Chapter 10!

2 2 0
                                    

Tekan bintang dan berikan ketikan kalian di setiap line.

Happy reading!

______

Layar monitor EKG yang menyala menampilkan garis hijau yang bergelombang menandakan bahwa masih ada kehidupan pada seseorang yang terbaring pucat di atas brankar itu.

Di luar ruangan banyak yang menangisi keadaan seseorang di dalam yang tak mampu bangun dari kesadaran nya. Di samping nya pun ada seorang laki laki yang menangis sambil menggenggam tangan sang adik ia berharap adik nya masih bisa di selematkan karena dia belum sanggup untuk merasa kehilangan terlebih adik nya adalah teman terbaik nya.

"Bangun Se, jangan buat gue khawatir jangan buat mama papa sedih. Lo ga pernah buat kita sedih masa lo mau buat kita sedih hari ini?"

Dan di luar sana seorang gadis yang baru saja mendapati kabar buruk langsung belari saat tiba di rumah sakit ia mencari ruangan yang di tunjukkan dan perlahan langkah nya memelan. Memandang pintu ruangan yang tertutup dan orang orang yang menangis pilu.

"Jenna.."

Panggilan seseorang membuat Jenna menatapnya dan mendekat. Ia adalah seorang ibu yang melahirkan lelaki yang kini berada di dalam ruangan itu.

"Tan, Se mana?"tanya Jenna pelan"Se baik baik aja kan?"

Risma menangis memeluk Jenna sambil menggeleng membuat Jenna perlahan merasa sesak.

"Tan, jawab Jenna. Sean gapapa kan? Kecelakaan nya ga parah kan?"

"Sean ga baik baik aja sayang, dia belum sadar kita juga ga tau keadaan nya gimana karena dokter bilang harapan kita untuk kebaikan Sean sangat minim"

Jenna bergetar jantung nya mencelos mendengar itu apa ia harus merasa kan duka setelah ini? Kembali lagi pada ruangan itu.

Seorang pria yang usia nya lebih tua dari Sean di kenal sebagai kakak kandung nya. Namanya Gara lelaki itu sudah terduduk lemas di samping brankar sambil menangis dan tak lama suara nyaring dari mesin EKG itu berbunyi membuat Gara langsung menatap layar monitor yang kini tak lagi menampilkan garis hijau bergelombang malinkan lurus.

Gara membulatkan mata nya sempurna ia langsung bangkit dan berteriak ke luar untuk memanggil dokter membuat yang lain panik dan memasuki ruangan bersamaan dengan sang dokter.

"Gara, ada apa?!"tanya pria tua yang adalah ayah kandung mereka.

"Pa! Sean"

Semua orang menatap dokter yang memeriksa keadaan Sean dan mesin EKG yang berhenti bekerja dan saat itu kehidupan yang tinggal dalam tubuh Sean telah tiada.

"Maaf, seperti yang sudah kami duga. Sean tak dapat di selamatkan"

Tangis histeris langsung terdengar dari Risma sebagai ibu kandung Sean. Sementara Jenna menatap wajah pucat Sean dengan pandangan kabur dan mata yang berkaca kaca.

"Se"lirihnya pelan. Jenna melangkah mendekat menyentuh wajah Sean "Se, bangun"ujarnya lagi"SE BANGUN! BANGUN AKU BILANG SEAN!"

Gara yang melihat reaksi kekasih adiknya langsung menghampirinya dan menariknya kedalam dekapan.

"Jen, tenang"

"Bang Gara, Sean ga boleh! Ga boleh pergi bang bilangin sama Sean"

Gara semakin sakit melihat Jenna yang sama histeris nya seperti Risma. Kepergian Sean membawa luka untuk kedua wanita yang mencintai nya.

"Lo harus ikhlas Jen, tuhan lebih sayang Sean dari pada kita"Jenna menggeleng keras di bidang Gara.

"Lo ga boleh ngomong kaya gitu bang! Sean masih ada dia masih hidup!"

Yash, Sean memang masih hidup dan tertawan di hati Jenna dan orang orang yang di cintai nya.

Sean memang sudah tidak ada di dunia ini tapi ia masih tetap tinggal di hati mereka semua, terutama Jenna. Dan sejak itu Jenna mati matian memaksakan diri nya untuk ikhlas dan sabar dengan masalah yang tuhan berikan.

Orang yang paling penting dari hidupnya adalah Sean, lelaki itu yang menanamkan rasa semangat dan alasan mengapa Jenna masih tetap bertahan.

***

"Lo gila?! Lo mau mati hah!"

Jenna tersentak namun hanya bisa menangis sadar tak sadar seorang Lean yang datang dan langsung memeluknya dari belakang membuat mobil tadi berhenti. Setelah itu Lean membawa Jenna menepi pada halte di dekatnya.

Saat ini Lean menghadap pada Jenna yang hanya bisa menangis. Ia mengusap kasar wajah nya sebenarnya tadi ia hanya ingin belanja di supermarket untuk kebutuhan di apartment nya namun tak sengaja mendengar suara klakson mobil membuatnya melihat siapa gadis yang diam di tengah tengah jalanan.

"Lo kalo mau mati jangan di depan gue, Je"ucap Lean pelan menatap rintikan hujan.

Seketika isakan Jenna berhenti perlahan pula ia menoleh menatap sosok di sebelahnya.

"Lean?"

Lelaki itu membalas tatapan Jenna"Apa? Lo mau gue yang bunuh lo?"kekeh nya sinis"Lo bunuh diri aja sendiri, gue pergi"

Jenna langsung menahan tangan Lean"Tunggu, kok lo ada disini?"

"Lo pikir?"ketusnya"Kalo gue ga liat lo mungkin gue ga akan tau lo mau bunuh diri, sayang nya gue liat lo dan ga mau lo bunuh diri di depan gue"

"Lean, lo.."Jenna menggantung ucapannya dan terus menatap manik mata Lean yang menyorot datar.

"Apa? Ngomong jangan di gantung!"

"Lo panggil gue, Je tadi?"

Lean ikut mengernyit kan keningnya dan menaikkan satu alisnya. Mengapa Jenna justru menanyakan hal yang bahkan sangat tidak penting.

"Lo panggil gue, Je?"tanyanya sekali lagi"Lean.."lirih gadis itu.

"Lo ga salah denger"jawab Lean. Namun lelaki itu semakin bingung ketika melihat Jenna yang kembali menangis dan memeluk diri nya sendiri.

Ingatan Jenna tentang Sean semakin menjadi di tambah ia menemukan hal sepele yang Sean lontarkan pada nya di diri orang lain.

Entah ini soal kemiripan atau hanya sebuah kebetulan.

_Passio!_

Note:

Tulis qoutes terbaik menurut kalian yang cocok untuk chapter kali ini!

See u, good bye!

PASSIO'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang