3. Sate

12.1K 1.3K 106
                                    

Arzan memperhatikan Ryn dengan penuh kagum saat gadis itu menyelesaikan pesanan terakhirnya. Wajah cantik itu tampak berseri saat berhasil menyelesaikan pesanan kliennya tepat waktu.

Wanita dengan hijab berwarna sage itu datang menghampiri Ryn, dan mengucapkan terima kasih karena sudah mau direpotkan padahal tadinya Ryn hendak menutup tokonya. Namun, karena kedatangan dirinya, gadis itu jadi menunda menutup tokonya.

"Langganan, ya, Mbak," kata Ryn dengan senyum ramah.

Wanita bergamis senada dengan warna hijabnya itu pun mengangguk dan tersenyum sebelum membalas ucapan Ryn. "Duh ... pasti langganan, sih, kalo ini." Wanita itu memberikan dua lembar uang seratus ribuan kepada Ryn.

Gadis itu bingung, kenapa tiba-tiba wanita di depannya ini memberi uang lagi? Padahal tadi ia sudah membayar lunas sebelum flower box pesanannya jadi.

"Buat jajan seblak, Mbak," ucap wanita itu.

"Eh ... makasih banget lho, Mbak Wini. Jadi nggak enak, nih, cuma buatin rangkaian bunga begini dapet uang tambahan pula."

Wanita di depannya itu mengibaskan tangan. "Jangan sungkan, Mbak. Terima aja, ya. Kalo begitu saya pamit."

Setelah wanita bernama Wini itu keluar dari toko, Arzan langsung melirik Ryn.

"Akhirnya ... selesai juga, ya?" tanya Arzan sambil menutup laptopnya dan berdiri dari sofa.

Ryn mengangguk, masih sibuk membersihkan sisa-sisa bunga yang berserakan di meja kerjanya. "Iya, Alhamdulillah. Gue senang banget semua pesanan hari ini selesai," jawabnya sambil tersenyum.

Hari ini Ryn dan dua karyawannya sudah bekerja keras. Itulah sebabnya Ryn membiarkan Rara dan Vina pulang lebih dahulu. Karena mereka berdua pastinya lebih capek daripada Ryn yang hanya merangkai beberapa buket bunga.

"Perlu bantuan gue nggak nih?" tawar Arzan sambil melangkah mendekati Ryn.

Ryn menggelengkan kepala. "Nggak usah, Zan. Gue bisa beresin ini sendiri kok. Lagian lo udah banyak bantu gue hari ini," jawabnya santai.

Alis Arzan terangkat, padahal sejak tadi ia hanya duduk manis sambil melihat laporan dari staf di kantornya. Dilihat dari segi manapun Arzan tidak ada membantu Ryn sama sekali.

"Perasaan gue diem aja di sini, nggak ada bantuin lo sama sekali," ujar Arzan keheranan.

"Nah itu! Dengan lo duduk manis disitu, itu artinya lo membantu gue meringankan beban. Karena biasanya lo nggak bisa diam, kayak cacing kepanasan."

Arzan tersenyum mendengar balasan Ryn yang lebih terdengar seperti sindiran. "Yaudah, gue duduk di sini aja deh. Siapa tahu bisa jadi semacam pemandangan indah buat ngeliatin lo kerja," ujarnya sambil kembali mendudukkan bokongnya di sofa.

Ryn menggelengkan kepala kecil sambil berdecak sebal pada Arzan yang memang seringkali menyelipkan lelucon kecil di antara percakapan mereka.

Beberapa menit kemudian, ketika Ryn sedang sibuk membersihkan vas bunga di luar toko, Arzan melihat sebuah buket bunga yang tergeletak di sudut ruangan. Karena penasaran, ia bergegas mengambilnya dan menghampiri Ryn.

"Ini kayaknya ada yang lupa dibawa sama salah satu pelanggan deh," ucap Arzan sambil menyerahkan buket bunga tersebut kepada Ryn.

Ryn mengambil buket bunga itu dan membulatkan mulutnya. "Makasih, Arzan. Nanti gue cek deh ini bunga siapa yang ketinggalan," ujarnya sambil memegang buket bunga tersebut dengan lembut dan penuh kehati-hatian.

"Kenapa?" tanya Ryn, saat melihat ekspresi menggelikan terpampang di wajah tampan Arzan.

"Anggap aja itu bunga dari gue buat lo, ya, Ryn," kata Arzan.

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang