23. Malam Pertama

5.4K 544 18
                                    

Canggung.

Satu kata itulah yang menggambarkan keadaan pasangan yang baru saja sah menjadi suami istri itu. Saat ini mereka sedang duduk bersebelahan di kasur kamar Ryn, dalam keadaan saling diam. Suara detik jam pun sampai terdengar karena sunyinya keadaan di kamar saat ini.

Acara resepsi sudah selesai sejak dua jam yang lalu, dan sekarang mereka berdua bingung harus bagaimana. "Gue mau mandi dulu," ujar Arzan setelah lebih dari setengah jam membisu.

Ryn mengangguk kemudian membalas, "Ya udah, balik deh sana. Gue juga mau mandi."

"Gue nggak boleh mandi di sini?" Pertanyaan konyol itu keluar begitu saja dari mulut Arzan, membuat Ryn menghela napas.

"Kalo lo mau pake baju gue nggak apa-apa, sih."

Arzan menepuk keningnya, lalu tanpa menunggu lama, langsung beranjak dari duduknya meninggalkan kamar bernuansa putih itu. Meninggalkan Ryn yang menghela napas lega karena bisa terbebas dari Arzan. Karena jujur saja, sejak tadi jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

Begitu pintu terbuka, lelaki itu memergoki Mama dan Bundanya yang sedang buru-buru berjalan menjauhi pintu kamar Ryn. "Kok buru-buru, Ma, Bun?" tegur Arzan. Dari gelagatnya, Arzan tahu kalau mereka mungkin saja berencana mengintip di kamar Ryn, tetapi gagal karena Arzan terlanjur membuka pintu kamar.

Kedua wanita paruh baya itu membalikkan badan sambil tersenyum canggung. "E-enggak. Tadi mau manggil kalian untuk makan malam, tapi kamu udah keluar sendiri," sahut Mama Atika.

Arzan mengangguk, kemudian berjalan menuju sofa yang sudah ditata kembali ke tempat semula. Ia duduk di sofa panjang, diikuti oleh dua wanita yang terlihat makin akrab itu.

Suasana rumah ini tidak lagi ramai seperti tadi. Karena semua kerabat dari orang tua Ryn sudah kembali ke kediaman masing-masing. Jadi, keriuhan tadi sore tak lagi terdengar malam ini.

Mata Arzan menyipit saat melihat kedua wanita itu ikut duduk di sebelahnya. "Kenapa?" tanya Bunda Aminah.

"Tadi katanya mau ngajak makan malam. Kok Bunda sama Mama malah duduk di sini?"

"O-oh, itu ... nanti aja deh makannya."

Arzan tak menghiraukan itu karena tahu kalau alasan sebenarnya memang bukan untuk mengajak makan. Pasti kedua wanita itu bermaksud lain.

"Ryn tidur, ya, Zan?" Bunda Aminah langsung bertanya agar anaknya tidak mencurigainya lebih jauh.

"Enggak tuh, lagi mandi dianya." Mendengar jawaban Arzan, Bundanya langsung mengangguk.

"Iya sih, pasti capek banget karena berdiri selama tiga jam tanpa duduk," timpal Mama Atika, membuat sang besan ikut mengangguk mengerti.

"Padahal Mbak mau bikin resepsi ngunduh mantu, lho. Tapi ngeliat Ryn sekarang aja udah kasihan."

"Jangan aneh-aneh, Bun. Hari ini udah ada resepsi. Kenapa pake ngunduh mantu segala," celetuk Arzan.

Namun, Bundanya tentu tidak terima. Karena hari ini kan resepsi yang dihadiri oleh pihak wanita semua. Dan keluarga Arzan banyak yang belum tahu tentang pernikahan ini. Makanya Bunda Aminah berpikir untuk mengadakan resepsi ngunduh mantu, mungkin seminggu setelah ini? Entahlah, itu semua tergantung pasangan suami istri baru ini menerimanya atau tidak. "Ini baru rencana aja kok, Nak."

Arzan hanya mengangguk saja. Sebenarnya dia tak memerlukan resepsi segala, karena sudah sah dengan Ryn saja dirinya sudah senang. Namun, untuk sekarang keadaan mereka pasti akan sangat canggung. Haishh! Padahal biasanya tidak pernah secanggung ini.

"Iya, tapi kalo bisa jangan dalam waktu dekat, Bun. Tadi aja Ryn udah kecapekan banget, gimana kalo dalam waktu dekat ngadain resepsi lagi? Bisa jadi jelly tuh kakinya." Ucapannya langsung diangguki oleh kedua wanita dengan hijab instan itu.

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang