17

2.6K 384 27
                                    

piw ayo vote 🥰🥰🥰🥰
btw kangen nggak??

Chenle pernah menghadapi Chia yang sakit dan rewelya minta ampun. Sedikit-sedikit menangis, tidur baru dapat lima menit sudah terbangun dan menangis lagi. Tapi jujur saja, ternyata merawat orang dewasa yang sakit ternyata juga melelahkan.

Terhitung sudah lima jam Chenle berada di Apartemen Jisung. Dia belum pulang sama sekali dan tidak tau juga apakah dia bisa pulang nantinya. Karena sedari tadi, Jisung tak bergerak. Masih damai dalam tidurnya.

Dan selama itu juga Chenle menghabiskan waktunya hanya untuk membersihkan kamar Jisung yang lebih pantas disebut kapal pecah. Jujur saja, dia memang kesal lantaran dia melakukan hal ini tidak ada bayarannya tapi disisi lain Chenle tidak suka melihat sesuatu yang berantakan dan kotor. Makanya tidak heran jika tadi cowok berkaca mata itu membersihkan tempat tinggal Jisung sambil ngedumel.

Dilihat-lihat, kasihan juga Jisung kalau sudah seperti ini. Dia tidak tau apa masalah Jisung, apa yang membuat cowok tiang ini sampai bisa terkulai lemas diatas tempat tidur.

Untuk beberapa saat Chenle bertarung dengan dirinya sendiri. Bimbang antara ingin membangunkan Jisung atau menunggu cowok itu sampai bangun. Tetapi karena sedari tadi Jisung belum makan dan dia takut jika Jisung malah terkena tipes nantinya, maka dia memilih opsi nomor satu.

Chenle duduk di sisi tempat tidur Jisung. Dia menatap jam dinding yang menemani Jisung sedari tadi. Jisung mau makan apa ya? Batinnya tiba-tiba bertanya.

Dia kan orang kaya, mana mungkin mau makan telor ceplok? Gue belum liat isi kulkasnya sih, kalau ada sayur mending dibik-

"Eeeungghh-"

Chenle menoleh, dia tidak lagi meributkan Jisung mau makan apa ketika erangan halus itu menarik perhatiannya. Dia baru sadar, jika wajah Jisung dibanjiri keringat, wajahnya terlihat cemas, bergerak tidak nyaman.

Chenle mengusap dahi Jisung. Masih panas. Dia membersihkan bulir-bulir keringat Jisung yang besar tanpa tisu. Lalu dia buat terpekik saat Jisung terisak pelan.

"Jisung?" Panggilnya pelan, khawatir. Cowok itu mendekatkan dirinya ke Jisung, yang ternyata Jisung masih bergerak gelisah. Suara isakan itu terdengar kembali, seolah dia mengalami sesuatu yang buruk dimimpinya.

"Jisung, hei?" Panggil Chenle lagi. Chenle panik, lantaran dia takut jika Jisung kejang. Dia memang bukan dokter, tapi dia tau karena Chia pernah mengalami hal seperti itu. Dia bisa saja menangangi Chia yang masih anak-anak, tapi kalau Jisung? Dia tidak yakin.

Maka dari itu Chenle memberanikan diri menyentuh pipi kiri Jisung. Mengusap-usapnya lembut. Dia hanya berharap Jisung bangun, dia akan membuatkan Jisung makan dan air hangat, apapun asal sakit Jisung tidak semakin parah.

"Ji? Jisung? Ini Chenle."

"Mimpi buruk ya?" Tanya Chenle pelan. "Kalau minpi buruk, bangun. Lo juga belum makan." Chenle menepuk pipi Jisung pelan.

"Gue bikinin makan dulu deh ya? Gue nggak bisa masak kayak masakan di restoran bintang lima, tapi gue bisa masak yang biasanya Chia suka kalau lagi sakit. Jadi tunggu."

Chenle berniat untuk menjauh, memasak sebelum Jisung benar-benar bangun. Dia pikir seharusnya makanan harus siap lebih dulu sebelum Jisung bangun. Namun hal yang mengejutkan adalah ketika Jisung menarik tangan Chenle kembali untuk mendekat, Jisung seketika membuka matanya, khas seperti orang yang baru bangun dari mimpi buruk.

TUTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang