10.

6.4K 580 69
                                    

~👑~

JEONGWOO berjalan dilorong kampus sambil menggandeng lengan Haruto karena kesusahan berjalan. Dia terus mengeluhkan badannya yang sakit terasa remuk karena ulah Haruto kemarin.

"Aku bilang untuk pelan, tapi kau tidak dengar dan makin--akhh!" Jeongwoo menghentikan langkahnya karena dibawah sana terasa sakit sekali.

"Ku gendong saja ya, eum?" Tawarnya. Haruto melepas jaketnya kemudian melilitkannya dipinggang Jeongwoo agar tidak ada yang bisa melihat dua bongkahan sintal Jeongwoo ketika digendong.

Haruto juga memindah tasnya kearah depan kemudian berjongkok didepan Jeongwoo. "Naiklah.." ujarnya seraya mengulurkan salah satu tangannya untuk pegangan Jeongwoo.

Menghela nafas pelan, Jeongwoo melirik orang sekitar yang kini memusatkan pandangan mereka pada keduanya. Lebih baik ia segera naik dan pergi dari sana dari pada terus jadi bahan tontonan. Lagipula, kalau bukan karena pantatnya yang sakit, Jeongwoo tidak akan mau digendong seperti ini.

Haruto menatap orang-orang yang memperhatikan mereka dengan tatapan tajam menghunus sehingga membuat satu persatu mengalihkan pandangan mereka karena takut.

"Kalau memang masih sakit, kenapa bersikeras berangkat kuliah? Bergerak saja susah, apalagi nanti kau harus duduk terus selama pelajaran berlangsung!" Omelnya.

Jeongwoo mengerucutkan bibirnya kedepan mendengar omelan Haruto. Ia kesal, kalau bukan karena pantatnya yang sakit dia tidak akan kesulitan sampai digendong seperti ini.

Jeongwoo mengeratkan lengannya disekitaran leher Haruto dan membenamkan wajahnya diceruk leher pemuda itu. "Jo Jung-nim akan membunuhku jika aku absen mata kuliahnya. Dan nanti dia akan menyiksaku dengan tumpukan tugas selama seminggu. Aku tidak mau harus mengurung diri di perpustakaan bersamanya selama itu." Cicitnya.

Haruto menghentikan langkahnya saat mendengar alasan Jeongwoo barusan. Tidak masuk akal sekali, kenapa dosen sialan itu harus bersikap berlebihan dengan menghukum Jeongwoo seprti itu. Dan lagi, bahkan ada banyak mahasiswa lain yang sering absen namun tidak satupun dari mereka diberi hukuman serupa Jeongwoo.

"Dosen sialan itu!" Geramnya lirih. Rahang Haruto mengeras, dia kesal dan ingin menghajar orang itu hanya dengan memikirkannya saja.

"Ruto?" Sang empu nama menoleh sedikit tanpa menyahuti. "Kenapa kita berjalan kearah kantin?" Tanyanya dengan bingung menatap area kantin.

Haruto tidak langsung menjawab dan menurunkan Jeongwoo kemudian menyuruhnya duduk disalah satu kursi disana. "Tunggu disini." Haruto mengusak pelan kepala Jeongwoo kemudian beranjak meninggalkannya.

Jeongwoo menoleh kesana kemari lalu menundukkan kepala, lebih memilih memperhatikan sepatunya.

"Park Jeongwoo!"

Sang empu nama mendongak dan menemukan Doyoung tengah berjalan kearahnya. Jeongwoo mengulas senyum dan berdiri untuk menyambut satu-satunya sahabatnya itu. "Doyoungie~ akh!" Jeongwoo memekik kesakitan saat berjalan menghampiri Doyoung.

Doyoung berlari untuk menangkap tubuh Jeongwoo dan membantunya untuk kembali duduk perlahan. "Kau tidak apa-apa?" Tanyanya dengan khawatir dan diangguki oleh Jeongwoo. Yah meskipun hanya dalih. Jeongwoo tidak mau membuat Doyoung khawatir padanya.

BLOOD | HAJEONGWOO (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang