21. Suami Pengganti

5.9K 574 11
                                    

Ryn belum sadarkan diri. Perempuan cantik itu kini terbaring lemah di tempat tidurnya. Vita dan para wanita lainnya menemani Ryn di sini. Sedangkan para lelaki sedang mendiskusikan sesuatu di luar.

"Sayang... bangun, Nak." Mama Atika tak sanggup menahan tangisannya kala sang putri tak juga membuka mata. Setiap detik yang berlalu terasa seperti jarum yang menusuk hati, melihat putrinya terbaring tak berdaya di hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagia dalam hidupnya.

"Ryn...." Vita mengoleskan sedikit minyak kayu putih di hidung Ryn, berharap agar temannya itu segera sadar. Namun, sejak bermenit-menit lalu Ryn masih juga enggan membuka mata. Sejak kejadian Ryn yang menangis histeris di pelukan Arzan tadi, gadis itu langsung jatuh pingsan dan membuat semua orang panik.

Terlihat pergerakan dari kelopak mata Ryn, hal itu membuat Vita menghela napas lega. "Ryn," panggilnya, begitu kedua kelopak mata itu terbuka. Ryn menatap sekitar, kebingungan dan lemah. Pandangannya kabur oleh sisa-sisa air mata yang mengering di pipinya.

Dengan suara parau, Ryn meminta bantuan Vita untuk duduk. "Ternyata bukan mimpi, ya?" gumamnya. Padahal tadi sebelum menutup mata, Ryn berharap semua yang terjadi adalah mimpi, tetapi saat matanya terbuka semuanya terlihat sangat nyata, menghantam keras perasaannya.

"Mas Damar beneran nggak datang, ya, Ma?" Ryn menatap mamanya yang kini kembali menitikkan air mata. Melihat gelengan kepala dari mamanya, Ryn terkekeh pahit. "Jadi Ryn gagal nikah, ya?" bisiknya, teramat pelan, seolah tak ingin percaya bahwa mimpi buruk ini adalah kenyataan.

Namun, karena keadaan yang sunyi di dalam kamar ini, suara sekecil apa pun pasti terdengar. Hal itu membuat Vita langsung menghambur memeluk sang sahabat, merasakan penderitaan yang sama. Vita juga merasa bersalah karena telah mengenalkan Damar kepada Ryn. Kalau tahu akan begini, ia tidak akan sudi mengenalkan lelaki brengsek itu pada sahabatnya. Namun, apa mau dikata, karena nasi sudah menjadi bubur.

"Lo tenang dulu, ya, Ryn. Kita pasti nemu jalan keluarnya," ucap Vita, mencoba menenangkan Ryn yang kini mulai panik. Vita mengusap punggung Ryn dengan lembut, mencoba memberikan sedikit ketenangan di tengah badai emosi yang melanda sahabatnya.

"Ma...." Ryn menoleh, menatap sang mama yang kini terlihat sama berantakannya dengan dirinya. Mata yang memerah dan jejak air mata terlihat di pipinya membuat Ryn menundukkan kepala, tak berani menatap wajah wanita yang melahirkannya itu. Perasaan bersalah menghantam keras, seolah semua beban dunia ada di pundaknya.

"Kamu tenang aja, ya, jangan buang air mata kamu. Mama dan Papa nggak masalah kalau pernikahan ini gagal, kamu nggak perlu merasa bersalah." Ucapan mamanya itu membuat air mata Ryn kembali menitik, membasahi pipi yang sudah basah sejak tadi.

Ketakutannya kali ini bukan karena ia gagal menikah dengan Damar, tetapi Ryn takut orang tuanya menanggung malu. Apalagi para tamu undangan sudah banyak yang datang, dan pastinya sanak saudara sudah bergosip tentang kejadian ini. Ryn tak mau itu menjadi beban pikiran sang ibu. Namun, di balik semua ketakutan itu, ada perasaan hancur yang tak bisa ia ungkapkan. Perasaan dikhianati oleh orang yang seharusnya paling mencintainya di hari istimewa ini.

"Jangan nangis, ya, Sayang. Kita tunggu kabar dari Papa." Mama Atika mencoba menenangkan sang putri dengan suara lembut, penuh kasih sayang. Sementara Ryn hanya bisa membalas lewat anggukan, mencoba menahan tangis yang ingin meledak. Ryn tahu, bahwa apapun yang terjadi, keluarganya selalu ada untuknya. Namun, luka yang Damar tinggalkan akan sulit sembuh dalam waktu dekat.

🧚🧚🧚

Sementara di luar, para lelaki sedang berdiskusi menunggu Arda yang sedang menerima telepon dari pihak keluarga Damar.

Arda—suami Vita—baru saja dikabari oleh keluarga Damar, mereka meminta maaf sebesar-besarnya karena ulah anaknya yang sangat kekanakan itu. Namun, yang disayangkan mereka enggan datang, karena sudah terlanjur malu menampakkan wajah kepada keluarga Ryn.

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang