10. Akhirnya Bertemu

8.9K 1K 70
                                    

"Mbak, nanti jam makan siang jadi keluar?" tanya Rara yang kini sedang mengangkat vas bunga untuk diletakkan di luar toko.

Ryn yang tengah sibuk menata bunga di etalase, langsung menoleh, menatap gadis yang lebih pendek dari dirinya itu. Cahaya matahari memantulkan warna-warna cerah dari bunga-bunga yang disusunnya dengan indah. "Iya, Ra. Titip toko, ya."

Ryn melirik Rara dengan tatapan menyipit, gadis itu selalu penasaran tentang segala hal tentang atasannya. Sejenak, gadis itu tersenyum melihat mata penuh keingintahuan dari Rara, sebelum kembali fokus pada tugasnya. Suara gemerisik angin sepoi-sepoi yang masuk melalui jendela terbuka membuat suasana toko terasa lebih segar.

Ryn sudah memutuskan untuk tetap bertemu dengan Damar. Apalagi Vita sudah memberikan nomor lelaki itu padanya tadi subuh-subuh sekali. Mereka berjanji akan bertemu di cafe yang berada di dekat kantor Damar, tempat itu menjadi pilihan karena Damar takut waktu istirahatnya habis kalau pergi ke tempat yang lumayan jauh.

Mau tidak mau Ryn harus menyetujui hal itu, karena waktu istirahatnya benar-benar tidak ada batas waktu. Apalagi tokonya tidak seramai beberapa hari sebelumnya. Jadi, ia bisa meninggalkan toko selama beberapa jam tanpa harus khawatir dua karyawannya keteteran.

"Mau ke mana, sih, Mbak?" tanya Rara, masih dengan rasa penasaran.

Awalnya Rara tak terlalu peduli, tetapi melihat sang bos tersenyum beberapa kali saat membalas chat, Rara jadi curiga kalau bosnya itu akan bertemu dengan seorang pria. Rara, sih, senang-senang saja kalau benar bosnya itu bertemu dengan pria, karena selama ini ia tak pernah melihat Ryn bertemu pria selain Arzan.

"Kepo banget, sih, anak kecil ini."

Mendengar jawaban yang tak diharapkan, Rara langsung mencebikkan bibirnya. Ryn tahu, dia memang orang yang susah berbagi rahasia. Dan itu akan bertahan sampai kapanpun. Ia bukan tipe orang yang suka berbagi setiap cerita.

"Mbak, gue beneran penasaran lho ini. Nanti kalo Mas Arzan datang terus nanya Mbak Ryn pergi ke mana, gue harus jawab apa?"

Mendengar nama Arzan disebut oleh Rara, telinga Ryn berdengung. Bocah menyebalkan itu tak boleh tahu ke mana tujuan Ryn pergi. Ryn merasa gugup, khawatir pertemuan pertama mereka akan terganggu jika Arzan bertemu dengan Damar.

Tidak, Ryn tak mau mengambil risiko itu.

"Kalo Arzan datang, suruh pulang aja. Bilang aja kalo gue lagi nggak bisa diganggu."

Mau tak mau akhirnya Rara mengangguk ragu. "Oke deh, Mbak."

Setelah mengatakan itu, Ryn kembali fokus pada batang-batang bunga yang sedang dibersihkan. Rara juga tak lagi bertanya lebih jauh. Gadis itu memutuskan untuk menutup mulut cerewetnya, agar gaji tak dipotong oleh sang bos.

🧚🧚🧚

Sudah lima belas menit berlalu sejak Ryn sampai di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari Bank tempat Damar bekerja. Ia hanya memesan segelas latte untuk menemaninya menunggu hingga lelaki itu tiba.

Handphone yang berada dalam genggaman Ryn bergetar, dilihatnya ada chat masuk dari Damar. Buru-buru gadis itu membuka aplikasi pesan tersebut.

Mas Damar:

Saya lagi otw. Kamu sudah sampai?

Ryn menghela napas lega. Syukurlah kalau Damar sedang dalam perjalanan ke sini. Pasalnya ia sedikit kikuk di sini, apalagi Ryn bukanlah orang yang suka dengan keramaian.

Jemari lentik itu dengan sigap membalas pesan dari orang yang ditunggunya itu.

Zareen:

Okey, Mas. Saya udah sampe

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang