"Lean!"
Jenna melempar bola basketnya ke arah Mellin yang langsung di tangkap oleh gadis itu dan berlari meninggalkan lapangan outdoor.
"Kalo ada Lean aja grecep banget tuh anak"ucap Mellin yang menjadi korban lemparan bola basket oleh Jenna. Michel terkekeh dan menghampiri gadis itu sambil menepuk lengan nya.
"Jangan sirik kenapa sih? Bukan nya lo juga lagi deket sama Danis? Gimana nih?"tanya Michel menggoda dengan menaik turunkan alisnya.
Mellin sendiri merasa tersipu ketika mengingat lelaki yang akhir akhir ini sedang dekat dengan nya, Mellin menyenggol tubuh Michel pelan.
"Udah jadian"
Michel tertawa kecil sambil menepuk tangan nya memberi tepukan pada sahabatnya itu.
"Gini dong biar ga menjomblo aja, akhirnya dapet kan? Siapa yang kemarin bilang 'Gue udah mati rasa, ga minat pacaran' hm?"
"Ahh lo mah ga seru di ingetin, itu kan dulu waktu gue ngerasa ga bisa suka sama siapa siapa lagi"
Michel terkekeh dan mengangguk"Iyah Mellianda"
"Ck, lo mah kalem banget sih jadi cewek Chel? Bahagia banget hidupnya"
Michel mengangguk lagi dengan kekehannya"Bahagia gue itu sesederhana ini Mel, cuma liat orang seneng dan gue ikut seneng dan bersyukur sama apa yang gue dapet daan jangan lupa selalu berterima kasih sama diri sendiri untuk segala hal apapun. Itu udah cukup buat gur bahagia karena.. "
Michel menggantung kalimatnya dan memeluk Mellin sahabatnya sambil menunjuk letak hati teman nya itu.
"Kebahagiaan, datang dari diri sendiri. Love my self, untuk mencintai diri sendiri ga terlalu sulit asal lo mau lo pasti bisa"
Mellin menghela nafas dan membalas rangkulan Michel.
"Iyaah Michel, emang lo doang orang paling bahagia di dunia ini, terlalu menyederhanakan apapun"
***
"Hm?"
Jenna tersenyum berdiri di depan Lean"Lo tambah ganteng, akhirnya bisa masuk sekolah lagi gue kangen banget soalnya"
Laki laki itu mengernyit dan mengerjab "Kangen?"dengan antusias Jenna mengangguk"Kita satu kost"
Seketika Jenna mematung dan bergumam dalam hati merutuki kebodohan dirinya, benar juga bahkan setiap hari Jenna selalu berkunjung ke kamar lelaki itu untuk memberi obat dan makanan lalu memastikan keadaan Lean.
"Y-yaa gue selalu kangen sama lo, meski kita satu kost dan sering ketemu"elak nya menutupi rasa malu.
"Aneh"
Jenna menatap Lean yang tingginya berkali kali lipat dengan nya.
"Seaneh aneh nya gue, lebih aneh lagi lo tau ga! Lo aneh"
"Aneh, kenapa?"
Jenna menghela nafas dan menunduk memainkan rumput yang sedang ia pijak dengan kaki nya.
"Selama sakit sikap lo seakan akan nunjukin kalo lo mulai bisa bales perasaan gue, seakan akan gue ini milik lo dan seakan akan dunia kita sama. Tapi setelah lo sembuh?"Jenna menghela nafas berat"Lo balik jadi cowok jutek, datar dan dingin yang pernah gue temuin di awal cerita"
Gadis itu kembali mendongak untuk menatap Lean dan berjinjit meletakkan punggung tangan nya di kening Lean.
"Lo sakit aja selama nya bisa ga sih?"tanya Jenna dengan polos dan idiotnya.
Lean terlihat menggeleng menepiskan tangan Jenna dan memberi jarak di antara kedua nya.
"Lo yang sakit Je, gausah aneh aneh gue mau masuk ke kelas. Ngantuk"
Saat Lean hendak melangkah lelaki itu menghentikan nya kala mendengar celetukkan daro gadis yang kembali menunduk.
"Milikin lo, dan menginginkan lo untuk selalu ada disini nemenin gue. Mungkin emang cuma mimpi Le kalo gitu gue ikutan tidur deh"Jenna menoleh kebelakang pada Lean yang memunggungi nya lalu gadis itu berjalan meninggalkan Lean menuju ke arah lain kemana saja asal tidak ke kelas sebelum bel pelajaran kedua usai.
Mendengar langkah kaki yang mulai menjauh dan keheningan yang tercipta, Lean pun kini menoleh menatap kepergian Jenna dalam diam nya. Tidak kah ia fikir Lean sangat keterlaluan? Atau memang Jenna saja yang terlalu menganggap Lean itu keterlaluan?.
Lean mendengus kasar sambil mengacak acak rambut belakangnya dan berjalan melanjutkan langkahnya, setiap kali memikirkan perasaan Jenna lagi lagi membuat Lean merasa sakit kepala dan ingin tidur dengan waktu yang lama tapi sayang diri nya sedang berada di sekolah kali ini.
Lean tidak jadi pergi ke kelas karena ia fikir ia tidak akan bisa tertidur jika fikiran nya kacau sebab itu Lean memilih pergi ke kantin dan menyesap sebatang rokok miliknya yang jarang sekali ia sentuh, paling jika ia sedang banyak fikiran seperti saat ini baru ia menyentuh benda bernikotin itu.
"Bu ada pulpen?"
"Ada neng, mau berapa?"
"Dua aja deh bu"Michel menerima pulpen itu dan memberikan selembar uang pas lalu ia ingin kembali ke kelas nya namun tak sengaja mata nya menangkap sosok laki laki yang tak asing baginya"Lean?"
Lean menoleh dengan hembusan kepulan asap di mulutnya dan menatap Michel sambil mengingat ngingat siapa gadis itu. Michel berjalan mendekat dan berdiri di sebelah Lean.
"Lo bolos?"
Lean tak langsung menjawab ia menghabiskan sebatang rokok miliknya dan mematikan nya.
"Enggak"
"Trus? Kenapa ada disini kan udah bel harusnya lo masuk"
Lean menatap Michel dengan sorot datar"Bukan urusan lo, duluan aja kalo mau ke kelas jangan ganggu gue"
Mendengar itu Michel tersenyum kecil dan duduk di sebelah Lean sambil menggenggam pulpen di tangan nya dan mengayunkan kaki kecilnya.
"Lo kepikiran Jenna ya Len?"tebak Michel tepat pada sasaran"Gimana hubungan kalian?"
Mendengus pelan Lean sedikit melirik"Gue bingung, bukan nya keterlaluan kalo gue bersikap pura pura sama dia? Bahkan respon dia sebahagia itu Mi"
"Apa lo sendiri belum bisa jujur sama perasaan lo? Bukan nya ini udah cukup waktu untuk lo jujur sama perasaan sendiri?"
Lean menggeleng menunduk"Terlalu sibuk mikirin soal nyokap Mi, sampe gue ga ngerti untuk jujur sama perasaan sendiri"
"Yang harus lo lakuin cuma berusaha jujur dan coba yang terbaik, berpura pura untuk sementara gada salahnya Len tapi kalo lo keterusan kaya gini. Lo lebih keterlaluan"
Laki laki itu memejamkan matanya bahkan hal yang menurut orang lain sangat mudah di pecahkan justru membuat Lean ingin menghantam apapun yang ada di depan nya. Michel bangkit berdiri dan menatap Lean.
"Jenna tulus sayang sama lo Len, kalo lo bisa liat kebahagiaan dia waktu sama lo artinya lo ngerti kalo sumber kebahagiaan dia itu ada di diri lo"
_Passio!_
Note:
Vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Teen Fiction"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...