar suara langkah kaki dan melihat orang tua Edna serta beberapa pelayan berlari cepat ke arahnya
"Jeffrey, apa... Kenapa kau membunyikan bel? Apa terjadi sesuatu pada Edna?!" tanya Marchioness panik, "Putri Ibu baik-baik saja, kan?"
Jeffrey menatap wanita itu sebelum menyunggingkan senyuman tipis
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Villainess Sister
Historical FictionEdna Schnee baru menyadari jika dirinya adalah karakter di sebuah novel menjelang akhir cerita. Sesuai novelnya, dia menjadi penjahat yang paling kejam setelah para protagonis membunuh adiknya, Gretta Schnee, yang juga merupakan tokoh antagonis disa...