21

2.7K 391 38
                                    

Happy ending, atau sad ending, atau gantung terus ada book 2?

"Apa hal yang paling lo syukuri dalam hidup lo?"

Jisung masih memikirkan pertanyaan itu dari dua hari yang lalu. Dia selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah kehadiran Chenle dalam hidupnya juga masuk ke dalam daftar hal yang harus dia syukuri? Harusnya sih iya, kehadiran Chenle meski sama sekali tidak pernah diharapkannya, siapa sangka justru Chenle yang menjanjikan tempat ternyaman untuknya sekarang.

Sayangnya, sejak pulang dari pantai kemarin, Chenle tidak ada kabar. Tidak sepetti biasanya. Sialnya, hal itu yang kini mengganggu pikiran Jisung. Kemana dia?  Bahkan hari ini dia tidak masuk kuliah. Tutor macam apa dia?

Kontak Si Culun masih jadi yang teratas dibarisan pesan onlinennya. Pesan terakhir yang hanya Jisung baca dan sampai sekarang tidak ada pesan baru lagi. Bertanya kepada kakeknya? Dia tidak yakin jika orang tua itu tidak akan bertanya melenceng. Jisung terlalu malas juga bertemu dengan kakeknya.

Mencari Chenle ke rumahnya? Kosong. Selalu tidak ada orang ketika dia ke rumah Chenle.

Minuman kalengnya sudah separuh habis saat Johnny masuk. VIP mengadakan agenda untuk kumpul dan membahas soal donasi rutin di panti asuhan. Karena memang Johnny adalah anggota terakhir yang ditunggu maka setelah datangnya Johnny semua bersiap untuk rapat.

"Muka kusut gitu, Jisung?" Celetuk Johnny sembari duduk ditempatnya. Lalu dia bersuara lagi. "Gimana keadaan lo? Gue dengar dari dua teman lo kalau lo sakit kemarin."

"Udah baik." Jawab Jisung.

Johnny mengangguk, dia tidak lagi membicarakan soal Jisung atau bertanya lebih jauh kenapa Jisung terlihat seperti banyak pikiran. Johnny kenal Jisung cukup baik dan dia tau kalau Jisung tidak suka dipaksa untuk membuka suaranya dan mengeluarkan apa saja isi pikirannya.

"Jadi gimana?" Tanya Johnny memulai rapat.

"Balapan belum kelihatan hilal, buat masalah dulu kali kitanya ya?" Sungchan menjawab langsung.

"Lo sini gue kasih masalah." Celetuk Taeyong.

Sungchan nyengir, "Ampun, bang."

"Donasi sembako aja gimana?" Tanya Jisung akhirnya, memberi ide.

Ten mengangguk. "Boleh, boleh. Lagian uang khas VIP banyak kan?"

"Cukup banyak." Johnny menyahut. "Jadi kita kudu belanja ya ke supermarket-"

"Ya iya lah bang, beli. Masak ngerampok. Digebukin orang sekampung kitanya." Potong Hendery.

"Ya maksud gue tuh, lo diem dulu deh, Der." Johnny menghela nafas lelah. "Kita belanja ke supermarket nggak mungkin satu VIP kan? Dikira pemuda pancasila nanti."

"Amit-amit." Winwin bergidik ngeri.

"Perwakilan aja deh!" Celetuk Lucas. "Siapa gitu kek yang mau belanja. Gue nggak bisa, soalnya besok ada kelas gabungan, winwin juga nggak mau kalau berangkatnya nggak sama gue."

"Bulol cuih." Cibir Taeyong.

"Sirik aje lo jomblo. Confess ke Jaehyun tuh, keburu diembat adik tingkatnya."

"Diem lo!" Taeyong melayangkan pelototan maut.

"Gue besok harus ke wedding sepupu gue." Johnny memberitahu. "Acaranya kelar sampai malam- ini kita lusa kan ke panti? Kalau lusa benaran nggak bisa gue yang belanja takut buru-buru dan banyak yang nggak kebeli."

"Ya lo panikan sih orangnya." Cibir Ten, membuat Johnny memutarkan bola matanya malas.

"Sungchan Hendery gimana?" Tanya Taeyong.

TUTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang