Chapter 16 : Apology

3.4K 411 49
                                    

"Nona muda belum lama ini terkena racun dan seharusnya masih tahap pemulihan, namun dengan kondisi kesehatan yang seperti itu dia memaksakan dirinya kesini untuk mengantarkan obat Duchess, jadi tentu saja akan langsung tumbang seperti ini. Saya malah terkejut mendengar nona baru pingsan setelah memastikan Duchess sembuh, mengingat anak-anak seusianya dengan kondisi sama pasti sudah jatuh pingsan begitu sampai di depan kediaman Diven"

"....."

"Tuan Jeffrey tidak perlu terlalu khawatir, meski tubuhnya akan sangat lemah saat bangun, tidak ada penyakit lain yang diderita nona muda. Anda hanya harus memastikan nona tidak terlalu kelelahan lagi, lebih baik kalau dia tidak turun dari ranjang sementara untuk mempercepat pemulihan daya tubuhnya"

Jeffrey mengangguk, dia berdiri dari kursinya lalu menundukkan kepala. "Aku mengerti, terima kasih dokter Walter"

"Sama-sama, tuan. Tapi tuan Jeffrey sendiri sebaiknya istirahat, saya dengar anda belum tidur sama sekali sejak nona pingsan"

"Nanti.... Setelah memastikan Edna bangun dan baik-baik saja"

Dokter Walter menghela napas, namun tidak memaksa anak itu. Jeffrey mirip dengan Duke yang sangat menyayangi istrinya, sehingga dia benar-benar tidak akan meninggalkan Edna sampai gadis itu tersadar tidak peduli siapa yang menyuruhnya

"Anda harus istirahat, tuan Jeffrey. Nona muda pasti tidak ingin melihat anda jatuh sakit sepertinya" nasihat sang dokter sekali lagi sebelum keluar kamar tamu

Jeffrey menghela napas, duduk kembali di samping ranjang. Matanya mengamati wajah Edna yang terlihat damai seperti sedang tidur nyenyak

Dia meraih tangan kanan gadis itu, menggenggam dan mengusapnya pelan. ".... Waktu kau tiba-tiba jatuh pingsan, jantungku rasanya seperti berhenti berfungsi saat itu juga. Aku sangat takut kehilanganmu lagi sampai rasanya akan gila" gumamnya pelan

"Sepertinya ingatan saat kau keracunan sudah benar-benar melekat di otakku dan menjadi trauma sampai langsung memicu rasa takut yang sangat besar begitu aku melihatmu pingsan." ungkap Jeffrey sambil menempelkan dahinya di punggung tangan Edna dan memejamkan mata.

"Haaaa.... Maafkan aku... Ini semua salahku. Sejak awal harusnya aku menjagamu lebih baik lagi, dengan begitu kau tidak akan keracunan maupun pingsan karena kesehatanmu melemah seperti ini"

Jeffrey diam di posisi itu cukup lama, sampai akhirnya dia merasakan gerakan samar di tangan Edna yang digenggam nya. Iris birunya kontan terbuka, dia bergegas menoleh dan matanya berbinar melihat kelopak mata sang tunangan yang bergerak-gerak lalu perlahan terbuka

"Edna!... " Senyuman Jeffrey mengembang lebar sampai mencetak lesung pipi yang dalam ketika dapat melihat kembali iris ungu milik gadis itu.

".... Lepaskan... Tanganku" perintah Edna lirih begitu merasakan tangannya digenggam

"Edna, akhirnya kau bangun juga. Bagaimana rasanya tubuhmu sekarang? Apa masih lemas? Haruskah kupanggil dokter Walter lagi?"

"Lepaskan. Jeffrey."

Jeffrey agak cemberut, namun menurut melepaskan tautan tangan mereka. "Bagaimana kondisimu? Apa kau sudah baik-baik saja? Kepalamu pusing tidak?" tanya nya lagi

"Pusing, karena kau sangat berisik" balas Edna dingin seraya memijat pelan keningnya, dia mengelapkan tangan satunya yang digenggam Jeffrey tadi ke sprei ranjang

"Syukurlah... "

Kening Edna mengerut, "Kubilang kepalaku pusing dan kau bersyukur?"

"B-Bukan, aku bersyukur karena kau sudah terlihat baik-baik saja melihat dari bagaimana kau memarahiku" sanggah Jeffrey cepat, "Kau tidak tahu bagaimana takutnya aku saat melihatmu tiba-tiba pingsan tadi.. "

I'm The Villainess SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang