Jennarla Atthala gadis berusia 16 tahun seorang anak perempuan dari keluarga yang berkecukupan namun sejak menginjak usia 7 tahun Jena sudah menjadi seorang model cilik hingga bakat gadis itu bertahan sampai saat ini.
Sebenarnya itu semua bukan ke inginan Jena menjadi seorang model dan selalu di pandang berbeda dari murid biasa lain nya. Itu adalah ke inginan sang ibu yang berstatus ibu ibu sosialita ia mengajukan Jena menjadi seorang model pada teman lama nya hingga anak sulung nya menjadi sangat terkenal di beberapa majalah ternama.
Jika di tanya mungkin Jena hanya ingin menjadi seorang yang biasa saja ia pintar itu adalah usaha nya dan kecantikan? Itu adalah bonus dari tuhan karena ia seorang gadis.
Setelah pindah dari kota seberang Jena mendaftar di sebuah sekolah SMA Patimura. Sekolah yang mengajukan diri pada Jena untuk menyambung pendidikkannya di sana karena yang di ketahui pula SMA Patimura adalah sekolah menengah atas yang di dambakan para murid dan sangat sulit untuk memasuki nya butuh IQ tinggi dan kemampuan otak yang tidak main main.
Sudah seminggu Jena menjadi murid baru disana ia pun sudah memiliki teman akrab yang tidak memandang apapun yang Jena miliki. Kali ini gadis gadis itu berada di lorong sekolah menuju kantin.
"Tapi kan film semalem seru banget ga sih? Gue sampe hafal dialognya loh"ujar gadis pendek dengan rambut sebahu"Yakan Jen? Lo suka ga?"
Jena tertawa kecil"Gue ga fokus gara gara liatin cewek nonton sama om om, asli itu mereka apaan ya? Mau seudzon bukan nya gamau sih emang udah terlanjur juga"ujar Jena di akhiri tawa menggelegar.
Meski terkenal sebagai model tetapi sifat bar bar gadis itu tidak akan sirna selama ia masih mampu membuat dunia terlihat baik baik saja.
"Halah lo, ga boleh gitu nama nya jodoh ga mandang umur"sahut gadis tinggi satu nya.
Jena mengangguk"Iyah tapi kalo jarak nya 20 kali lipat itu bukan jodoh ga mandang umur lagi nama nya"
Ketiga gadis itu tertawa seirama seperti merasakan sesuatu menggelitik ketiga nya.
"Kapan kapan main ke OYO, nyari om om biar bisa di pamerin"
"Si Mellin kalo ngomong bikin istighfar!"ucap gadis bernama Michel sambil memukul kepala gadis bernama Mellin"Tau dari mana lo OYO? Masih kecil juga"
Mellin mengusap kepala nya dengan kesal sambil menatap Michel.
"Gue pendek pendek gini bukan berarti bocil ya! Mau gue spil tahta tertinggi di perom om'an gue?"
"Nyokap lo kalo tau anak nya celeng begini pasti nyesel kenapa dulu waktu di perut ga di gugurin aja"
"Anjir kurang aj—"
Dugh!
"Woi! Aduh"
Michel dan Mellin yang sedang ribut sendiri langsung menoleh ke arah teman mereka yang sedari tadi tak bersuara namun kali ini ia bisa mendengar pekikan kuat gadis itu.
"Jenna ngapain?"tanya Mellin.
"Goblok udah tau jatoh di tanya"sahut Michel dan langsung membantu Jena bangkit"Ada yang luka?"
Jenna menunjukkan kedua telapak tangan nya yang tergores dalam menimbulkan luka dengan darah segar yang sedikit keluar. Michel terlihat meringis ngilu melihatnya.
"Gapapa nanti gue ke UKS dulu"ujar Jenna.
Sementara itu sedari tadi siswa yang membuat Jenna terjatuh hanya menatap gadis itu dalam diam sampai Mellin memukul pundak lelaki itu.
"Lo kok malah diem sih? Minta maaf kek udah nabrak temen gue!"
Jenna dan Michel menatap lelaki di hadapan mereka"Lo gada niatan minta maaf?"tanya Michel juga.
Lelaki itu menggeleng polos"Salah sendiri, jalan pake kaki liat pake mata. Bukan ngelamun"setelah itu ia melengos pergi dengan wajah datar tanpa bersalah nya.
Jenna biasa saja tapi tidak dengan kedua teman nya yang sudah memasang wajah shock mereka.
"Bener bener ya, udah ganti tahun tapi dia masih ga berubah berubah? Ga abis fikir hidup nya kaku banget sih"grutu Michel kesal"Pokok nya nanti gue harus siram dia pake air cabe, biar hidup nya sedikit ada rasa"
"Kalo pinter jangan kebablsan napa, chel"
Jenna memperhatikan punggung tegap lelaki itu yang berjalan santai menatap lurus. Jenna beberapa kali melihat lelaki itu namun ia tak berfikir aneh tentang laki laki yang sekarang sedang menjadi topik panas kedua teman nya.
Menurut yang Jenna ketahui lelaki itu bukan siapa siapa ia hanya murid biasa yang jarang berinteraksi dengan sekitar nya namun entah mengapa semua orang takut ketika melihat siswa tersebut. Jenna yang pada dasar nya adalah gadis yang sangat suka dengan hal yang berbau misterius tertarik untuk mengenal sosok itu.
"Woi! Mbak permisi mbak"ujar Mellin menyadarkan Jenna yang terdiam"Masih mau ngelamun sampe di tabrak yang kedua kali nya?"
Michel cekikikkan mendengar itu "Lo ngapa hobi banget ngelamun sih, Jen? Mikirin utang? Kan lo model duit nya banyak"
"Bapak mu, ga semua orang yang ngelamun mikirin utang tau"elak Jenna.
"Trus?"
"Mikirin gimana cara nya gue bisa masuk ke dunia cowok itu"
"WHAT?"
"Bacot astaga"
Michel dan Mellin saling melempar tatapan bergantian dengan wajah shock nya yang membuat Jenna ingin menampar mereka satu persatu.
"Cowok itu?"tanya Michel.
"Maksud lo, Lean?"
"Lean?"beo Jenna"Jadi namanya Lean?"kedua gadis itu mengangguk membuat Jenna mudah memanggil lelaki itu.
_Passio!_
Note:
Jangan lupa vote dan komen sebanyak banyak nya supaya cerita ini makin seru dan makin makin.
Follow juga akun wp ini dan temukan beberapa cerita menarik lain nya!
Lebih antusias lagi ya untuk baca cerita ini karena di jamin kalian akan menemukan emosional kalian di cerita ini yang bikin greget!
See u next time, good bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Teen Fiction"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...