Chapter 30!

3 1 0
                                    

Masalah terus menerus datang tanpa henti henti nya, Jenna hampir saja ingin bertanya pada orang yang tak ia kenal mengapa masalah terus berdatangan dan siapa yang menciptakan masalah?.

Sesulit itu hidup damai dan tentram? Bukankah hidup adalah sebuah kenikmatan? Tidak sepertinya itu salah.

Siapa yang bisa mengartikan sebuah kehidupan? Apa tujuan kehidupan sebenarnya?.

Entahlah bahkan Jenna yang memiliki otak cukup baik pun tak bisa menjawabnya, ia terus menerus berdecak dan membanting pulpen di genggaman nya. Menghabiskan waktu hampir dua jam setengah di depan meja belajar tak ada satu pun materi yang masuk ke dalam otak nya padahal minggu depan sudah melaksanakan ujian kelulusan.

Sialan, tiba tiba sudah mau lulus saja padahal baru kemarin bukan Jenna bertemu dengan Mellin dan Michel? Tentunya juga Lean.

Omong omong soal Lean tak bisa memungkirinya bahwa Jenna tidak merindukan lelaki itu, oh ia sangat! Begitu merindukan lelaki itu tapi bisa apa dirinya? Kata kata yang di lontarkan sungguh membuat Jenna merasa sakit tapi tak bisa membenci.

"Ish! Sialan lo Lean, kalo niat ngebunuh gue ga gini dong cara nya. Lo diem diem gini bikin gue gila"

Dan tak lama jendela Jenna yang menghadap langsung pada kamar Lean yant berhadapan dengan jendelanya menampakkan sang empu yang keluar dengan bertelanjang dada dan celana levis hitam yang di kenakan nya.

"ASTAGHFIULLAH BAPA!"pekiknya dan langsung menutup matanya"Anjir, fenomena langka! ABADIKAN ABADIKAN"

Jenna mengambil ponsel miliknya dan segera mungkin memotret Lean dengan setengah badan bertelanjang itu, terlihat Lean sedang membuang sampah di dalam rumahnya namun tak sempat menggunakan baju nya dan hanya menyisakkan celana levis hitam dengan ikat pinggang dari bahan kulit oh di tambah dengan rambut setengah basah nya.

"Badan nya bikin khilaf astaga, sadar lo Jen dosa tapi nikmat"

Jenna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan namun menyisakan cela di bagian mata nya.

"Di liat dosa ga di liat sayang"gumamnya pelan lalu Lean kembali masuk ke dalam kamarnya"Ah ga seru harusnya dia ngapain dulu gitu disitu? Kenapa langsung masuk sih"

Jenna menatap tugas tugas dan buku di atas meja nya dengan pandangan pasrah.

"Udah lagi banyak pikiran di tambah ulah Lean lagi, bikin gue ga akan bisa selesain nih tugas"ujarnya miris"SIALAN LO LEAN AH MATI AJA MATII NANTI SAYA IKUTAN"

Clek

"Jen? Kamu gapapa?"

Jenna menoleh dan menemukan bu Afni"Eh, gapapa kok bu cuma tadii ada kecoa ga pake baju"

"Kecoa ga pake baju? Ah Jen kamu jangan aneh aneh deh, ibu jadi takut"

Jenna mengangguk"Beneran bu tadi di jendela ada kecoa ga pake baju, tapi sumpah bu keren banget"

"Jenna, jangan aneh aneh nanti ibu jewer ya kamu. Abis ini keluar ya buat makan malam biar ibu yang masak kamu belajar aja"

Jenna mengangguk lagi"Iyah bu"lalu bu Afni kembali menutup pintu kamar Jenna"Aku ga bohong kok emang bener kan ada kecoa ga pake baju?"gadis itu kembali melirik ke arah jendela"Kecoa"gumamnya.

***

"Lulusan nanti lo mau lanjut kemana?"tanya Mellin pada Michel.

Gadis itu menggeleng"Gue gimana keputusan ortu aja sih, gue biasa nerima keputusan mereka"

"Beehh! Emang Michel doang yang paling kalem dan alim sedunia, gada lawan"ujar Mellin heboh"Kalo gue jadi lo ogah gue anjir pilihan ortu gue rata rata katro semua"

"Shtt! Ga boleh gitu"

Mellin tercengir"Ortu gue kan norak, kalo boleh jujur mah"

"Masih mending punya ortu, Mel"

Michel dan Mellin seketika langsung menoleh bersamaan ke arah Jenna yang sedang menyesap es miliknya sambil menopangkan Wajahnya, Mellin melirik Michel dengan mata membola.

"Coba lo jadi gue? Kita tukeran posisi kalo lo mau"

"WOI ANJIR GELAP! ENGGAK ENGGAK ADUHH JEN GA GITU MAKSUDNYA TUH GUE—hmpptt! Enggrh!"

Michel membekap keras mulut Mellin dengan tangan nya dan menatap Jenna tenang.

"Udah Jen, kita kan keluarga? Nyokap gue nyokap lo juga kok"

Jenna mengangkat wajahnya dan menatap wajah Mellin yang masih di bekap.

"Iyah gue tau, tapi kadang ngerasa miris juga gue anak siapa ya anjir? Parah banget yang buang gue"

Michel menghela nafas"Jangan mikir kalo lo di buang, ada banyak cara kan kenapa lo bisa di panti asuhan?"

Mellin yang masih di bekap oleh Michel meronta ronta dan menarik paksa tangan Michel.

"Buset dah! Lo mau bunuh gue hah? Anjir ga bisa bernafas gue Mi!"

Michel menoleh santai"Bagus sih, lo bernafas juga percuma"

"Wah? Gila tiap omongan lo bikin sakit hati Mi anjir slek aja kita slek unpren deh"

Michel terkekeh dan mencolek dagu Mellin"Danu tuh, jangan marah marah aja deh nanti Danu gamau sama lo"

Mata Mellin langsung menatap sosok siswa yang berdiri tak jauh dari nya sambil melambaikan tangan membuat Mellin langsung berpamitan pergi menghampiri kekasihnya itu.

"Pacaran aja grecep"

"Lo kapan, Chel?"

"Hah?"

Jenna tersenyum"Lo ga pernah pacaran? Ga minat sama cowok apa gimana?".

"Eh sembarangan"ujar Michel terkejut"Emang belum minat pacaran aja kok, nanti juga ketemu sama jodohnya"

"Dasar, bener kata Mellin emang Michellie doang yang hidupnya paling kalem dan alim"

Michel tertawa kecil "Gue belajar dari kisah percintaan orang aja sih Jen, mereka yang jatuh cinta pasti ngerasain sakit. Gue bukan ga percaya sama cinta kaya crush lo itu tapi gue emang belum minat aja"

"Maksud lo apaa ya bawa bawa crush saya? Tanggung jawab nih gue jadi kepikiran dia"

Michel tertawa pelan lagi"Tuh"ujarnya sambil menolehkan kepala Jenna"Baru nongol anaknya"

Jenna menatap Lean yang baru saja memasuki kantin dan memberi sebotol air putih lalu kembali keluar dari kantin.

"Dia itu susah banget di tampiknya, kalo bisa di ibaratkan mungkin dia ibaratnya adalah seseorang yang mencelma menjadi cahaya, yang sulit tertampik dan sukar tergapai"

_Passio!_

_Passio!_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note:

Vote dan komen!

Salam untuk Lean?

Untuk Jenna?

Untuk dua M? (Mellin & Michel)

See u next time, good bye.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PASSIO'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang