Chapter 6!

3 2 0
                                    

Terkadang Jenna berfikir ia lebih menyukai dirinya berada di dalam kamar dan tidak bertemu siapa pun. Alasan nya agar tidak di lukai dan merasa lelah.

Tapi. Gadis itu di tuntut untuk menjadi sempurna dimata orang banyak, di tuntut untuk menjadi orang yang pandai bicara padahal sejujurnya gadis itu tidak ingin banyak bicara dan sulit menyusun kata kata.

Bahkan dunia bisa di anggap sangat tega karena menuntutnya disaat Jenna tidak sedang baik baik saja, beruntungnya Jenna memiliki beberapa orang baik yang bisa selalu ia ingat jika keadaan nya sedang sangat lelah dan terluka.

Kali ini Jenna pergi ke gedung perusahaan model remaja ia kembali melakukan pekerjaan nya untuk membuat majalah baru di beberapa bulan kedepan, gadis itu berkali kali mengganti pakaian dan berpose berkali kali di depan kamera.

Sedikit mendapatkan beberapa bentakan karena Jenna yang terlihat lesu dan lelah. Mereka tak perduli yang mereka lakukan hanya untuk deadline mereka masing masing. Jenna berujar sakit pun tidak diperdulikan saat rambut nya berulang kali di rombak setiap ia mengganti pakaian lain.

Menjadi model tidak semudah yang mereka fikirkan dan menjadi model tidak seenak yang terlihat. Apa mereka fikir menjadi model sangat di hargai? Tentu tidak ada beberapa staf yang berbuat seenaknya dan sedikit kurang ajar tapi Jenna masih bisa memaafkan karena ia tak mau kehilangan pekerjaan nya jika tidak ibu nya akan memarahi nya dan menganggapnya sebuah beban di keluarga mereka.

"Jen makan nya jangan lama ya, kita masih ada kerjaan"ujar salah satu staf"Kalo ga buruan deh sekarang aja, makan nya di lanjut nanti"

"Kak tapi kan ini jam makan siang aku"ucap Jenna yang ditarik oleh staf itu.

"Gausah bawel, model disini bukan kamu aja. Coba liat senior disana? Dia professional ga kaya kamu"

Wanita itu memang lebih tua dari Jenna biasanya ia menyebutnya Kak Nia.

Nia menghapus make up Jenna dan merubahnya ulang mendandani gadis itu agar terlihat natural.

"Sana deh cepet ganti bajunya"ujar Nia sambil berlalu.

Oh sungguh rasa nya Jenna ingin menangis di tempat sekarang juga. Jika mereka menganggap Jenna lemah dan buruk mengapa tidak mengeluarkan nya saja? Tidak itu bukan pilihan yang bagus.

Setelah menyelesaikan hari yang melelahkan itu Jenna kembali kerumah namun kelihatan nya rumahnya itu kedatangan tamu terlihat dari beberapa mobil yang terparkir. Dan benar saja ketika Jenna memasuki ruang tamu ia bisa melihat banyak orang yang menatapnya.

"Eh Jenna baru pulang ya, sini duduk di samping Omma"ujar wanita tua itu

Jenna tersenyum dan menurut"Omma baru dateng atau udah dari tadi?"

"Omma belum lama kok, gimana kerjaan kamu? Berat?"

"Kerjaan Jenna—"

"Ga berat kok bun, tapi Jenna nya aja emang suka ngeluh ga bisa bersyukur dia padahal kan banyak yang mau jadi model yakan mbak?"

Wanita disebelahnya mengangguk"Iyah Jen, harusnya kamu lebih banyak bersyukur"

"Bener kata tante dan mami kamu, harus banyak bersyukur ya namanya orang mau jadi sukses itu emang capek dan susah"ujar Omma menasehati"Cucu omma makin cantik aja, dapet pacarnya harus ganteng juga yaa"

"Paling penting dia kaya dan mapan, Jen"sahut Rossa"Kalo modal cinta aja ga kenyang kamu sama anak anak kamu itu"

Jenna memaksakan dirinya untuk tersenyum dan mengangguk.

"Gimana sekolah kamu? Lancarkan? Belajar yang pinter ya omma gamau cucu pertama omma pendidikkannya kurang. Meski kamu di sambi kerja gini jangan putus semangat buat sekolah"

Jenna menunduk dan mengangguk. Sebenarnya ia menunduk karena tersenyum, itu karena setiap mengingat sekolah ia selalu mengingat tentang Lean yang membuatnya bahagia.

Ah begini rasa nya ketika seseorang sedang jatuh cinta.

"Cari pacar yang bener Jen, jangan mau kalo di manfaatin"timpal tante gadis itu"Tante dulu mah gamau pacaran sama cowok modal ganteng doang"tambahnya lagi.

Jenna terlihat ragu ia juga tidak tahu kehidupan asli Lean bagaimana. Apakah lelaki itu dari orang yang berada? Jenna tidak masalah jika Lean hanya lelaki biasa tetapi orang tua nya yang tentu tidak akan setujuh.

"Cari tau dulu seluk beluknya kalo kamu punya pacar, kamu gaboleh loh sampe jatuh cinta sama orang yang salah nanti bisa nyesel kalo udah nikah"

"Kenalin dulu sama kita dan minta restu, meski baru pacar ya gapapa kan nanti bakal serius yakan?"

"Denger kan Jenna?"

Gadis itu tersentak kecil dan langsung mengangguk. Ia memang sangat hobi melamun padahal orang orang di sekitarnya sedang berbicara.

***

Ketika Jenna merasa lelah ia pasti merindukan sosok itu. Sosok yang selalu menjadi support sistyem nya ketika lelah dan putus asa.

Ketika Jenna hanya memanggil namanya lewat daily chat, maka orang itu akan mengerti bahwa dunia Jenna sedang tidak baik baik saja. Seorang itu akan datang dan memeluk Jenna lalu mengatakan semuanya akan baik baik saja.

Mata yang terpejam itu perlahan mengeluarkan sebulir air mata dengan isakan yang menyusul dan tubuh yang mulai bergetar hebat. Ia menjambak rambutnya sendiri dan membekap mulutnya untuk tidak mengeluarkan isakan.

Dada nya sangat sesak dan hati nya sangat sakit menerima kenyataan bahwa sosok itu sudah tidak ada lagi. Tak ada lagi orang yang membantu Jenna bangkit dari kubangan masalah yang terus menyerangnya secara mengeroyok.

"Se.. "lirihnya di sela sela isakan"Kangen, aku kangen se"

Gadis itu memeluk lututnya di atas tempat tidur, meski tubuhnya di balut selimut tebal tetap membuat tubuh gadis itu merasakan dingin.

"Se, dunia ku lagi ga baik baik aja. Aku capek, temenin aku"

Dulu saat seorang laki laki itu masih berada di sampingnya. Jenna masih bisa melawan rasa lelah dan masalah di depan nya asal laki laki itu tetap bersamanya.

Ia selalu mengingat seseorang pernah mengatakan sesuatu pada nya. Jenna memejamkan matanya dan mengucapkan kalimat yang pernah di lontarkan untuknya.

"Jangan, biarkan dunia. Mengambil senyummu"

_Passio!_

Note:

Untuk chapter selanjutnya bakal sedikit spoiler tentang masa lalu Jenna yaa!

Jadi nikmatin terus alurnya sampai bertemu di titik terang cerita Rival!

See u next time, good bye!

PASSIO'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang