2. GN Elektronik

13.8K 1.4K 106
                                    

Arzan Ganendra duduk di meja kerjanya yang cukup megah di lantai eksekutif GN Elektronik. Sepanjang jendela kaca, cahaya pagi memantulkan kemegahan kota yang sedang terbangun. Arzan merasa semangatnya terpancing untuk memulai hari yang sibuk.

"Tolong hubungi kantor pusat dan minta mereka kirimkan laporan penjualan terbaru," ujarnya kepada asisten pribadinya, Yuni, yang dengan sigap mencatatnya di buku kecil yang selalu dipegangnya.

Yuni mengangguk cepat. "Baik, Pak Arzan. Saya akan segera melakukannya."

Arzan merenung sejenak, memikirkan pertemuan tim eksekutif yang akan segera dia hadiri. Pertemuan itu adalah momen penting di mana dia akan bertemu dengan petinggi di GN Elektronik ini. Termasuk juga ayahnya Ardan Ganendra yang menjabat sebagai wakil Direktur Utama di perusahaan ini.

Arzan meneliti dokumen-dokumen terbaru yang telah disiapkan oleh stafnya, memastikan bahwa dia siap untuk memberikan kontribusi maksimal dalam pertemuan tersebut. Dia merencanakan beberapa pertanyaan dan saran yang ingin dia bagikan, berharap bisa membantu perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan strategisnya.

Ia menyesap kopi yang tadi disiapkan oleh Jake—nama keren dari Sutrisno—Office boy yang sudah bekerja selama 10 tahun di GN Elektronik. Pria itu sedikit tak percaya diri dengan namanya, maka dari itu sejak masuk ke perusahaan ini, ia mengganti namanya menjadi Jake. Walaupun nama dan wajah sangat bertentangan, tetapi Jake tak peduli, yang penting namanya keren.

Tiba saatnya untuk pertemuan. Arzan meninggalkan ruang kerjanya dan menuju ruang rapat eksekutif, di mana atmosfer serius dan dingin langsung terasa begitu dia memasuki ruangan.

Di ruang rapat, Arzan duduk di antara ayahnya dan Andra—Direktur Keuangan, yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.

Arzan siap untuk mendengarkan laporan keuangan terbaru perusahaan. Pertemuan dimulai dengan ringan, dengan sapaan hangat dari Darman—Direktur Utama GN Elektronik, kepada semua anggota tim.

Mereka kemudian memulai diskusi tentang proyek-proyek terbaru, proyeksi keuangan, dan evaluasi kinerja departemen. Dalam diskusi ini tidak terlalu banyak masalah, dan kali ini rasanya cukup menyenangkan. Tidak seperti sebelum-sebelumnya.

Arzan secara aktif terlibat dalam diskusi, memberikan masukan yang berharga dan bertanya tentang detail-detail tertentu yang memerlukan klarifikasi. Dia ingin memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil memiliki dampak positif bagi pertumbuhan perusahaan.

Setelah pertemuan selesai, Arzan kembali ke ruang kerjanya, di mana di dalam ruangannya sudah ada manajer pemasaran, Dika. Mereka memang berjanji akan berdiskusi tentang rencana kampanye iklan baru.

Ia mempersilakan Dika untuk duduk di sofa. Mereka duduk bersebrangan.

"Hari ini banyak pekerjaan menanti, Pak Arzan. Apa rencana kita untuk kampanye iklan baru?" tanya Dika dengan nada sopan, meskipun rasa ketidak percayaannya terhadap Arzan tersirat jelas di matanya.

Arzan mengangguk, sembari mengelus dagu. "Kita akan membahasnya dalam pertemuan tim pukul dua nanti. Saya ingin mendengar ide-ide dari setiap anggota tim."

Selama Arzan menjabat sebagai Direktur Pemasaran, Dika adalah orang yang cukup sering meragukan kemampuan Arzan. Ia beranggapan kalau Arzan ini masih terlalu muda, tetapi sudah mendapatkan posisi yang tinggi.

Dika mengangguk. "Baik, Pak Arzan. Saya akan mempersiapkan presentasi untuk pertemuan itu."

Tanpa menunggu sahutan dari Arzan, Dika keluar begitu saja dari ruangannya. Tidak sopan memang, tetapi Arzan membiarkan saja selagi kinerjanya bagus untuk perusahaan. Lagipula ia tak perlu kepercayaan semua orang yang ada di perusahaan ini. Yang terpenting adalah bekerja dengan sungguh-sungguh, tanpa merugikan GN Elektronik yang sudah bertahun-tahun menjadi perusahaan yang mempunyai nama di Indonesia.

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang