"Kak Jen, papi pulang"
Jenna yang berada sendirian di dalam kamar nya sambil melukis sesuatu di buku diary nya menoleh kebelakang pada pintu yang terbuka dan menampilkan gadis kecil yang berdiri di ambang pintu.
"Papi nanti nyusul kesini"lanjut Bella.
"Iyah"jawab nya singkat sambil terbaring di atas tempat tidurnya.
Bella pun kembali turun tanpa menutup pintu kamar Jenna yang membuat gadis itu kesal saat seseorang membuka pintu namun tak menutupnya kembali. Jenna menunggu sang ayah yang akan mengunjungi dirinya di kamar, sebenarnya gadis itu jatuh sakit setelah hujan hujanan tempo hari membuat suhu tubuh nya tidak normal dan dilanda flu.
"Hahah bisa aja kamu bang, nilai ujian kamu bagus papi liat. Mau minta apa?"tanya seorang pria yang duduk sambil merangkul sang istri.
"Abang mau ps pi, biar ga bosen"
"Kalo papi kasih ps kamu rajin ga belajarnya?"tanyanya lagi"Papi kasih tapi perjanjian nya kalo nilai kamu turun, ps nya papi cabut"
Billi mengangguk mantap"Siap bos!"
"Yaudah papi mau nyusul kakak dulu ya, kalian duluan aja ke meja makan nanti papa nyusul" Gianda—ayah Jenna bangkit seraya mengecup kening Rossa dengan sayang.
Ia menaiki tangga menyusul sang anak sulung di kamarnya lalu memasuki nya sambil tersenyum saat melihat putri sulung nya yang sedang menatapnya.
"Jen"panggil Gianda melangkah mendekat"Udah sembuh?"
Jenna memejamkan mata menikmati sentuhan halus di keningnya lalu menjawab.
"Belum pi, Jenna masih sakit tapi gapapa nanti juga sembuh kok"
Gianda yang baru saja pulang dari amerika sehabis menjalankan tugasnya menjadi pilot disana mendapatkan kabar dari sang istri bahwa putri sulung mereka jatuh sakit. Rossa pun menceritakan apa yang terjadi pada Jenna dan membuat Gianda sedih mendengarnya.
"Kamu baik baik aja sayang"ujar Gianda masih mengelus kening putrinya "Selalu tau kan? Bahwa di dunia ini gada yang kekal"
Jenna terdiam ia tahu kemana arah ucapan ayahnya ini ia lebih memilih diam karena rasa nya ketika kembali mengingat tentang Sean ia ingin menyusul lelaki itu.
"Kamu juga ingat kan, Sean selalu tinggal bersama kita semua. Karena dia anak baik sayang dia ga akan pergi dari hati kita sampai kapan pun"
"Pi"panggil Jenna pelan"Tapi Jenna butuh Sean setiap saat"
Gianda tersenyum tenang"Papi akan tetap disini sementara sayang, kamu ga usah khawatir ya"
Jenna menggeleng"Jenna juga butuh Sean pi, selama ini Sean yang ngerti Jenna. Papi selalu ada di pihak mereka disaat Jenna sendiri butuh seseorang untuk lindungi Jenna"
Mata gadis itu sudah berkaca kaca tubuhnya bergetar dan wajah nya yang memerah membuat Gianda menghela nafas bersalah ia jadi ingat kejadian satu tahun lalu sebelum Sean pergi meninggalkan semua nya termasuk Jenna.
"Papi ga ada buat Jenna disaat Jenna sakit, papi kemana? Papi sama mami, papi sama Billi"
"Jen, kamu tau papi ga bisa apa apa papi ga bisa lawan mami kamu"
"Harusnya papi bisa!"jawab Jenna cepat"Papi bisa kalo papi mau, papi laki laki"tekan Jenna.
Gianda tahu ini juga salah nya karena tidak memperhatikan kesehatan Jenna dan hanya Sean yang sejak dulu menemani Jenna hingga gadis itu bangkit dari rasa sakitnya. Satu tahun yang lalu sebelum tuhan mengambil Sean dari genggaman nya.
Jennarla Atthala di diagnosis terkena tumor otak yang semakin lama semakin merenggut kesehatan gadis itu. Jenna tak pernah menyangka diri nya akan memiliki penyakit yang separah itu ditambah lima bulan memiliki tumor otak di kepala nya, Jenna juga di diagnosis memiliki gangguan psikologis yaitu panik attack yang datang secara tiba tiba.
Disaat itu pula Jenna merasa keluarga nya tidak memperdulikan nya sama sekali bahkan disaat tahu Jenna memiliki tumor otak di kepalanya Gianda hanya memberikan biaya cukup pada gadis itu lalu pergi membawa istri dan kedua anak nya untuk tinggal di belanda selama tiga bulan. Jenna masih tidak mengerti mengapa mereka semua pergi selama Jenna berada di posisi terpuruknya apa alasan mereka meninggalkan nya bahkan sampai saat ini Jenna masih tak mengerti.
Bahkan ibu nya yang ia tahu adalah ibu kandung nya sama sekali tak memberikan rasa kasih sayang untuk nya sejak kecil, yang Jenna tahu semua itu berawal karena Jenna membuat Rossa di marahi oleh ibu mertua nya sebab Jenna bermain tanpa pengawasan Rossa mengakibatkan Jenna kecil terluka.
Tapi bukan kah itu masalah sederhana yang bisa di bilang sepele? Entahlah Jenna hanya berfikir mungkin yang sepele bagi nya justru yang terbesar bagi orang lain.
"Papi harap kamu ngerti sayang"Jenna langsung menatap Gianda detik itu.
"Ngerti? Ngerti papi bilang? Papi mau Jenna ngertiin papi sedangkan papi?"Jenna menggeleng tidak percaya"Pi, Jenna anak papi!"tekan nya yang membuat Gianda tak tahan sejujurnya.
"Jenna sayang—"
"Papi mau cari pembelaan apa lagi? Jenna capek pi capek kenapa keluarga kita ga suka sama Jenna termasuk keluarga mami? Apa salah Jenna sebenarnya! Kenapa cuma nenek Nia yang perduli dan sayang sama Jenna, selain itu gada pi"
Yang Jenna katakan adalah kebenaran, di keluarga besar gadis itu tak ada lagi yang menyayanginya selain Nia—ibu kandung Gianda itu pun beliau sudah meninggal dunia karena faktor umur yang memang sudah tua. Jenna harus kehilangan yang kedua kali nya setelah Nia yaitu Sean, entah apa yang tuhan ingin kan setelah ini.
"Jenna.."lirih Gianda namun tak melanjutkan ucapan nya pria itu justru menundukkan kepalanya.
"Apa pi? Papi mau ngomong apa lagi, Jenna harap papi yang ngerti apa yang Jenna maksud"ucap gadis itu dan menatap kearah lain"Jenna mau istirahat pi"
Mendengar itu perlahan Gianda bangkit dan berjalan keluar dengan rasa bersalah yang menyeruak ia menutup pintu kamar putri nya setelah menatap Jenna yang perlahan menangis menatap ke arah lain. Jenna tidak tahu mengapa setiap kali ada satu masalah yang mengganggu kehidupan nya, secara tiba tiba masalah lain menyerangnya.
Ia juga tidak tahu mengapa tuhan begitu cepat merenggut apapun yang membuat Jenna bahagia. Anatara Tuhan memiliki rencana lain atau tuhan memang sama dengan orang orang di sekitar nya yang tak ingin Jenna merasakan kebahagiaan.
_Passio!_
Note:
See u, good bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Fiksi Remaja"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...