sepuluh

4.6K 243 4
                                    

"Pergi kemana saja kau kemarin? Bibi dan paman bilang kau pergi dengan si mata empat itu," Vali duduk disamping Askal yang sedang menonton tv dan mengemil.

Askal menoleh kearah Vali "hanya ke mall dan kafe biasa kita datangi."

"Pantas saja lemari menjadi sangat penuh dengan pakaianmu yang sangat tidak penting,"

"Itu penting tau. Bajuku sudah habis, aku tidak punya lagi,"

Vali mengerutkan keningnya dan menoleh kearah Askal yang tengah memakan chips dengan mulut penuhnya "Kau bilang apa? Tidak ada baju? Lalu itu hampir satu lemari full itu baju siapa, ha?. Kita berbagi lemari dan aku hanya memakai sedikit ruang dan sisanya dirimu. Bisa bisanya kau bilang tidak punya baju. Astaga Askal lebih baik kau membeli stok bahan makanan daripada baju tidak pentingmu,"

"Hei, hei, tunggu dulu. Kenapa harus aku yang membeli bahan makanan? Dan satu lagi, aku tidak membeli pakaian itu dengan uangku, itu adalah uang Aiden. Dia yang membelikan diriku. Dan kenapa kau malah mengomel kepadaku," Askal mempoutkan bibirnya dan membuang muka pertanda dia marah. Hah, Jika sudah begini Vali seperti merawat bayi setahun. Tapi bagi Vali lebih baik merawat bayi daripada Askal. Karena jika Askal sudah marah dia lebih kekanakan daripada bayi. Poor  Vali.

"Hah, sudahlah. Aku akan pergi ke supermarket. Kau ingin ikut atau menjaga rumah?" Tawar Vali. Vali beranjak dari sofa. Mendengar itu telinga Askal menjadi seperti telinga kelinci yang bangun menjadi berdiri.

"Aku ikut. Aku ingin membeli camilan dan beberapa perlengkapan mandi" Vali menoleh ke belakang.

"Cepatlah. Aku sudah memesan taksi didepan. Jika dalam 10 menit kau tidak datang akan ku tinggal kau menyusul sendiri," Askal segera berlari menuju kamar tanpa menjawab ucapan Vali.

______

"Kau.Sangat.Menyusahkan.Diriku.Sialan. Untung saja aku bertemu Ega jadi dia bisa membantu kita," Askal melirik kearah Ega yang tengah menaruh barang barang mereka di sofa.

"Aku hanya membeli apa yang aku inginkan. Apa itu salah?" Vali hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Ega kau duduklah dulu akan ku buatkan minuman,"

"Tidak perlu. Aku langsung pergi ada urusan penting,"

"Ya, kau pergilah. Jika kau disini hawa rumahku menjadi dingin," Ega tidak memperdulikan Askal dan tetap memandang kearah Vali.

"Baiklah, terima kasih atas bantuannya." Ega hanya mengangguk kemudian keluar. Sekarang hanya tersisa dua orang yang sedang meributkan dimana mereka harus menaruh barang ini.

"As- sialan dimana anak itu" Vali mencari ke segala arah namun tidak ada hasilnya. Askal melarikan diri dari ruangan itu, dia pergi keluar tanpa sepengetahuan Vali.

_____

"Ega, tidak biasanya kau terlambat," ucap seorang wanita dari belakangnya.

"Ya, aku ada urusan tadi," tanpa menoleh kearah si perempuan Ega terus berjalan tanpa menghiraukan dirinya.

"Oh. Baiklah Dilry dan Zio sudah menunggu sepertinya," kemudian mereka berdua menuju kearah dua teman mereka yang berada di meja paling belakang. Dirly dan Zio merasa ada yang janggal dengan sikap temannya ini. Tidak biasanya dia bersikap seperti ini.

"Ga, tadi kulihat kau bersama Vali dan seorang pemuda manis, siapa dia?" Ega mengerutkan keningnya. Dia merasa tidak suka dengan ucapan Zio yang mengatakan Askal manis.

"Sepupu Vali," Zio sedikit tidak percaya temannya ini bisa akrab dengan orang lain secepat itu.

"Vali? Siapa itu Ga?" Rosa menoleh kearah Zio

"Oh, kau tidak kenal Ros. Vali adalah temanku dan Ega di JHS dan ternyata kami satu sekolahan dan Ega satu kelas lagi dengannya," jawab Dirly.

"Aku tidak pernah tau?"

"Mungkin kau akan kaget jika tau siapa Vali itu. Dan ku sarankan kau jangan pernah bermain api dengannya," ucap Dirly mengingatkan Rosa. Entah mengapa Dirly merasakan Rosa ini akan berulah. Dirly tau Rosa bukan orang sembarangan tapi dia hanya diam saja.

"Apa maksudmu Dir? Aku- untuk apa aku bermain api. Kurang kerjaan sekali,"

"Sudahlah kalian. Aku sangat bosan mendengar ucapan kalian yang tidak masuk akal. Sekarang kita mengerjakan tugas saja. Lihatlah Ega sudah masam sekali wajahnya," lerai Zio. Merasa namanya disebutkan Ega menoleh kearah Zio dengan tatapan tajam.

"Ah... Kalian mengerjakan tugas saja, aku ingin bermain game," Dirly menatap Zio heran.

"Apa? Aku sudah mengerjakannya jadi aku bebas,"

"Mengapa tidak memberitahuku?" Zio mengernyit heran.

"Untuk apa? Sudahlah sana kerjakan. Oh ya mungkin Rosa bisa membantu walau kalian beda sekolah,"

"Hah? Tidak sudi. Lebih baik aku pergi,"

"Yayaya, aku lebih suka kau tidak disini. Mengganggu pemandangan,"

"Cih, kau pikir siapa dirimu?"

"Harusnya aku yang tanya siapa dirimu?"

"Kau-"

"CUKUP, Zio, pergilah ke mobil sebentar lagi aku menyusul." Zio bergegas menuju mobil dirly.

"Dan kau Rosa bisakah kau jangan sok akrab dengan kita. Hanya karena kau mengenal Ega bukan berarti kau bisa seenaknya."

Rosa mengepalkan tangannya erat. Berani beraninya mereka bersikap seperti itu.

Voment ⭐

Like and share juga boleh mwehehe

Aku revisi dikit. Soalnya aku liat liat lagi kok ada yg aneh🙏

What Is ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang