12

2.4K 351 13
                                    

Yuk yuk tap tap bintangnya!

Mobil BMW berwarna putih itu memasuki gerbang rumah besar keluarga Adipura.

Mobil BMW berwarna putih itu memasuki gerbang rumah besar keluarga Adipura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu Jisung dan papanya keluar dari mobil, para pelayan keluarga terpandang itu langsung membukakan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu Jisung dan papanya keluar dari mobil, para pelayan keluarga terpandang itu langsung membukakan pintu. Sejujurnya, Jisung enggan untuk bertolak ke rumah ini apalagi jika untuk acara kumpul keluarga. Namun karena ancaman Adipura semakin mengancam kesejahteraan hidupnya, akhirnya tidak ada pilihan selain mengalah. Tentu saja, papanya turut andil membujuk anaknya yang sangat keras kepala itu.

Lagipula, dia bisa pergi ditengah acara nanti karena dia juga harus hadir dalam pertempuran nanti malam. Setidaknya Adipura melihat kehadirannya di sini.

Acara keluarga adalah acara yang paling Jisung hindari karena satu dua alasan. Pertama, dengan dia menghadiri acara keluarga, rasa rindunya terhadap mamanya akan semakin membuncah. Yang sialnya sampai kapanpun Jisung tidak akan pernah bertemu dengan malaikatnya.

Kedua, rasa marahnya pada Adipura masih membuat egonya tinggi untuk bertemu atau bahkan menuruti perintah Adipura. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan itu.

Ketiga-

"Hello, Jisung!"

Suara bariton itu membuat Jisung langsung mengenali si pemilik. Soobin, sepupunya. Anak dari adik papanya, Gentala Adipura itu menyapa kehadiran Jisung dengan ceria. Demi apapun, jangan lagi. Kalau boleh Jisung memilih dari sekian daftar kenapa dia tidak ingin berada di sini, bertemu dengan Soobin masuk didaftar paling atas. Karena awal hidupnya rumit berasal dari orang itu.

"My, bro!" Soobin merentangkan tangannya, berjalan menuju Jisung yang wajahnya tampak datar. Kemudian, Jisung masuk ke dalam pelukannya. "Kangen gue nggak?" Dia berbisik rendah.

Soobin melepas pelukannya, memberikan Jisung sebuah senyum miring. Jisung hanya memutar bola matanya malas. Lalu dia dorong tubuh Soobin menjauh.

"Jisung, please be nice?" Kata Papanya pelan.

"Nggak untuk dia." Jawab Jisung. "Kejadian sepuluh tahun yang lalu, bukan salahku." Kata Jisung menekankan kalimat bukan salahku.

"I know. Kita udah bicarain itu. Maksudnya, sekarang kan lagi ngumpul nih, jangan dibawa dulu soal itu ya?" Wijaya mencoba memberi pengertian. Namun tetap saja, Jisung adalah Jisung. Si keras kepala.

TUTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang