Setelah membereskan barang barang nya Jenna segera keluar dari kamar nya yang bukan lagi menjadi miliknya. Ia menuruni tangga dengan tergesah gesah sambil menyeret koper dan menggendong tas ransel nya.
"Jenna kamu mau kemana sayang? Balik lagi ke kamar dan istirahat ya"ujar Gianda menghadang langkah Jenna.
"Biarkan saja Gianda, memang seharusnya anak haram ini pergi"
Jenna tertawa pedih mendapatkan ujaran itu, sakit rasa nya namun itu kenyataan.
"Jenna pergi pak, terimakasih udah rawat Jenna sejauh ini. Bapak yang terbaik di hidup Jenna sampai kapan pub jasa bapak akan saya ingat"
Sakit juga untuk Gianda mendengar tiap ucapan Jenna kali ini. Putrinya, ia adalah putrinya sampai kapan pun dan apapun kenyataan nya Jenna adalah putrinya.
"Nak"lirih Gianda yang rasanya ingin menangis"Tolong balik ke kamar kamu, sayang"
"Oh ga bisa pak karena kamar itu bukan lagi punya saya, disini di tempat ini gada sedikit pun hak untuk saya"
Gianda menggeleng"Jenna papi mohon"
Jenna rasa ini sangat menyakitkan ia juga menyayangi ayah nya namun mengingat ayah nya tak pernah berada di pihak nya, Jenna lebih memilih membenci lelaki itu.
"Jangan halangi jalan saya, karena benar kata bu Meira kalo sudah seharusnya saya pergi"
"Bagus kalo kamu sadar diri"celetuk wanita tua itu. "Sudah sana pergi jangan bertele tele!"
Jenna mengangguk"Saya permisi, sekali lagi terimakasih dan maaf karena Jenna sangat membebani kalian"
Gadis itu kembali menyeret kopernya dan melegang pergi meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempat nya berteduh, tempat nya beristirahat dan tempat nya pulang.
"Kak Jen!"
Langkah Jenna terhenti di depan pagar rumah nya saat seorang gadis kecil memanggilnya dan berlari menghampirinya.
"Kak Jen mau kemana?"tanya Bella memeluk pinggang Jenna"Jangan lama lama pergi nya, nanti Bella gada yang suapin makan"
Jenna mendongak menghapus air matanya dan menatap Bella di bawahnya, ia bertekuk lutut menyamakan tinggi gadis itu.
"Bella jangan khawatir yaa, nanti ada yang jagain Bella dan temenin Bella makan"
Bella menggeleng"Bella mau nya kak Jen, jangan lama lama pergi nya"
Jenna lupa jika ia juga sangat menyayangi adiknya yang satu ini.
"Bella punya Billi oke? Billi bisa ajak main Bella kapan aja"gadis itu melirik pada anak laki laki yang berdekap dada sambil menatapnya dingin"Billi yang jagain Bella"ujarnya lagi.
Bella menggeleng sambil memangis"Kak Jen kenapa ngomong gini? Bella mau sama kak Jen juga. Billi emang sayang Bella tapi Bella juga mau kak Jen disini terus"
Jenna mati matian menahan tangis nya namun hati itu terasa begitu sakit ia tak mampu menahan apapun sekarang. Jenna memeluk Bella dengan erat dan memangis disana sambil sesekali menatap Billi.
Wajar Billi tidak menyukai nya sejak dulu ia pasti sudah tahu terlebih dahulu tentang Jenna dari ibu kandungnya karena Billi adalah anak pertama di keluarga itu andai Jenna tidak ada.
"Udah ya cantik ga usah sedih, kak Jen mau sekolah di jauh"ujar Jenna berdiri"Sana main lagi sama Billi"
"Gamau kak Jen"
Jenna menatap Billi beberapa saat anak laki laki itu tetap saja memberinya sorot mata dingin dan tidak menyukainya.
"Billi sayang kan sama Bella? Tolong bawa Bella ya"
Tanpa di perintah dua kali Billi dengan tangan nya menyeret Bella untuk masuk meski kembaran nya itu memangis dan meronta ronta namun ia mengabaikan nya. Jenna juga segera meninggalkan rumah itu dan takkan kembali lagi.
***
Minggu ini sekolah kembali di buka dan gadis yang selama satu minggu penuh kemarin tidak hadir di sekolah nya, kali ini ia kembali bersekolah.
Yash satu minggu penuh kemarin semua masalah mendatangi nya membuatnya enggan untuk beranjak pergi ke sekolah tapi kali ini Jenna harus pergi ke sekolah nya atau jika tidak ia bisa di keluarkan.
Omong omong Jenna sudah mendapatkan tempat tinggal setelah meninggalkan rumah kediaman Gianda ia bertemu dengan seorang ibu ibu berhijab yang terlihat sangat damai jika di tatap, ibu ibu itu menanyakan soal Jenna yang akan pergi kemana dan menawarkan tempat tinggal karena kebetulan ia adalah pemilik rumah kost anak muda.
Jenna juga mengatakan ia tak mampu membayarnya karena tak memiliki penghasilan namun dengan baik nya ibu itu menyuruh Jenna tinggal saja dan sedikit bantu bantu di rumah kost, hitung hitung ia bekerja kan?.
Syukurnya sekolah Jenna ini bukan suwasta yang harus membayar uang bulanan, ia bebas sekolah disini karena nilai nya yang bagus sehingga bisa memasuki sekolah tersebut.
"Jen!"
Langkah Jenna terhenti saat seseorang memanggilnya, ia menoleh dan tersenyum kecil saat Michel datang.
"Jen? Lo kemana kok gada dirumah? Kata nyokap lo, lo ga lagi di tinggal disitu."
Senyum Jenna pudar"Lo kerumah itu?"
"Iyah, gue mau nanyain kabar lo soalnya nomer lo ga bisa di hubungi lagi"
Jenna mengangguk dan tersenyum kembali melangkah diikuti Michel di sebelahnya. Michel berjalan beriringan dengan Jenna dan sama sama menatap kedepan dengan wajah damai.
"Ada masalah ya Jen? Belakangan ini tuhan kasih lo banyak masalah?"Jenna menoleh pada Michel yang setia menatap kedepan dengan tenang"Jangan khawatir Jen, kalo tuhan kasih lo banyak masalah itu arti nya tuhan tau cuma lo yang bisa jalanin masalah ini"
"Shel?"
Michel menoleh dan ikut berhenti berjalan ia menghadap Jenna dengan senyum, mengulurkan tangan nya untuk mengelus pundak Jenna.
"Apapun itu meski gue gatau sebesar apa masalah lo, tapi gue bisa liat lo capek banget Jen"oh tuhan tolong setidaknya hentikan ucapan Michel yang mampu membuat Jenna mengingat masalahnya.
"Kalo lo sadar lo udah sebesar ini artinya lo juga tau kalo lo sekuat ini untuk jalanin langkah berat lo"
"Shel, stop it"ujar Jenna hampir tak terdengar karena tangis yang mulai datang.
Michel mengangguk"Gue temen lo, kalo ada apa apa lo jangan sampe lupain gue Jen. Anggap gue adalah orang satu satu nya yang di kirim tuhan untuk temenin lo"
"Michel.. "lirih Jenna memeluk Michel dengan erat"Thankyou, lo bukan yang baik tapi yang terbaik"
"Jangan anggap semua orang baik ya Jen, karena kapan aja lo bisa di sakitin sama orang baik yang lo maksud"
"Jangan buat gue sakit dengan cara lo, Shel"
"Gue yang janji ke lo, i promise to be a loyal sharing friend"
Jenna mengangguk"Lo baik"
"And you are the best, Jen"
_Passio!_
Note:
See u, good bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Teen Fiction"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...