20. Pernikahan

6.2K 606 30
                                    

Arzan menatap sang ibu yang kini sedang mengancingkan kemeja batiknya. Ibu dua anak itu tampak bahagia ketika anak bungsunya ini mau memakai batik seragam untuk keluarga mereka.

Bunda Aminah sudah mewanti-wanti Arzan agar tidak kabur saat hari pernikahan Ryn. Dan kini ia harus memastikan Arzan berada dalam radarnya, tidak akan dibiarkannya si bungsu pergi atau menyelinap pergi dari acara nanti.

"Mukanya jangan cemberut gitulah. Sayang muka gantengnya," celetuk sang bunda.

Arzan hanya membalas dengan helaan napas, ia sangat tidak memiliki tenaga untuk hari ini. Sebenarnya lelaki itu tidak akan pernah siap menyambut hari ini, tetapi bagaimanapun ini hari bahagia sahabatnya, orang yang disukainya selama bertahun-tahun. Jadi, Arzan mencoba untuk mengikhlaskan, mungkin saja ketika melihat Ryn bahagia, kebahagiaan itu juga menular kepadanya.

"Ijab kabulnya mulai jam berapa, Bun?"

Selama ini Arzan tidak terlalu mengikuti perkembangan hubungan Ryn dan Damar, dia selalu menghindari setiap kali orang tuanya membahas tentang dua orang itu. Jadi, untuk waktu ijab kabul pun Arzan tidak tahu.

Bunda Aminah menatap anaknya dengan senyum cerah, ia bersyukur hari ini Arzan tidak bertingkah seperti beberapa minggu sebelumnya. "Jam setengah sembilan nanti acaranya mulai," sahut sang bunda.

Arzan manggut-manggut, karena itu artinya setengah jam lagi Ryn akan berubah statusnya, dari lajang menjadi istri orang. Ia menghela napas lagi, sepertinya hari ini akan menjadi hari yang lebih berat dari biasanya. "Ayo ke depan sekarang. Itu Ayah sama Kakak kamu udah nungguin."

Arzan mengangguk, kemudian mengikuti langkah bundanya keluar kamar.

Benar saja, di ruang tamu sang ayah dan juga kakaknya sudah berkumpul. Untuk laki-laki memakai batik berwarna biru dongker, sedangkan perempuan memakai kebaya berwarna senada, biru dongker juga.

Arkana, bocah menggemaskan itu tampak lucu dengan balutan batiknya. Begitu melihat kehadiran Arzan, bocah itu langsung menghambur memeluk kaki pamannya itu. "Om ... gendong," rengeknya.

Dengan senang hati Arzan mengangkat keponakannya itu ke dalam gendongannya. "Ganteng banget, sih. Mirip coba ini?"

Dipuji tampan oleh sang om, Arkana tampak tersenyum malu-malu. "Milip Papa," jawabnya.

"Nggak mirip Om Arzan, ya?" Arzan membuat tampang sedih, dan hal itu membuat Arkana bingung. "Milip Om juga, milip kakek juga." Jawaban Arkana kali ini membuat semua yang ada di ruang tamu itu terkekeh.

"Biar adil, ya, Nak." Sakti, Ayah dari bocah laki-laki itu terkekeh.

"Ayo cepetan pergi, keburu acaranya dimulai." Bunda Aminah langsung menggandeng sang suami untuk keluar dari rumah, diikuti anak-anaknya di belakang.

🧚🧚🧚

Sementara di tempat lain, Ryn sedang memperhatikan wajahnya di cermin. "Udah nggak ada yang kurang kok, Mbak," kata Ryn. Tadi Via, MUA yang bertugas untuk mendandani Ryn bertanya apakah masih ada yang kurang. Menurut Ryn make-up-nya ini sangat bagus, dan tidak ada kekurangannya sama sekali. Bahkan Ryn sempat pangling melihat wajahnya yang terlihat sangat cantik ketika dirias begini.

"Okey, tinggal tambahin glitter di pipi sedikit lagi, deh, ya." Via langsung menambahkan sedikit glitter di pipi Ryn.

"Perfect!" ucapnya setelah merasa wajah kliennya ini terlihat sempurna.

"Cakep banget anjir," celetuk Vita. Sahabatnya itu sudah datang sejak Subuh tadi, perempuan itu menatap kagum wajah temannya yang tampak sangat berbeda hari ini. Biasanya Ryn tampil natural hanya dengan make-up tipis, tetapi kali ini wajahnya terlihat lebih cantik dan flawless berkat tangan berbakat milik Via.

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang