8. Bocah Menggemaskan

8.4K 1K 80
                                    

Usai makan malam dengan seadanya, karena tuan rumah memang lupa memasak. Akhirnya di sinilah Ryn, sedang menunggu sepasang pasutri yang sedang mengganti baju.

Katanya hanya 10 menit, tetapi ini hampir satu jam, dan mereka belum ada tanda-tanda akan keluar dari kamar. Hal itu membuat Ryn curiga ... jangan-jangan? Ah, tidak mungkinlah. Pikiran Ryn harus tetap positif.

Untuk mengisi kekosongan, Ryn memilih untuk main game di handphone-nya. Tetapi tidak lama kemudian, suara langkah ringan memecah keheningan. Vita muncul dengan penampilan santai, memperlihatkan senyuman cerahnya. Ryn menatapnya dengan sedikit kejengkelan, namun Vita hanya tertawa ceria.

"Balik sekarang?"

Mata Ryn menyelidik. "Lama bener lo," tegurnya. "Tau begini gue pulang naik taksi aja."

Vita tergelak, ia seakan melupakan satu hal kalau di luar kamar ada Ryn yang sedang menunggu. "Sorry, gue abis nenenin paksu bentar."

Mata Ryn kontan melotot. Hei ... mulut temannya ini memang tidak mempunyai filter sedikitpun.

"Maksud gue nemenin, Ryn. Ih, sensi banget, sih. Mukanya gak santai banget," celetuk Vita.

Tanpa menanggapi omongan Vita, Ryn langsung mencangklong tasnya. "Kuy, anterin gue balik. Gue gerah, nih, pengin mandi."

"Sip. Ayo deh, nanti Mas Arda nyusul. Masih mandi dia," kata Vita, sembari membimbing Ryn untuk keluar dari rumahnya.

Sepuluh menit kemudian mereka sudah berada di dalam mobil milik Arda. Mobil putih itu membelah jalan raya yang lumayan ramai karena sekarang masih pukul delapan malam.

"Nggak mau singgah untuk makan dulu, Ryn?" Suara Arda menyadarkan Ryn yang sejak tadi menatap jalanan dari jendela mobil yang tertutup

"Nggak deh, Mas. Lagian tadi, kan, udah makan." Mendengar jawaban itu, akhirnya Arda mengangguk dan kembali fokus menatap jalanan di depannya.

Setengah jam kemudian mobil putih Arda sampai di depan rumah Ryn. Ryn langsung turun dan mengucapkan terima kasih kepada pasangan pengantin baru yang sudah rela mengantarkannya pulang.

"Sama-sama, Ryn. Kayak sama siapa aja, deh. Pokoknya jangan lupa, ya! Besok jam istirahat ketemu sama Mas Damar di kafe yang gue bilang tadi." Vita kembali mengingatkan, dan dibalas anggukan oleh Ryn.

Setelah mengatakan itu, mobil mereka pun menjauh dari hadapan Ryn. Ah, besok ia akan bertemu dengan Damar. Semoga saja semuanya berjalan dengan lancar, rapal Ryn dalam hati.

"Damar siapa?"

"Anj ... ehhh! Ada Arkana. Halo, Sayang!" Ryn meralat makiannya saat melihat Arzan menggendong Arkana—keponakannya yang tampan.

"Ante Lyn," sapa Arkana dengan tampang gemas.

Kehadiran Arkana membuat Ryn melupakan pertanyaan Arzan tadi. Sebenarnya hanya pura-pura lupa, karena ia bingung untuk menjelaskan hal itu kepada tetangga yang merangkap sebagai sahabatnya itu.

"Arkana mau ke mana nih?" tanya Ryn sembari memegang tangan kecil anak tiga tahun itu.

Bocah bernama Arkana itu tampak berpikir, kemudian menengok ke arah pamannya. "Tita mau temana, Om?"

"Ke rumah Tante Ryn, dong."

Balasan dari Arzan membuat bocah berambut hitam lebat itu memekik senang. "Ye ye ye! Alkan suka Ante Lyn!" Sekarang Arkana melebarnya tangannya, berharap digendong oleh Ryn yang sedang berdiri di depan sang om.

Dengan senang hati Ryn mengambil Arkana dari gendongan Arzan, membuat anak kecil itu tak henti-hentinya tertawa senang. "Ayo kita masuk! Mau ketemu Kakek sama Nenek nggak nih?"

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang