25. Memang harusnya seperti itu

5.8K 274 34
                                    

Alana yang tersenyum gara-gara bercandaan Bu Sarah kini tiba-tiba mereka berdua terkejut dengan kedatangan Ragnala yang sudah babak belur itu.

Bu Sarah mendekat dengan kaget. "Ragnala MasyaAllah kamu kenapa?"

Ragnala tiba-tiba duduk bersimpuh dihadapan Bu Sarah dan Alana yang berdiam diri dibrankar meskipun tubuhnya terasa sangat sakit, bahkan wajahnya banyak darah.

"Eh Nala." Heran Bu Sarah memegang kedua pundak.

"Maaf Ragnala belum bisa membunuh Axel. Tapi setidaknya Ragnala berhasil buat Axel kritis Bun, Na."

Bu Sarah menggeleng tidak setuju dengan ucapan yang dilontarkan Ragnala barusan. "Aduh Nala Buna gak nyuruh kamu untuk menghabisi Axel."

"Tapi Nala ingin axel mati gara-gara udah buat Alana celaka."

Bu Sarah berlalu pergi memanggil dokter karena melihat Ragnala yang kian melemah bahkan dia mengeluarkan darah dari hidungnya itu. Saat Bu Sarah keluar ruangan, Alana turun dari brankar dan menahan tubuh Ragnala yang tiba-tiba tumbang.

"Nala?"

"Maafin gue Na, gue seharusnya lebih perduli sama lo." Ucap Ragnala.

"Gue gapapa Nala, kenapa lo sampe segitunya?"

Disela-sela rasa sakit yang Ragnala rasakan dia nampak tersenyum kearah Alana. "Gue gak terima cewek seimut lo jadi korban pelecehan seksual. Gue ingin orang-orang itu mati ditangan gue Na."

"Gue gak perduli Nala. Seharusnya lo gak kaya gini."

Mendadak Ragnala pingsan bebarengan dengan seorang dokter masuk kedalam dengan terburu-buru.

"Ragnala!"

****

Setelah delapan jam Ragnala tidak sadarkan diri. Kini dia kian membuka matanya dengan kepalanya yang terasa pening akibat pukulan tadi siang. Disana tangan Ragnala sudah diperban karena jari-jari nya yang patah.

Orang yang pertama kali dia lihat adalah Saga. Dia duduk dengan melipat tangannya didada memandang Ragnala dengan datar.

"Ngapain lo disini?" Tukas Ragnala tiba-tiba.

"Menjadi orang Baik." Ucapnya singkat.

Ragnala hanya berdeham kecil kemudian melirik gelas yang berisi air putih diatas nakas. Rasanya tenggorokan nya terasa kering setelah beberapa jam tidak menelan air.

Dengan susah payah Ragnala meraih gelas itu tanpa meminta tolong Saga untuk mengambilkan nya.

Dengan menghela nafasnya kasar, Dengan berat hati Saga membantu Ragnala yang kehausan itu.

"Gue bisa minum sendiri." Ucap Ragnala.

Dengan enteng Saga memberikan gelas itu kepada Ragnala, namun tumpah. Karena jari-jari tangan Ragnala tidak mampu mengangkat beban gelas itu.

"Ck." Decak Ragnala, namun Saga hanya cuek.

"Ga gue haus anjir." Dengan berani melawan gengsi nya Ragnala berucap.

"Terus gue harus apa?"

"Ini airnya tumpah anjir. Basah semua badan gue. Bantu kek." Kesal Ragnala.

"Itu salah lo sendiri."

"Kok gue." Ucap Ragnala tidak ingin disalahkan.

"Dibantuin minum gak mau. Giliran tumpah marah sendiri. Yaudah lo harus bersihin sendiri. Udah sadarkan?" Celoteh Saga panjang lebar.

"Ck. Kalo badan gue masih ada tenaga, mungkin udah gue tonjok lo sekarang."

Saga memutarkan bola matanya, lalu bergegas bangkit.

RAGNALA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang