Lean menikmati pijatan yang Jenna berikan pada kepala nya yang kembali terasa pening gadis itu terlihat menahan bibirnya yang berkedut untuk tidak tersenyum, rasa aneh yang bergejolak bahkan kupu kupu yang terbang di perutnya mulai menggelitik gadis itu.
"Lo istirahat aja ya Le, jangan sekolah dulu nanti pulang sekolah gue masakin makan siang buat lo"
Lean membuka matanya dan menatap gadis itu, jarak kedua nya sangat jauh lelaki yang sedang terbaring itu dan gadis yang duduk di tepi nya dengan jarak wajah yang sangat dekat.
"Je"
Jenna mengerjab entahlah setiap kali Lean memanggil namanya dalam suasana apapun itu selalu berhasil membuat getaran di hati Jenna.
"Iyah?"
Lean mengerjab pelan dan menepikan helaian rambut Jenna yang jatuh dan kembali menatap manik mata gadis itu.
"Gue anter"
"Loh gausah kan lo lagi sakit, gue bisa pesen ojol kok tenang aja"
Lean mengusap pelan sebelah wajah Jenna tanpa expresi apapun namun mampu membuat Jenna terbunuh, gadis itu meneguk saliva nya dengan perasaan gugup dan senang.
"Hati hati"
Jenna segera mungkin mengangguk dan beranjak berdiri ia tak bisa terus menerus dalam keadaan seperti tadi, jarak yang dekat dan Lean yang terlihat aneh dari sebelumnya.
"Iyah, gue hati hati kok"mata gadis itu beralih pada penutup mata di atas meja "Gue pakein ya, lo istirahat aja"
Lean mengangguk"Tutup jendela nya, matiin lampu juga"ujarnya pada Jenna yang sedang memakaikan penutup mata kepadanya.
Jenna tersenyum"Iyah bawel banget sih, gue pastiin gada cahaya yang masuk"
Jenna pun menutup jendela dan mematikan lampu ia sudah memastikan tiada celah cahaya yang masuk ke dalam kamar lelaki itu. Lean bilang jika dirinya sedang Migraine laki laki itu tidak suka jika ada cahaya yang mengenai nya atau akan membuatnya tambah merasakan sakit di kepalanya.
Jenna berjalan keluar dan menutup pintu kamar Lean sesaat menatap lelaki yang terbaring tenang disana, gadis itu selalu tersenyum sepanjang perjalanan mengingat sifat Lean yang seakan luluh pada nya jika memang seperti itu kenyataan nya maka Jenna akan sangat amat bersyukur dan berterima kasih pada perjuangan diri nya untuk sedikit mendapatkan hati Lean.
***
"Hah seriusan? Lo yakin Jen?"
Gadis yang di tanya pun mengangguk keras"Gue yakin banget, soal nya dia tadii tuh ughh! Anjim"
Mellin tertawa melihat expresi Jenna sedangkan Michel hanya tertawa kecil melihat kebahagiaan teman nya, mendengar cerita Jenna membuat Michel dan Mellin bersorak senang dan memberi ucapan selamat.
"Tapi kalian beneran nggak jadian?"tanya Mellin.
"Belum tapi semoga aja secepat nya, bukannya secepatnya lebih baik yakan? Calon pacar gue emang orang nya rada gengsi ya jadi agak agak susah dan butuh energi extra buat dia nembak gue"
"Anjir sedangkan pihak ceweknya udah siap empat lima"celetuk Mellin lagi"Lah cowoknya? Kenapa sih cowok kaya Lean harus dapet cewek kaya Jenna?"
Jenna yang asik memakan cemilan sambil tersenyum senang tiba tiba langsung menatap Mellin dan melirik Michel dan hanya mengangkat kedua alisnya.
"Maksud lo apa yaah? Ngajak ribut mah ga begino cara nya mbak"
Mellim terkekeh"Rata rata cowok cowok kaya Lean jodohnya cewek spesiesnya lo gasih? Oya lupa beda agama"
"SIALAN MELLIANJING!"
"HAHAHAH"
"Lo mah ah! Bikin sadar mulu brengsek banget males ah!"
Jenna yang merajuk dan Mellin Sibuk menghabiskan tawa nya yang tak ada henti hentinya, namun tak lama Jenna memecahkan kebisingan itu.
"Kalo gue pindah agama aja gimana? Gapapa kali ya? Kan gue ini ibaratnya anak yang terlantar gatau orang tuanya siapa dan dimana, gue juga kurang ngerti sama agama gue. So gimana kalo gue pindah agama buat Lean?"
"Tolol sih"
Michel menggeleng"Ga begitu Jen, pindah agama karena ciptaan tuhan itu di larang. Lo ga bisa seenaknya pindah agama, jangan terlalu berambisi dan terobsesi sama apa yang ada di depan mata lo gimana kalo yang lo anggap keputusan baik justru menjerumuskan lo ke lubang kesalahan?"
"Fatal banget sih, Jen"
Jenna menatap Mellin kesal dan berdecak"Ah lo mah orangnya kompor mulu males banget, jauh jauh deh lo"
Kali ini ketiga gadis itu sedang berada di tempat ke diaman Michel tepatnya di kamar gadis itu dengan berbagai cemilan yang menjadi teman mengobrol mereka, sebenarnya ini masih terlalu siang untuk kembali ke rumah sebab itu saat pihak sekolah menyuruh para murid pulang lebih awal di karenakan sedang mendapatkan rapat guru dari dinas dan kepala sekolah. Mellin dan Jenna memutuskan bermain di rumah Michel.
Tak lama pintu terbuka menampakkan seorang wanita berhijab yang sudah terlihat tua namun tetap cantik dan sangat mirip dengan Michel.
"Kak, ajak temen temen nya makan siang dulu yuk. Bunda udah selesai masaknya"
Michel mengangguk"Iyah bun nanti nyusul"
"Eh anjir di kasih makan nih kita? Baik banget dah bunda lo padahal disini niatnya cuma main doang bentaran"ujar Mellin yang beranjak membersihkan remahan remahan yang berserak di kamar Michel akibat ulah mereka.
"Udah biarin aja Mel, nanti gue yang bersihin sekarang keluar dulu yuk bunda gue pasti lagi nyiapin"
Jenna mengangguk dan menarik Mellin untuk ikut keluar bersamanya sedangkan Michel mengekori kedua nya dari belakang. Setelah menghabiskan makan siang yang di masakkan oleh ibu kandung Michel dan membantu membersihkan dapur serta alat makan yang mereka gunakan tadi kini Jenna berpamitan lebih awal untuk pulang ke rumah kost nya.
Mengingat ada Lean yang harus ia jaga karena lelaki itu sedang sakit membuat Jenna tak sabar berada di rumah dan membuatkan nya makan siang juga, saat tiba di rumah kost pun Jenna langsung memasakkan makanan untuk lelaki itu dan membawa nya ke kamar.
Tiba disana Jenna masih melihat Lean yang terbaring persis seperti saat ia tinggal pagi tadi, di pastikan Lean benar benar mengistirahat kan dirinya.
"Le, bangun dulu yuk lo harus makan"ujar Jenna sambil melepas penutup mata Lean.
Lelaki itu menatap Jenna samar samar karena terus terpejam seharian.
"Lo kok udah pulang?"tanya Lean dengan suara serak dan berat"Bolos?"
"Dih enak banget tuh mulut ngomong, gue gini gini anak rajin yaa ga pernah bolos kalo ga ada hal yang penting"
"Gue ga penting?"
"Ehh?"Jenna terdiam saling terdiam dengan Lean dan saling menatap satu sama lain"Tadi tuh pulang cepet karena guru mau pada rapat, jadi nya gue balik cepet deh ya sebenernya lebih awal pulangnya cuma gue main dulu bentar kerumah Michel"
Tak berniat menjawab ucapan Jenna lelaki itu membawa diri nya terduduk dan menghirup aroma masakan Jenna yang selalu terlihat lezat.
"Lo beneran tidur seharian?"Lean mengangguk sambil mengambil nampan di atas paha Jenna"Betah banget sih, ya bagus juga kan lo emang harus istirahat tapi lo ga ngerasain laper atau haus gitu?"
Lean hanya menggeleng sambil memakan makanan nya dan menghabiskan nya dengan tenang, Jenna yang melihat pun tersenyum dan memberikan segelas air setelahnya.
"Cepet sembuh"ucap Jenna sambil menepuk pelan puncak kepala Lean dengan senyum di bibirnya.
Lean, lelaki itu hanya mampu menatap Jenna tanpa bisa berkata apapun baik di luar mau pun di dalam hati nya.
_Passio!_
Note:
Vote dan komen!
See u next time, good bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Teen Fiction"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...