16.

3.9K 444 22
                                    

~👑~

HARUTO menengadahkan kepalanya, menatap langit malam yang cerah tanpa awan dengan bintang yang samar-samar terlihat bertebaran disisi sang rembulan. Helaan nafas sesekali terdengar, berat dan frustasi. Wajahnya diusap kasar saat menurunkan kepalanya, sedikit melirik kearah kanan saat mendengar langkah kaki mendekat.

Haruto memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya ketika orang tersebut berdiri tak jauh dibelakangnya. Seringai tipis disunggingkan kala merasakan hawa tak nyaman dari orang tersebut.

Orang itu membawa salib yang terbuat dari perak.

Haruto mendecak pelan lalu memutar tubuhnya menghadap orang itu, menatapnya remeh seolah mengejek. Matanya beralih pada salib ditangan orang itu, Haruto mendekat dan meraihnya, mengangkatnya tinggi sejajar dengan wajahnya. "Dimana kau mendapatkan ini.."

Orang itu tersentak karena salib peraknya direbut oleh Haruto. Lebih dari itu, dia terkejut karena perak sama sekali tidak berpengaruh apapun pada pemuda jangkung didepannya ini.

"...Asahi?"

Sang empu nama menatap tajam Haruto dengan kepalan tangan. "Oh! Perak tidak mempan terhadapmu rupanya.. Haruto?" Asahi mendecih pelan.

Pemuda yang ia curigai sebagai vampir ini rupanya berhasil mematahkan salah satu dugaannya dengan tidak beraksi apapun pada perak, yang itu artinya dia bukan vampir. Tapi Asahi masih meyakini bahwa Haruto adalah mahluk immortal entah itu werewolf atau witch.

Cukup mudah mengenali apakah seseorang immortal atau tidak. Salah satunya dengan perak dan alkitab.

Asahi merebut kembali kalung salibnya lalu mengantonginya. "Kau ingin memberikannya untuk Jeongwoo?" Tanyanya retoris, namun tetap diangguki oleh Haruto meski ia sebenarnya tahu itulah yang diterka oleh Asahi.

Well, lagipula siapa lagi yang ada di otak Haruto selain Jeongwoo? Tidak ada.

"Sayang sekali, kekasihku mendapatkan ini dari Swiss saat kami pergi liburan kesana tahun lalu. Selain itu, Jeongwoo juga tak akan mau memakai aksesoris sekalipun itu berbentuk salib. Kau tahu kan kalau dia itu seorang Kristen?" Celotehnya panjang lebar.

Haruto terkekeh geli mendengar cerita Asahi. "Benarkah? Itu bagus. Dia bisa membacakan do'a untukku tiap malam agar kami bahagia selamanya." Ujarnya lalu tertawa kecil sambil menutupi separuh wajahnya sok malu.

"Sial aku geli mendengarnya." Asahi mendecih geli, dia melipat kedua tangannya didada menatap kearah manik madu Haruto. "Tapi bukankah kalian sedang bertengkar sekarang? Kenapa berpikir ingin hidup bahagia selamanya dengannya? Kau pikir aku akan diam saja saat melihatnya menangis seperti itu?" Cercanya dengan nada dingin.

Haruto mengendikkan bahu acuh, "Itu wajar karena kami sepasang kekasih, bukan begitu Asahi-kun?" Candanya lalu mengerlingkan sebelah matanya pada Asahi.

"Ku peringatkan dirimu Haruto, jangan menyakitinya atau aku mungkin akan membunuhmu tanpa keraguan sedikitpun." Peringatnya dengan tegas. Asahi lantas berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Haruto.

Haruto terkekeh menatap punggung Asahi yang menghilang memasuki lobi apartemen. "Hahh.. lihat sepupumu itu sayang, dia sangat menyayangimu bahkan sampai mengancam akan membunuhku." Kekehnya.

BLOOD | HAJEONGWOO (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang