lima belas

2.7K 156 3
                                    

Awalnya Ega canggung berada diantara keluarga Askal yang bergelimang harta. Orang tuanya kaya tapi jelas masih dibawah Askal dan Vali. Ega merasa nyaman diperlakukan layaknya seorang anak kandung oleh ibunya Askal dan itu membuat Askal menjadi uring-uringan. Jika dipikir lagi Askal itu memang lucu dan pintar tapi bodoh. Iya, dirinya memang pintar tapi dibidang olahraga dan untuk lainnya memang agak bodoh dan Vali selaku sepupunya pun kadang hanya bisa menghela nafas berat. Tapi semenjak dirinya dan Ega membuat kesepakatan itu dirinya bisa lebih bebas tanpa gangguan Askal dan lebih enaknya lagi adalah apartemen yang Vali tinggali bersama Askal kini sudah sepenuhnya menjadi hak Vali karena Askal kini tinggal dirumahnya. Akhirnya rencananya tidak sia sia.

"Askal, 3 minggu lagi kau ingat?" Askal menatap Vali bingung.

"Kau akan pergi ke London bukan? Apa kau akan menetap disana? Paman dan bibi berkata padaku bahwa mereka akan pindah kesana. Bukankah mereka pergi bersamamu?"

"Yaa mama juga berkata demikian. Tapi kau tau aku sudah sangat nyaman disini bahkan jika aku disuruh menetap dirumah aku tak apa sendiri asal aku tak menetap disana." Vali menoleh ke arah Askal. Tidak biasanya Askal berkata nyaman dirumahnya sendiri.

"Kau tidak merencanakan sesuatu bukan? Aku sangat mengenal dirimu asal kau tau,"

"Hei hei kenapa kau selalu curiga denganku? Aku memang sekarang lebih nyaman dirumah sendirian bah-"

"Bukan gegara ada Ega?" Telinga Askal seketika memerah mendengar kata Ega "Ayolah Askal, aku tau kau dan Ega sekarang sudah semakin dekat karena sebulan ini dia mengajarimu dengan penuh kasih sayang,"

"Omong kosong, kasih sayang apanya? Dia bahkan selalu memukulku menggunakan buku tebalnya," Askal mempoutkan bibirnya.

"Ya karena kau bodoh," Vali beranjak dari kursinya kemudian pergi keluar menuju lapangan. Askal tidak mengikutinya seperti anak bebek karena dirinya sudah sangat lelah, mengantuk dan lapar tapi dirinya malas untuk bergerak jadi Askal memutuskan untuk tidur saja.

°

°

°

"Zi, You know what happened to Rosa?" Zio mendengus kesal entah mengapa pertanyaan Dirly membuat Zio muak.

"Kenapa? Kau peduli padanya? Jika begitu mengapa tak kau tanyakan sendiri padanya," Zio berjalan menjauh dari Dirly dan Ega. Vali yang berpapasan dengan Zio terheran mengapa wajahnya jelek sekali. Dirly ingin mengejar sahabat sejak oroknya itu tapi ia urungkan dulu.

"Mengapa Zio terlihat kesal?" Tanya Vali mendatangi Dirly dan Ega.

"Tanyakan pada temanmu," Ega menoleh ke arah Dirly.

"Humm," Vali menganggukkan kepalanya "Oh, aku ingin menanyakan beberapa hal pada kalian." Lanjutnya

"Apa?" Dirly mendudukkan dirinya di kursi.

"Kalian kenal Rosa Cathlyna?"

"Bukankah kau sudah pernah bertemu dengannya?" Ucap Dirly.

"Iya memang, tapi itu hanya tau nama dan wajahnya saja. Yang aku maksud adalah aku ingin tau segalanya tentang dirinya. Aku tidak mungkin bertanya pada kakakku maupun keluargaku bukan? Yang ada malah mereka curiga. Jadi, Kalian bisa jelaskan padaku?"

"Memangnya apa yang dia lakukan sampai kau peduli?" Dirly memandangi Vali dengan penuh selidik.

"Bukan denganku tapi dengan Askal." Mendengar kata Askal entah mengapa membuat Ega tertarik.

"Ega," Dirly menyebutkan nama Ega karena biarlah Ega saja yang menjelaskan segalanya. Toh memang Rosa lebih dekat dengan Ega dibanding Zio dan Dirly.

Ega menarik nafas pelan "Kau tau bukan bahwa aku, Zio, dan Dirly teman masa kecil? Di lain itu aku memiliki teman lagi dan kau bisa menebak itu siapa bukan? Sebenernya aku dan Rosa lebih lama kenal dibanding aku dengan Zio dan Dirly. Rosa juga dari keluarga yang lumayan terpandang. Kau tau keluarga Hoshi? Itu keluarga dia. Dia anak tunggal dari Mateo Hoshi dan Kareena Dhsyvana. Sejauh yang ku tau dia sempat pindah ke Belgia sewaktu kita akan masuk JHS dan kemudian kita dipertemukan lagi sewaktu SHS."

"Kareena Dhsyvana... Nama yang tidak asing. Tapi dimana aku pernah mendengarnya? Jadi dia murid pindahan itu bukan?" Ega mengangguk.

"Lalu? Selain keluarga apa kau mengetahui hal lainnya?"

"Kurasa tid-"

"Dia akan melakukan apapun demi tujuannya." Ucapan Ega terpotong oleh Zio yang datang kembali sambil membawa popcorn dan juga soft drink. Ketiga orang disana langsung memandang kearah Zio.

"Apa? Aku benar bukan? Dirly juga tau itu." Ega mengernyitkan keningnya karena agak tidak percaya dengan ucapan Zio.

"Dirly, kau mengetahui sesuatu bukan?" Dirly menghela nafas kemudian menjawab pertanyaan Vali.

"Kalian duduklah dulu. Apa tidak pegal jika berdiri terus?" Mereka semua duduk dipinggir lapangan. Untung saja dipinggir lapangan ada beberapa kursi sisa acara tadi.

"Yang dikata Zio memang benar. Kau ingat Vietta, Ga?"

~tbc~

Nyambung gasi gess? Nyambung ya nyambunglah ya.. ya kudu nyambung si  tar kalo aneh gue revisi deh ya(。•̀ᴗ-)✧

Sejujurnya gue cmn masi mengumpulkan niat buat nulis
Tapi sekalinya niat dan lagi dapet inspirasi bisa dihari itu juga bisa up banyak, hehe.

Jadi maap yak kalo slowup (ʘᴗʘ✿)

Dan gue ucapin THANK YOU VERY MUCH MUAHHH BUAT YANG UDAH BACA huhuhuhu.

Tunggu aja yak syabarh!!! Atau gak Klian bisa baca cerita lainnya dari gue ya siapa tau minat gtu. Udah ya gue mau lanjut hibernasi( ╹▽╹ )

What Is ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang