37

2.7K 287 50
                                    

Perjalan dari Indonesia menuju Paris membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 16 jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalan dari Indonesia menuju Paris membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 16 jam. Chenle mungkin bukan orang yang sekatrok itu, tapi yang namanya Paris, meski dia baru menjejaki bandara Charles de Gaulle saja sudah terwah-wah.

Jisung menggandeng tangannya, sesekali dia melihat Chenle yang masih asik menlihat sana-sini, membuat senyumnya tak bisa dia tahan. Sementara Antonio begitu sigap dibelakang, membawakan koper dengan bantuan troli. Pria itu tidak banyak komentar mengenai kedekatan Chenle dan Jisung.

"Jisung."

Jisung menoleh, "Ya?"

Antonio berdehem. "Apa kita langsung ke apartemen untuk istirahat atau ingin makan dulu di resto? Saya bisa hubungi restoran untuk reservasi agar tidak menunggu lama."

Tidak langsung menjawab, Jisung malah menoleh ke Chenle. "Kamu mau makan atau langsung pulang?"

"Kok tanya aku?" Chenle balik bertanya. "Kan kamu yang ditanya, jadi keputusannya ada di kamu. Nggak boleh lempar keputusan ke orang." Chenle mendekat ke arah Jisung. "Takut dia ngomong ke kakek tau."

Jisung cuma tersenyum kecil. Sebenarnya hal itu bukan masalah, lagipula Jisung hanya meminta pendapat karena takutnya Chenle cukup lelah untuk sekedar makan saja. Tapi cowok itu benar-benar memperhatikan hal sekecil apapun, dia tau jika posisinya sekarang tidak sebagus dulu yang hanya sebagai tutor saja bukan pacar.

"Makan." Kata Jisung. Antonio langsung mengangguk. Dengan cekatan, Antonio memesan reservasi untuk mereka bertiga. Tidak lupa juga menelpon supir yang sudah siap untuk membawa koper mereka lebih dulu ke apartemen.

"Ji."

"Ya?"

"Pacaran sama kamu, berasa aku main film action mafia-mafia." Kata Chenle random sembari menunggu sopir datang membawa mereka ke restoran.

Jisung terkekeh. "Kok bisa?"

"Aku pikir orang sekaya yang kaya banget itu nggak ada. Ternyata mereka ada ya, cuma low profile aja. Aku mana pernah nyangka bisa dihubungi sama salah satu pengusaha top di Indo buat jadi tutor cucunya yang bandel abis?"

Jisung cuma menggelengkan kepalanya. Nggak ada habisnya bahas masa lalu.

"Sering aku mikir, coba kalau aku nolak. Chia bakal sembuh nggak ya? Terus hidup aku ke depan gimana?"

"Makanya tahan waktu aku sering marah-marah ke kamu?"

Chenle menggeleng. "Nggak juga. Orang kayak kamu mah memang harus dihadapin pelan-pelan. Dingertiin pelan-pelan. Karena kamu selalu berorientasi sama ego kamu, jadi nggak bisa tuh dibalas sama ego juga. Jadi salah satunya harus ngerti. Toh aku juga nggak diem aja, aku tegas sama kamu."

"Ngancem lebih tepatnya."

"Itu trik terakhir aku." Chenle terkekeh. "Karena kamu bakalan nunduk sama Tuan Adipura, apalagi kalau akses kamu di blokir semua. Kamu nggak bisa tampil keren dong?"

TUTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang