Jenna pernah bilang jika ia bertemu dengan Lean ia akan meminta maaf atas kejadian tempo hari saat pertandingan voli kan? Nyatanya sudah menghabiskan minggu itu Jenna tak menemui Lean yang ia tahu dari teman teman nya sudah beberapa hari sejak kejadian itu Lean tidak hadir di sekolah entah kemana lah pergi nya lelaki itu.
Jenna jadi khawatir bagaimana keadaan Lean setelah nya padahal sehari lagi sekolah akan kembali di buka dan Lean harus melaksanakan olimpiade matamatika, apa lelaki itu sudah menyiapkan diri atau memang sedang?.
Jenna menendang krikil yang berada di dekatnya sambil menundukkan kepala nya dalak dan meremas tas kecil yang ia kenakan sambil memasuki tempat pemakaman umum. Ia selalu merasa gelisah jika sudah berkunjung ketempat ini ia tidak mau menangis di depan makam seseorang karena ia sudah berjanji tidak akan pernah ingin menangis setelah seseorang itu pergi ia tak mau membuat almarhum merasa sedih melihat ia menangis.
Jenna memaksakan dirinya untuk tersenyum saat sudah berdiri di sebelah makam yang seperti nya baru saja di kunjungi keluarganya, terlihat dari taburan bunga yang masih segar. Gadis itu berjongkok disebelahnya sambil mengelus pelan tulisan nama di atas lisan.
"Aku dateng lagi"ujarnya pelan"Maaf karena aku baru dateng lagi buat temuin kamu, maafiin aku"
Wajah Jenna lagi lagi tertunduk dalam gadis itu sedang berusaha membuat diri nya tegar dan tidak menangis nyatanya Jenna tidak mampu. Ia menangis dengan wajah yang tertunduk sambil meremat batu nisan itu.
"Se.."lirihnya. Jenna mengangkat wajah nya dan menatap batu nisan itu.
Sean Agara. Nama yang kini Jenna tatap berharap kehadiran lelaki itu masih ada namun nyatanya teguran dari guntur menyadarkan Jenna bahwa tak ada lagi sosok yang dulu hanya Jenna butuhkan.
"Se, banyak cara untuk pergi kenapa harus kematian yang kamu pilih?"isak gadis itu"Kalo emang kamu mau tinggalin aku, seengaknya jangan untuk selama nya dan lenyap di dunia, Se."
"Kamu bilang, kamu akan selalu tertawan untuk aku. Nyatanya kamu pergi duluan Se, ninggalin aku sendirian disini"
Jenna memeluk nisan itu dengan erat meski ia sudah merasakan rintikan hujan mulai membasahinya tapi ini yang Jenna butuhkan. Ia ingin menangis di bawah guyuran hujan agar siapapun tak melihat dan tak mengetahui bahwa gadis sulung ini menangis. Semakin deras hujan nya semakin kerad Jenna menangis.
"Se, kalo dunia aku lagi ga baik baik aja siapa yang bakal buat aku tetap bertahan? Siapa yang buat aku tetap bangkit? Kamu udah gada Se!"
"Mami selalu cari letak kesalahan aku di depan papi, Billi makin nakal, Se. Kalo masih ada kamu mungkin kamu bisa bilangin Billi kaya waktu itu dan kalo masih ada kamu mungkin mami ga berani buat marahin aku lagi"
Jenna melepaskan pelukan nya pada nisan itu dan bangkit ia mengepalkan tangan nya untuk mengirimkan sebuah doa dan rindi yang di selipkan lantas gadis itu pergi meninggalkan gundukan tanah dan sosok yang ia rindukan di balik tanah tersebut.
Sean adalah teman kecil nya yang ia temui sejak duduk di bangku sekolah dasar sejak itu Jenna tahu bahwa Sean adalah teman baik untuknya lelaki itu bisa mengerti dan menebak apa yang Jenna rasakan dan inginkan walau gadis itu tak memberi tahu nya. Sean sama sekali tak pernah membuat Jenna merasa kecewa karena jika lelaki itu tak sengaja melakukan nya ia langsung segera memperbaiki semua nya pada gadis itu.
Sean yang membuat Jenna tumbuh menjadi gadis pintar dan kuat, Sean yang membantu Jenna berfikiran dewasa walau awal nya Jenna sama sekali tidak ingin menjadi seorang yang dewasa.
Pelan pelan Sean membuat Jenna mengerti bahwa keadaan di dunia tak selama nya buruk dan tak selama nya baik. Sean juga yang membuat Jenna mengerti jika dikehidupan ini tidak ada yang abadi dan kekal sampai akhirnya Jenna memberanikan diri mengungkapkan perasaan nya saat gadis itu tumbuh menjadi gadis yang dewasa.
Awalnya Jenna takut Sean hanya menganggapnya sahabat atau lebih dikit menjadi adik? Tapi yang Jenna dengar lelaki itu juga menyukainya.
"Se, kalo aku suka kamu gimana?"
"Kamu suka sama aku, Je?"
"Iyah.."
"Aku juga suka kamu, Je. Kita sama"
Rasa sesak dan sakit di hati nya tak mampu untuk di isyaratkan karena sungguh Jenna menyukai lelaki itu sampai lapisan terakhir ia juga rindu saat lelaki itu memanggil namanya. Candu dan rindu, Jenna ingin berteriak pada tuhan dan mengembalikan sosok Sean tapi tuhan tak menjawab apapun.
"Je.."panggil Jenna mengikuti cara Sean memanggil nya"Panggil aku lagi Se. Aku kangen, aku yang kangen sama kamu"
Kedua kaki Jenna rasa nya sangat lemas ia tak lagi mampu berjalan di saat sedang rapuh seperti saat ini, gadis itu terduduk di aspal yang di genangi air dengan wajah menunduk dan tubuh yang bergetar. Mengabaikan hujan yang semakin deras mengguyur tubuhnya sampai tiba suara klakson mobil yang sangat menggema terdengar di indera pendengaran Jenna.
Gadis itu tidak mau menyingkir bahkan untuk mengangkat wajah nya saja ia tak mampu, ia akan pasrah ia ingin menemui Sean dengan cara ini.
Ia ingin seperti Sean yang pergi dari dunia ini tanpa berpamitan dengan siapapun, ia hanya ingin Sean untuk kali ini.
Deg!
_Passio!_
Note:
Ada yang mau nebak keselanjutan nya? Yakin gadaa? Sayang banget hmm
See u, good bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Teen Fiction"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...