Chapter 15 : Something new

56 9 0
                                    

Aku sama sepertimu
Memiliki titik jenuh dan lelah di saat bersamaan,..
Rasanya pengen nyerah tapi udah sejauh ini😭

Selamat membaca
:)

Masih flashback 

“ Kultivasi Alea, bukan tenaga dalam.”

“ bukankah sama saja? Di masaku, kami menyebut kemampuan sepertimu itu sebagai tenaga dalam.  Hanya sedikit orang yang bisa memilikinya.”

“ euum,. Disini, tiap orang memiliki kemampuan kutivasi, bahkan, masyarakat kelas rendahpun memilikinya. Namun tingkatannya berbeda-beda tiap orang.”

Alea hanya mengangguk-angguk sembari memegang jenggot gaibnya. “ Di tingkatan apa kultivasiku?” tanyanya. Jujur,Alea belum paham dengan sistem di dunia barunya. Sihir, kultivasi, makluk mitologi, semuanya membingungkannya.

“ Tidak ada sebelum kau memasuki hutan ini. Aku hanya memiliki kekuatan sihir putih. Meskipun sama kuatnya dengan kekuatan hasil kultivasi, tapi keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. Monster laba-laba yang tadi kau bunuh, membuatmu memiliki cincin pertamamu. Dihutan ini, terdapat makhluk spiritual tingkat rendah sampai tingkat kehormatan. Tapi sebelumnya, telan pil ini.”

Melihat lawan bicaranya kebingungan, Lucaibapun segera mengambil pil yang sama di dalam selendangnya dan meminumnya di hadapan Alea.

“ Ini pil agar mempermudahku membagi mana kepadamu. Dengan itu, skill bertarungmu akan seimbang denganku. ”

Setelah menuruti keinginan pemilik tubuh yang ditempatinya, Alea merasakan seperti ada energi yang masuk ke dalam tubuhnya. Dadanya terasa begitu panas. Seperti ada magma yang ingin menyembur keluar. Namun sesaat kemudian, rasa panas itupun hilang. Lucaiba yang melihatnyapun sudah menduga jika hal itu akan terjadi. Karena fisik kuat Alealah yang menjadikan Alea tidak pingsan setelah meminum pil itu, karena biasanya, raga seseorang tidak akan sanggup menerima tenaga sebesar milik keturunan penyihir murni.

Baru beberapa meter berjalan, langkah keduanya terhenti. Mereka ternyata berada di ujung tebing dengan pandangan yang amat indah. Wajar jika beberapa orang yang memasuki hutan ini mati terperosok ke jurang ini karena memang pemandangan yang disuguhkan membuat tiap orang lupa melihat jalan yang mereka tapaki. Lucaiba meraih tangan Alea dan menatapnya mantap. Peka dengan apa yang dimaksud Lucaiba, Aleapun mengangguk dan segera menerjunkan dirinya bersama saat itu juga.

Alea takpernah takut jika hanya terjun dari tebing. Toh, selain ia biasa bergelantungan dan terjun dari berbagai tempat, dikehidupan sebelumnya ia juga lumayan piawai dalam olahraga parkour,pikirnya.

Jurang itu diperkirakan memiliki ketinggian beberapa ratus kaki. Kemiringannya sangat curam. Meskipun dari atas terlihat pemandangan yang lumayan asri, tapi bagian jurang itu hanya ditumbuhi sedikit rerumputan. Bahkan, banyak batu-batu yang lumayan tajam di area jurang itu.

“ B***ngan. Mentang-mentang punya kekuatan lebih, bisa-bisanya dia ngilang di saat-saat begini. Mana ini jurang udah mirip tebing berbatu ser,....”

Belum sempat Alea menyelesaikan omelannya, iapun terjatuh di atas dahan pohon yang sudah sangat rimbun. Dibawahnya, sulur pohon itu melilit  sebuah peti mati kristal dengan seorang pria yang tengah terbaring didalamnya.

Ada banyak tulisan seperti hurhuf sansekerta di seluruh peti mati. Peti mati itu dipegang erat oleh sulur pohon itu  dan dikelilingi oleh dua belas batang logam dan masing-msing setebal lengan manusia.

Seekor ular bersayap yang mungkin disebut ‘naga’  besar yang panjangnya hampir sembilan meter tidur dengan mata tertutup dibawah pohon tempat pendaratan Alea. Sepertinya naga itu adalah pelindung peti mati.

Tiba-tiba terdengar suara ledakan saat kaki Alea tak sengaja terpeleset dari dahan pohon yang menampungnya. Darah mengucur dari lengan kiri Alea tepat setelah ia terjatuh dan lengan kirinya tergores salah satu batang logam yang mengitari peti mati itu.

Cahaya keemasan tiba-tiba muncul dari tubuh pria yang kini tepat di bawah Alea. Cahaya itu begitu menyilaukan mata hingga Alea dengan refleks menangkupkan kedua telapak tangannya didepan wajahnya, menghalau cahaya itu memasuki netra mata indahnya.

Perlahan, cahaya itu meredup. Terdengar suara seperti auman monster di film Harry Potter. Bersamaan dengan bergeraknya tubuh yang Alea tindih saat itu. Merasakan adanya pergerakan dari tubuh yang dikiranya sudah menjadi mayat  itu, Aleapun refleks menonjok wajah  si empunya peti mati hingga si pria yang masih mencoba mengumpulkan nyawapun kaget dan akhirnya kembali tertidur untuk yang ke dua kalinya.

Setelah terbangun dari tidurnya, sang nagapun segera berputar-putar diatas pohon dan menyemburkan apinya ke arah pohon tua tempat Alea tersangkut. Namun, sepertinya pohon itu memiliki perisainya sendiri. Terbukti dengan api sang naga yang terserap kedalam perisai tak kasat mata dan lenyap begitu saja. Jangankan membakar, bahkan sedikitpun residu tak ada yang jatuh dan menyentuh kulit Alea.

“ Eh, apa ini?” Alea kebingungan saat mendapati sulur pohon itu mulai membelit tubuhnya.

“ Sial, ini sama saja dengan keluar dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya.” Gerutunya. Tiba-tiba, di depannya muncul tulisan acak yang mulai terangkai menjadi sebuah kalimat.

Makhluk spiritual tingkat tinggi
Umur 2674 tahun
Kekuatan : Sihir alam
Kelemahan: akar
Dapatkan kuncup bunga untuk peningkatan skill ke tingkatan cincin empat dan juga sihir alam dan penyembuhan.

“Menarik”

Aleapun segera memfokuskan fikirannya dan mulai mulai mengumpulkan mananya diantara kedua telapak tangannya. Sulur yang membelitnyapun kian menguat. Nafasnya tersengal. Hingga cahaya keunguan perlahan keluar dari kedua tangannya.
Sihir pelemah jiwa. Alea mendapatkannya setelah berhasil  mengalahkan monster laba-laba yang ia temui saat pertama kali memasuki hutan ini. Selain itu, dia juga mendapatkan semacam sistem diotaknya yang dapat membantunya mengenali berbagai hal di sekelilingnya.

Perlahan, sulur yang ada membelit Alea kian melemah. Ternyata berguna juga monster laba-laba itu. Tapi ada satu lagi masalah. Dengan melemahnya pohon tua sasaran Alea sekarang, bukankah itu juga  berdampak pada perisai yang melindunginya?

“ Diam!” suara serak seorang pria dibelakang Alea serasa mengintimidasi. Alea dapat merasakan atmosfer di sekelilingnyapun mulai memanas. Tubuhnya gemetar. Padahal ia tidak sedang ketakutan. Ia hanya terkejut. Tanpa menghiraukan ancaman si pria, Aleapun kembali mengeluarkan sihir pelemah jiwanya dan diarahkan ke pria yang baru saja mengancamnya.

Alea dapat mendengar suara pedang terjatuh tepat dibelakangnya.

“ Apa dia pingsan? Ah, sudah kukira.Alea, kau memang luar biasa.” Namun belum sempat menengok kebelakang dan memastikan apa yang terjadi, seseorang tiba-tiba muncul dihadapannya dan mengagetkannya.

Aaaaaaaaa,.....

“  kau sudah kuperingatkan untuk diam! Tapi kenapa kau malah merusak gendang telingaku huh?”
Suara pria itu datar,dingin dan menyeramkan. Tangannya yang tadi refleks membungkam mulut gadis itupun serasa seperti mayat hidup. Alea yang menyadari satu hal, segera mengeluarkan jurus pamungkasnya.

“ Mampus kau! Dasar vampir! Eh, zombi sialan ding! Tetanus tetatus tu tangan, wek!”









TBC:)

Happy weekend all
Yang hari ini mau halan-halan,
Mau gak ditemenin Alea,apa mau sama Leon😂
Intinya jaga kesehatan,taati prokes,
Big hug
Istrinya Reyson🤪

Transmigrasi : The Death Angel Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang