delapan belas

2.5K 152 6
                                    

"Oh Askal kamu sudah sampai padahal mama baru akan menelponmu agar tidak cepat pulang" ibu Askal turun menuju mereka berdua.

Askal merotasi matanya malas. Apakah itu berarti dirinya tidak diperlukan disini? "Hm.. dimana papa, ma?"

"Di ruang kerja, sebaiknya kamu kesana sayang dan bilang pada papamu untuk segera turun." Askal hanya mengangguk dan pergi meninggalkan Ega dan ibunya.

"Ayo Ega kita ke ruang tamu dulu ada yang perlu bibi bicarakan." Ega hanya menurut mengikuti ibu Askal dari belakang.

Ega mendudukkan dirinya pada sofa "Ega, bolehkah bibi meminta tolong sekali lagi padamu?"

"Sepertinya aku mendapat sinyal buruk disituasi ini" batin Ega "Apa itu bibi?"

"Jadi begini,, aku dan ayahnya Askal sudah memutuskan agar Askal disini saja karena kami tau dia sebenarnya tidak menyukai perjalanan bisnis. Bisakah kamu membantu kami menjaga Askal? Aku tau dia ada Vali disini hanya saja Askal itu sangat sulit diatur bahkan Vali sudah menyerah. Jadi maukah kamu membantu bibi? Hanya seminggu saja dan tentukan kalian ada dibawah pengawasan Vali dan kami tentunya."

"Bibi... Ini,, kurasa aku-"

"Sebentar saja nak... Kami akan selalu mengirim kalian uang setiap harinya. Kami juga ak-"

"Bibi, aku tidak bisa membantu kalian" "ayolah aku hanya tidak ingin mendapat orang yang sangat merepotkan seperti anak kalian itu"

Karena sulit untuk bernegosiasi dengan Ega akhirnya ibu Askal mengeluarkan jurus yang sangat ampuh yaitu memohon dengan wajah sedihnya. Sial, ini bahkan jurus yang sama seperti Askal ketika dia menginginkan sesuatu dan harus dituruti. Mau tak mau Ega harus menerimanya.

"Siall, aku tidak tega melihat wajah bibi arghh. Hahhh, baiklah bibi tapi ini tergantung dengan jawaban Askal." Dengan senyum yang mengembang ibu Askal akhir ya memanggil ayah dan anak itu untuk segera turun makan. Setelah semua selesai makan kini mereka berempat berada diruang tamu untuk bersantai dan bercengkrama.

"Nak Ega, sepertinya ibunya Askal sudah berbicara padamu bukan? Terlihat jelas dari raut wajahmu, hahaha." "Iya paman, kau tau istrimu itu licik" Ega hanya tersenyum canggung menanggapi ucapan ayah Askal.

Askal yang tidak mengetahui apapun itu hanya acuh tak acuh terserah apa yang mau mereka katakan ia tak peduli. Sejujurnya ia akan tidur saja jika sang ibu tidak memaksanya duduk bersama diruang tamu sambil menyantap cookies buatan ibunya.

"Sayang, mama sudah bilang pada Ega agar kamu dan dia bisa tinggal bersama selama kami pergi. Kami juga-"

"APAAA!!!! TIDAK!!!! aku lebih memilih tinggal bersama Vali daripada bersamanya" sembari menunjuk kearah Ega yang tengah menyeruput teh itu.

"Are u seriously Dad?? you told me to live with him? NO OHO THAT WOULDN'T BE POSSIBLE !!!" batinnya

"Sayang dengarkan mama dulu,, Vali tidak bisa selamanya berada di sampingmu toh dia juga ada keperluan bukan? Jadi mama memutuskan meminta Ega agar menjagamu."

"Mama, aku sudah besar dan juga aku laki-laki jika mama tidak lupa!!"

"Tapi cantik" dua kata muncul dari bibir Ega membuat tiga orang disana langsung menengok kearah Ega pasalnya selama ini mereka tidak pernah mendengar Ega memuji orang lain. Askal yang mendengar ucapan Ega tadi pun wajahnya sudah memerah antara malu dan sedikit bahagia, mungkin? "Sialan, mulutnya licin sekali berkata aku cantik apakah dia buta aku ini tampan" Dan sang tersangka pun sangat tak acuh dengan tatapan ketiga orang disana.

"Ekhem, jadi Askal papa sudah memutuskan bahwa Ega lusa akan tinggal disini karena jadwal penerbangan papa dipercepat,"

"Pfft  uhuk uhukEga yang tengah minum itu tersedak sehingga menyemburkan air.

Tanpa disadari Askal sudah mengelap baju Ega dengan tisu dengan rasa khawatir "Kau tak apa??" Ega kemudian memegang tangan Askal yang hampir menyentuh asetnya membuat Askal tersadar dari apa yang dia lakukan saat ini. Bisa dilihat dari raut wajah ibunya bahwa ibunya tersenyum tipis sepertinya dirinya sedang berimajinasi.

"Ah,, ma-maaf maaf," Askal kembali ke tempat duduknya semula.

"Aku tau nak Ega terkejut begitupula dengan Askal tapi paman mohon padamu untuk menyetujui permintaan paman ini. Tenang saja Askal sudah setuju kan nak?" Ayahnya tersenyum ke arahnya dan dia bisa merasakan aura mengancam seperti "kau harus setuju!! Tanpa ada penolakan atau semua asetmu papa ambil!!" Yah kurang lebih seperti itu jadi mau tak mau Askal hanya mengangguk sembari tersenyum palsu.

Ibu Askal berdiri dan menarik tangan kedua anak Adam itu lalu didorongnya menuju pintu keluar "Baiklah anak-anak kalian boleh pulang. Terimakasih sudah mampir,"

"Yakk, mama mengusirku juga?? Tak apa jika kalian mengusir Ega tapi kenapa aku juga ikut diusir??"

"Ohh maaf saja anakku tapi orang tuamu ini ingin menghabiskan waktu berdua" BLAMM   pintu pun ditutup keras oleh ibunya. Sungguh apakah benar dia ibunya? Kenapa sekarang sangat berbeda dulu ibunya sangat lemah lembut dan memanjakan dirinya tapi sekarang lihatlah bahkan tega mengirimkan anaknya pada orang yang baru dikenalnya walau orang itu kenal dengan sepupunya tapikan tidak dengan dirinya.

~tbc~


Hai gess!!! Iya gue tau gue baru nongol lagi setelah cukup lama gue ga up karena memang pertama gue males, dan kedua gue belum dapet inspirasi walau sering berhalu wkwk... So, maap yak kalo ga mesti seminggu sekali atau sebulan bbrp kali karena memang gue nunggu NIAT!! sekian dari gue selamat malam wahai pujaan hati orang (~ ̄³ ̄)~

Oh iya panggil gue Aunty An atau Eii aja ya jgn ada embel² author atau Thor kek yaaa?? Oke, see u next time ෆ╹ .̮ ╹ෆ

What Is ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang