14. Arzan Ngambek?

9.8K 877 50
                                    

Langkah kaki Ryn terhenti saat di depan pagar berwarna putih itu. Rumah dua lantai di depannya ini tampak menjulang kalau dibandingkan dengan tubuhnya yang mungil.

"Pak Diki, bukain dong." Ryn mengintip dari balik sela-sela pagar.

Dari arah dalam, pria berbadan besar dengan seragam hitam itu langsung menoleh saat mendengar suara Ryn. Ia bergegas membukakan gerbang, agar gadis itu bisa masuk.

"Silakan masuk, Non ...," kata Pak Diki sembari membungkuk.

Melihat itu Ryn langsung tersenyum. "Abis nonton drakor nih pasti," tebak Ryn.

Benar saja, Pria berbadan tegap itu langsung terkekeh. "Iya, Non. Drakor yang Non Ryn rekomendasiin ke saya itu memang bagus. Ya, walaupun kata Non Ryn itu drama lama, tapi saya suka nontonnya," kata pria itu.

Pak Diki sudah bekerja di rumah Arzan sejak 20 tahun yang lalu. Pria tegap itu kerap kesepian di dalam pos, dan akhirnya Ryn merekomendasikan beberapa drakor yang sudah ditontonnya kepada Pak Diki, agar pria itu tak merasa kesepian lagi.

"Duh, syukur deh kalo begitu. Em ... ini Arzan udah pulang belum, ya, Pak?" Mata Ryn memindah sekitar, di garasi belum ada mobil Arzan terparkir, dan biasanya kalau Arzan sudah pulang, garasinya pun akan dikunci. Namun, kali ini masih terbuka lebar.

"Belum, Non. Coba tunggu di dalam aja," saran Pak Diki. "Biasanya Den Arzan pulang nggak terlalu malam, kok."

Ryn mengangguk, kemudian berpamitan dengan Pak Diki. Ia juga sempat merekomendasikan drama Korea yang diperankan oleh Kim Soo Hyun, karena pria tegap itu kembali meminta rekomendasi drama.

Suara anak kecil tertawa terdengar begitu Ryn memasuki rumah bercat kelabu itu. Namun, gelak tawa itu hanya sebentar. Jadi, Ryn memutuskan untuk terus berjalan hingga tiba di ruang keluarga.

"Bundaaaa! Ryn datang nih!" teriak Ryn begitu sampai di ruang keluarga.

Wanita paruh baya dengan hijab krem itu langsung menoleh, kemudian tersenyum saat melihat Ryn berjalan ke arahnya.

"Duh ... anak Bunda ini jarang main ke rumah lagi deh," ucap Bunda Aminah. Tak lupa ia memeluk gadis yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri itu.

Dalam pelukan Bunda Aminah, Ryn terkekeh. "Maaf, Bun, soalnya toko lagi rame-ramenya, jadi nggak bisa sering-sering mampir deh," sahut Ryn, penuh penyesalan.

Wanita dua anak itu menepuk-nepuk pundak Ryn, kemudian melepas pelukannya dan menuntun Ryn untuk duduk di sebelahnya. "Nggak papa, yang penting hari ini kamu mampir," timpal Bunda Aminah.

"Ante Lyn ...," sapa Arkana yang sedang asyik menyusun lego di karpet. Anak laki-laki menggemaskan itu kembali memfokuskan pandangannya ke arah lego warna-warni di tangannya. Sepertinya menyapa Ryn hanya untuk basa-basi saja.

"Halo sayang. Duh, kalo udah main tantenya dicuekin, ya," ujar Ryn, sembari memasang raut sedih. Biasanya cara ini ampuh membuat bocah yang sebentar lagi berumur empat tahun itu luluh.

Ternyata benar!

Arkana yang tadinya ingin menumpuk lego yang berwarna kuning itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ryn. "Ante mau ikut main?" tanyanya dengan tampang polos.

Ryn yang melihatnya pun langsung gemas. "Sini deh, peluk tante Ryn dulu. Kangen banget nih sama Arkana."

Tanpa menunggu waktu lama, Arkana pun berjalan mendekati Ryn yang sudah membuka lengannya lebar-lebar. "Duh ... Arkana udah makin besar nih, padahal baru beberapa hari nggak ketemu."

"Iya nih, Arkana semenjak tinggal di sini aktif banget, terus makannya juga banyak." Kia yang baru saja muncul dari dapur pun langsung ikut bergabung dengan mereka bertiga.

Next Door Romance (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang