[ 0 1 ] • KEMBALI

3.3K 131 0
                                    

"𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒓𝒊𝒏𝒅𝒖𝒌𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒉𝒂𝒅𝒊𝒓𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒍𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒌𝒖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒓𝒊𝒏𝒅𝒖𝒌𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒉𝒂𝒅𝒊𝒓𝒎𝒖 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒍𝒆𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒌𝒖."


[ 01. KEMBALI ]

Suara riuh bandara Soekarno-Hatta menyambut Althair dan keluarga yang baru saja menginjakkan kaki diluar pesawat. Althair menoleh ke sekitar. Memperhatikan orang-orang yang hilir mudik. Masih belum sepenuhnya percaya bahwa ia kembali ke kota ini setelah tujuh tahun lamanya.

"Bagaimana rasanya kembali?"

Althair menoleh pada Albert yang merangkulnya. Menatapnya dan tersenyum seolah tahu apa yang putranya rasakan saat ini.

"Karena urusan kita di Swiss sudah selesai, Oma dan Opa juga sudah sehat dan baik-baik saja makanya kita bisa kembali lagi kesini."

Albert mengacak rambut Althair, membuatnya sedikit berantakan.

"Tidak ada yang tertinggal lagi?" tanya Albert menghampiri Vania yang sedang men-cek barang bawaan mereka.

Tidak jauh darinya, lagi-lagi terdengar Alvar dan Abylla yang bertengkar. Kedua adiknya itu memang tidak pernah akur sepertinya. Selalu bertengkar tidak peduli dimana mereka berada.

"Hei, kalian jangan bertengkar lagi. Malu di lihatin orang-orang," tegur Vania mencoba melerai perkelahian kedua bocah SD itu.

Althair menghela napas. Mulai kesal dengan tingkah mereka berdua. Ia pun mendekat lalu menjewer telinga Alvar membuatnya meringis sakit. Althair tidak peduli.

"Aduh! Sakit! Sky, lepasin!" teriak Alvar mencoba melepaskan tangan Althair dari telinganya.

"Papa!" Alvar mengadu pada Albert.

"Papa tidak tanggung jawab," ujar Albert seolah tidak peduli seraya terkekeh melihat Alvar kesakitan karena Althair menjewer telinganya.

"Makanya jangan suka buat onar," ujar Alister---kembar Althair seraya bersedekap. Mata yang terlihat mengantuk itu menatap malas Alvar dari balik lensa kacamatanya.

"Bang, lepasin dong. Sakit," rengek Alvar mencoba membujuk Althair dengan wajah memelasnya. Namun sayang sekali, Althair bukan orang yang mudah terpengaruh begitu saja.

"Masih nggak mau ngalah sama Abylla?" tanya Althair datar, tanda bahwa ia sudah mulai kesal.

"Iya, iya, aku ngalah!"

Althair melepaskan jeweran di telinga adiknya itu. "Minta maaf."

Alvar merengut sembari mengusap telinganya yang memerah. Tangannya terulur di depan Abylla. "Abang minta maaf."

ALTHAIR 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang