6. Sarapan

9.6K 1.1K 68
                                    

Vita

Oke deh! Gue tunggu ya

Ryn menatap layar ponselnya dengan senyum. Balasan dari Vita membuatnya bersemangat. Hari ini, setelah hampir sebulan tidak bertemu, Ryn berencana untuk mengunjungi butik milik sahabatnya itu.

Vita, sahabat satu-satunya sejak sekolah menengah pertama, telah menikah dua bulan lalu, dan kemarin mereka baru pulang setelah menikmati bulan madu bersama suaminya di Phuket, Thailand.

Pertemanan mereka tetap kuat meskipun jarak dan kesibukan memisahkan mereka. Ryn merindukan momen-momen bersama Vita, di mana mereka bisa berbagi cerita dan tawa seperti dulu. Meskipun Vita telah menapaki babak baru dalam hidupnya, Ryn tetap mendukungnya sepenuh hati.

Kedatangan Ryn ke butik Vita bukan hanya sekadar untuk membeli barang, tetapi untuk melepas rindu setelah beberapa minggu tak bertemu. Ia sudah rindu dengan celotehan Vita yang tidak ada habisnya itu.

Vita adalah sosok yang penuh semangat dan ceria, mampu mencairkan suasana di sekitarnya dengan cepat. Sejak kecil, Vita telah dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dan ramah kepada siapa pun. Di sekolah, dia menjadi pusat perhatian dan mudah mendapat teman karena kepribadiannya yang menyenangkan.

Sebaliknya, Ryn adalah tipe orang yang lebih tertutup dan cenderung malu jika bertemu dengan orang baru. Dia tidak terlalu nyaman dalam keramaian dan lebih suka menghabiskan waktu sendirian atau dengan sedikit teman terdekat. Namun, diantara sedikit teman yang dimilikinya, Vita adalah satu-satunya yang bisa benar-benar dekat dengannya.

Meskipun kepribadian mereka berbeda, persahabatan Vita dan Ryn tetap kokoh. Vita adalah orang yang mampu memahami Ryn dengan baik, bahkan ketika Ryn tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan kata-kata. Mereka saling melengkapi satu sama lain: Vita memberikan semangat dan keceriaan kepada Ryn, sementara Ryn memberikan pendengaran yang baik dan dukungan tanpa syarat kepada Vita.

Pertemanan mereka bukan hanya sekadar hubungan biasa antara dua orang, tetapi lebih mirip dengan ikatan keluarga. Meskipun jarang bertemu, ketika mereka bersama-sama, rasanya seperti tidak ada yang berubah dan waktu yang dihabiskan bersama terasa begitu berharga.

Berhubung jam dinding masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi, Ryn memutuskan untuk menunda mandinya. Ia akan sarapan terlebih dahulu. Biasanya saat hari libur seperti sekarang, keluarga mereka akan sarapan lebih terlambat dari hari kerja.

Usai menutup pintu kamarnya, kaki Ryn melangkah menuju ruang makan. Dari kejauhan sudah terdengar riuh tawa khas laki-laki, dan tentu saja Ryn sudah bisa menebak suara siapa aja di sana.

"Halo Ibu kebo," sapa Arzan sambil melambaikan tangan ke arah Ryn.

Memutuskan untuk tidak menanggapi sapaan itu, karena jelas yang disapa adalah ibu kerbau, bukan dirinya. Ryn memutuskan untuk membantu sang ibu yang terlihat kerepotan membawa beberapa mangkuk berisi bubur ayam.

"Sini Ryn bantuin, Ma." Ryn langsung mengambil nampan yang digunakan sang ibu untuk membawa beberapa mangkuk bubur ayam.

Dibawanya nampan itu ke meja makan, kemudian mulai menyusun mangkuk tadi ke atas meja. Sementara sang mama membawa teh hangat di dalam teko.

"Duh ... kayaknya Mama mau saingan sama Abang bubur yang di depan komplek, deh," celetuk Aldo sesaat setelah menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya.

"Enak, ya, Dek?" tanya Mama Atika pada si bungsu.

Aldo langsung memberikan kedua jempolnya kepada sang ibu. Hal itu membuat mamanya tersenyum bahagia. "Jelas enak! Kan Mama yang masak. Kalo Kak Ryn yang masak, sih, nggak yakin rasanya bakalan seenak ini," imbuh Aldo.

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang