"JENNAAARLA!"
"Ishh isshh! Berat anjir lo Mellin!"
Mellin terkekeh dan melepaskan rangkulan nya pada Jenna"Sinis amat si lo, ga dapet bansos dari pemerintah ya?"
"Bacot deh lo kaya babi"
"Loh? Sejak kapan babi bacot?"tanya Mellin pada siapapun. Michel yang berada di sebelah Mellin terkekeh.
"Udahlah Mel, lo jangan ngeledekin Jenna terus pasti dia lagi ada konkonplik sama kras krus kras krusnya"
"Lo juga lebih bacot, chel"
Kedua gadis itu tertawa kecil dan merangkul Jenna yang sedang dalam masa badmood nya.
"Ada gerangan apa sih kawan?"
"Coba cerita sedikit"
Jenna menghapus air mata nya yang masih saja turun meski sudah berlalu berjam jam yang lalu, ia sambil berjalan menatap ke depan dengan tidak semangat nya.
"Gue satu kost sama Lean"
"LOH ANJIR KOK ISO?!"teriak Mellin heboh"Trus trus?"
"Trus masalahnya apa Jen? Bukan nya bagus kan buat lo deketin Lean?"
Jenna menghela nafas panjang"Ceritanya panjang cuy, gue udah ambil kesempatan buat deket sama dia tapi nyatanya Lean sama sekali ga liat perjuangan gue bahkan mengartikan sikap gue ke dia aja enggak"
"Dia seakan akan gatau bahkan ga perduli sama apapun yang gue lakuin ke dia, pagi tadi gue ke kamar dia dan gue bilang semua nya ke dia secara terang terangan. Kali ini ga berbelit belit lagi gue beneran ngomong langsung di depan dia"
"Sampe nangis ga?"tanya Mellin yang di angguki"Oh oh! Abis itu ada adegan hapus air mata terus cium bibir lo gitu?"
"Dongo sia!"umpat Michel mencubit lengan Mellin"Trus Jen?"tanyanya mengusap lengan Jenna.
"Anjir gue yang di cubit Jenna yang di usap, sih"
"Dia cuma diem aja akhirnya gue keluar deh dari kamar dia, gue sebenernya malu banget ga ketulungan tapi gimana dong? Kata orang dulu bener cinta itu membutakan jadi pas di depan dia gue ga malu tapi pas tau dia cuma diem aja urat malu gue bekerja"
Michel mengangguk"Trus Lean nya dimana?"
"Kayaknya dia ga sekolah, pas gue mau berangkat motor dia masih di parkir di tempat biasa"
"Yaudah Jen lupain dulu masalah pagi ini, gimana kalo lo hibur diri lo sendiri dulu baru deh lo pikirin cara nya deket lagi sama Lean."
Jenna terisak"Kalo gue bisa dapetin Lean, gimana sama agama kita yang saling beradu? Kita bedaaa"gadis itu kembali menangis tanpa malu di depan siswa siswi lain yang berlalu lalang.
"Duh masalah itu nanti aja deh, lo harus buat keputusan antara lanjut atau udahan nya Jen"ujar Mellin"Udah yaa? Malu anjing lo yang nangis begini gue yang malu"
***
Bel pulang sekolah berdentang membuat para murid SMA itu pun berhamburan ingin segera meninggalkan sekolahan dan pergi ke rumah nya masing masing.
Disaat ketiga gadis itu berada di koridor satu persatu pun hilang dan tersisa Jenna yang kini sedang menunggu angkutan umum, ia berjalan hendak menuju halte sambil menunggu bus yang biasa mengantarnya pulang namun suara motor besar yang berhenti di sebelahnya membuat Jenna menoleh dan berhenti melangkah.
"Lean? Lo ngapain disini?"
Lean tanpa mau membuka helm yang di pakai di kepalanya menjawab.
"Gatau, cepetan naik"
"Loh?"
"Ck, cepetan naik udah sore!"
Jenna menatap jok di belakang Lean lalu duduk di sana dan Lean pun langsung menjalani motornya dengan kecepatan sedang.
"Lo jemput gue, Le?"pertanyaan itu tak mendapat sahutan"Seriusan lo jemput gue? Lo berubah pikiran Le?"
"Gausah berisik, gue pusing"
Jenna menutup bibirnya dan tersenyum sambil perlahan melingkarkan tangan nya di pinggang Lean dan saat tidak mendapat penolakan Jenna pun kembali meletakkan kepalanya di punggung lelaki itu.
"Nyaman, Le"gumamnya dengan mata terpejam.
Lean di balik helm nya melirik ke belakang meski tak terlihat tapi ia bisa merasakan kenyamanan pada gadis itu tapi entah Lean masih merasa bimbang dengan perasaan nya saat ini.
Jika ia terus menerima begitu saja apakah benar hati nya menginginkan Jenna? Tapi jika ia terus seperti ini rasa nya pun Lean sangat kejam pada nya.
Semua itu membuat Lean berfikir seharian hingga tidak sempat mengisi perutnya atau bahkan sedikit meneguk segelas air. Motor itu berhenti di pinggir trotoar membuat Jenna yang sudah nyaman mengangkat kepalanya dan bertanya.
"Kenapa? Kok berenti?"ia memperhatikan Lean yang sedang membuka helm nya dan memegangi kepalanya sesekali meringis sakit"Lo kenapa Le?"
Lean tak menjawab ia berdecak dan meringis, menyebalkan sakit di kepala nya jika sudah timbul sangat susah untuk hilang ini menyakitkan.
"Le?"Jenna pun akhirnya turun dan menangkup wajah Lean lelaki itu perlahan membuka mata nya dan bertemu dengan pandangan Jenna"Lo kenapa? Sakit kepala? Lo sakit Le?"
Bahkan pertanyaan pertanyaan yang Jenna lontarkan tak satu pun dapat Lean dengar, beginilah jika sakit kepala itu kembali timbul.
"Le?"
Lean berdecak dan menepiskan tangan Jenna dari wajahnya.
"Lo jangan ngomong apa apa dulu Je"ya memang karena percuma Lean tidak bisa mendengar apa yang Jenna ucapkan"Ayok naik lagi"
"Tapi lo udah gapapa?"
Laki laki itu kini menoleh pada Jenna dan mengangguk lalu kembali mengenakan helmnya, Jenna yang merasa bingung pun akhirnya hanya bisa diam ia takut untuk bertanya karena khawatir Lean marah pada nya.
Sampai di rumah kost itu Lean turun membawa diri nya pergi ke kamar miliknya dan meninggalkan Jenna yang masih terdiam di sebelah motornya tanpa sepatah kata pun, Jenna menatap punggung Lean yang lama lama hilang dari pandangan nya ia pun sedikit memiliki ide untuk membuat makanan yang bisa laki laki itu makan mungkin saja sakit kepala tadi di timbulkan karena Lean belum mengisi perutnya sama sekali? Fikir Jenna.
Tanpa mengganti seragamnya Jenna sudah sibuk berkutat di dapur dengan bahan makanan yang ada, Jenna sering memasok bahan makanan dengan sisa uang yang ia punya jadi tidak sungkan Jenna memakai bahan makanan yang ada di dapur.
Setelah selesai menyajikan sebuah sub daging yang Jenna bisa masak dengan cepat ia pun meletakkan di atas nampan dan segera menuju ke kamar Lean, tiba disana ia mengetuk pintu itu beberapa kali dan mendapatkan deheman dari sang pemilik.
"Lo lagi kurang enak badan kan Le? Lo pasti belum makan"
Lean yang duduk bersandar di sofa menatap gadis itu dan mengangguk.
"Ga sempet"
Wajah Jenna terlihat terkejut sambil meletakkan nampan itu di atas meja kayu.
"Dari pagi? Bahkan pagi tadi lo cuma minum susu dingin"
Lean tak menjawab sibuk menatap dan menghirup aroma dari sub yang Jenna masak, gadis itu yang melihat pun tersenyum jahil.
"Lo makan sub nya nih penasaran kan? Enak loh, mau coba gue suapin?"tanyanya terkekeh.
Tapi tanpa Jenna bisa duga setelah bertatapan dengan wajah Lean yang terlihat tanpa expresi dan gadis itu yang sibuk terkekeh karena pikirnya sangat konyol mana mungkin Lean akan mau menerimanya? Tapi Jenna salah.
"Hm, suapin"
_Passio!_
Note:
Vote dan komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Teen Fiction"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...