16. Bad

5.7K 337 8
                                    

Semua orang datang berkunjung turut berduka atas kepergiannya ayah dari Alana. Ada teman-teman Alana dan juga beberapa teman ragnala yang kenal dengan Alana.

Alana dan bu Sarah tak ada henti-hentinya menangis, mereka berdua masih tidak mempercayai kepergian pak dika.

Perlahan-lahan keluarga menaburkan bunga tujuh rupa diatas makam itu seraya menahan sesak di dada. Caca sebagai sahabat karib Alana benar-benar ikut merasakan kepedihannya. Dia mengusap pundak Alana untuk menguatkan nya.

Setelah acara pemakamannya selesai, satu persatu orang bubar dan hanya meninggalkan keluarga Alana saja disana.

"Buna istirahat dulu yuk. Buna nanti sakit." Ajak caca turut prihatin dengan kondisi bu Sarah.

"Na lo juga istirahat dulu, yuk kita pulang." Ajak caca beralih kepada Alana.

"Gue masih mau disini ca."

"Tapi na, nanti lo sakit. Lo harus istirahat dulu, nanti lo bisa kesini lagi kok."

"Ajak buna pulang aja ca." Suruh Alana.

Caca mengangguk menuntun bu Sarah untuk pergi dari makam itu. Alana masih ingin berduaan dengan ayahnya, belum sempat Alana bercerita banyak ayahnya sudah pergi terlebih dahulu.

"Hiks hiks. Maafin Alana pah, Alana belum buat papah bahagia. Selama papah hidup, Alana selalu buat papah sakit. Alana selalu nyusahin papah."

Perlahan-lahan gerimis berjatuhan hingga berubah menjadi hujan yang sangat deras. Namun, Alana tak kunjung pergi. Dia masih disana, berbicara seenaknya dengan ayahnya itu.

"Alana anak yang gak tau diuntung pah. Alana anak yang gak berguna." Ucap Alana menembus suara hujan.

Beberapa detik kemudian Alana merasakan ada seseorang yang datang dan memayungi Alana saat ini tanpa berucap apapun disana. Dengan heran Alana mendongakkan kepalanya untuk melihat orang itu.

"Saga."

"Lanjutin." Singkatnya yang masih setia memayungi Alana.

****

Ragnala duduk dengan tersenyum dihadapan zenara yang sibuk dengan aktivitas nya memasak didapur. Sesekali dia berdeham, menggoda zenara yang sangat sibuk itu agar menoleh kearahnya.

"Kenapa sih la?"

"Gapapa."

"Lebih baik kamu duduk disofa deh daripada ganggu aku masak." Suruh zenara.

"Gak ah enakan disini ada bidadari."

Zenara tersenyum memutarkan bola matanya malas.

"Jangan ganggu aku makannya." Tegur zenara.

"Aku diem dari tadi."

"Ya tapi liatin aku nya jangan gitu dong. Ngeri aku."

Ragnala terkekeh melihat zenara sangat kesal membuat dirinya semakin gemas dengan gadis itu.

Prang!

Dengan sontak ragnala berlari menghampiri zenara yang tiba-tiba lemas dan menjatuhkan beberapa alat masak disana.

"Zena kamu kenapa?" Cemas ragnala.

Zenara menggeleng melepaskan tangan ragnala yang merangkulnya itu. "Aku gapapa la cuma sedikit pusing aja."

"Gapapa gimana, itu kamu mimisan zenara." Dengan sangat cemas ragnala mengambil tisu dan membantu zenara untuk mengusap darah yang keluar dari hidung.

"Udah la, aku beneran gapapa." Cegah zenara.

Ragnala menatap zenara dengan sangat khawatir.

"Gapapa." Ucap zenara lagi meyakini ragnala.

"Kamu duduk lagi ya. Aku masakin makanan kesukaan kamu." Suruh zenara mendorong tubuh ragnala agar kembali duduk.

Ragnala sebenarnya masih sangat khawatir dengan gadis itu. Dia tidak habis fikir dengan sikap ke angkuhan zenara, padahal dia sedang tidak baik-baik saja.

Baru saja ragnala ingin duduk dan bersikap rasional tiba-tiba dia melihat zenara yang sudah jatuh pingsan.

Brukk!

"Zenara!" Cepat-cepat ragnala menggendong tubuh zenara keluar dari dapur.

Kedua orang tua zenara yang melihat ragnala berlari keluar rumah dengan menggendong zenara pun ikut cemas. Mereka membawa nya kerumah sakit terdekat.

****

Alana membawa satu nampan berisi makanan untuk bu Sarah yang sama sekali tidak memakan apapun selama satu hari ini.

Dia menghampiri bu Sarah yang duduk bersandar di punggung kasur dengan tatapan kosong itu. Buna nya yang setiap hari selalu ceria kini terlihat mengenaskan dan menjadi diam.

"Buna makan dulu ya. Buna belum makan dari pagi." Alana menaruh nampan itu diatas nakas.

"Buna gak laper." Ucap bu Sarah dengan tubuh yang masih terdiam.

"Nanti buna bisa sakit kalo gak makan."

Bu Sarah menggeleng. Alana menghela nafasnya memegang tangan sang buna. Namun matanya seketika melebar saat merasakan panas pada tangan bu Sarah. Alana beralih mengecek suhu didahi bu Sarah.

"Buna panas banget. Tuh kan buna demam." Cemas Alana.

"Buna gapapa."

"Gapapa gimana? Buna sakit."

Bu Sarah menggeleng. "Gapapa Alana."

Alana berlari keluar kamar untuk memanggil satpam dirumah nya agar membantu membawa bu Sarah kerumah sakit. Alana benar-benar cemas sampai dia menangis tertahan.

"Pak?"

Satpam dirumah Alana yang sedang asik-asiknya duduk seraya mengopi santai pun terkejut dengan kedatangan Alana.

"Eh iya Alana?"

"Buna sakit, Alana bingung hiks hiks. Bantuin Alana bawa buna kerumah sakit pak."

Pak satpam itu mengangguk. "Astagfirullah Ayo Alana saya bantuin."

****

Alana menangis didepan ruangan dimana sang buna diperiksa. Tidak ada orang lagi selain Alana sendiri disana. Sesekali dia menghubungi ragnala untuk menemani Alana yang kebingungan. Namun, ragnala tak kunjung mengangkatnya.

Alana sangat membutuhkan ragnala, jika ragnala adalah partner nya saat ini seharusnya dia ada disamping Alana sedari tadi. Namun siapa sangka, Alana tidak melihat keberadaan ragnala dimanapun bahkan pada saat pemakaman.

Dilain sisi ragnala mendorong brankar zenara yang akan dipindahkan ke ruang perawatan. Disana dia melihat Alana yang menangis saat kebetulan melewati nya.

"Alana?"

Alana mendongakkan wajahnya melihat ragnala yang berdiri dihadapan nya itu. Dengan menatap wajah ragnala, tangis Alana malah menjadi pecah. Dia terisak seraya sesenggukan.

"Hey kenapa?" Tanya ragnala duduk disamping Alana dan merangkulnya.

"Papah u-udah gak ada. Dan sekarang buna sakit. Badannya panas banget, gue bingung hiks hiks." Isak Alana.

Ragnala membawa Alana ke dalam pelukan nya berupaya menenangkannya saat ini.

"Buna gapapa, jangan nangis." Tutur ragnala.

"Gue takut hiks hiks."

"Jangan takut ada gue disini."

Alana semakin terisak berada dipelukan ragnala. Buktinya ragnala selalu hilang jika Alana membutuhkan nya. Dia selalu berucap akan selalu ada disamping Alana, namun semuanya hanya ucapan.

_____________________


#NEXTPART

Ya gitulah, biasanya aku buat cerita lebih dari 2000 kata loh, tapi karena gagal fokus jadi segini deh.. Sorry ya hehe

Jangan lupa kasih bintang lur...

RAGNALA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang