Lean sudah kembali dari rumah orang tua nya kali ini ia tidak ingin pergi ke sekolah karena rasa nya beranjak dari ranjang saja sangat malas. Disisi lain gadis itu menyiapkan sarapan seperti biasa untuk penghuni kost lain nya.
"Jen, sarapan nya enak loh walau cuma roti isi gini kamu kreatif banget"puji wanita yang usia nya lebih tua dari Jenna.
Jenna tersenyum"Makasih kak Fuji, kalo mau tambah ambil aja aku bikin banyak kok"
"Aku mau tambah deh"kekeh yang lain nya. Sementara itu Jenna menyiapkan sarapan di piring lain dan menuangkan segelas susu dingin untuk Lean.
Dari bu Afni ia tahu bahwa Lean yang sangat jarang bergabung sarapan bersama yang lain itu sangat menyukai segelas susu dingin untuk menu sarapan nya. Setelah sudah menyiapkan sarapan itu Jenna hendak mengantarnya menuju kamar lelaki itu namun saat hampir tiba di kamar Lean ia berpapasan dengan Rama yang baru saja menjemur pakaian nya.
"Wah kamu bawain buat saya? Makasih banget ya Jen"
Jenna melebarkan kedua mata nya apalagi saat Rama dengan santainya mengambil sepotong roti isi milik Lean dan memakan nya.
"Saya ga suka susu tapi Jen, itu buat kamu aja ya"
Jenna gelagapan lalu mengangguk"I-iyah bang"
"Oya makasih ya saya harus siap siap udah mau telat soalnya, saya ada praktek pagi ini"Rama menerobos masuk sementara Jenna mengangguk gugup dan menatap nanar piring yang sudah kosong itu hanya tersisa susu dingin nya saja.
Lalu apa yang harus Jenna berikan? Segelas susu saja apa cukup? Sedangkan mengambil kembali roti isi di dalam pasti sudah habis terakhir Jenna melihatnya tinggal beberapa dan menjadi rebutan penghuni kost lain nya. Tak sengaja menoleh ke arah kamar Lean gadis itu menangkap sosok Lean yang berada di bawah tangga rumah pohon nya.
"Mampus"ujar Jenna pelan"Dia liat yang tadi ga ya? Aduhh"
Beberapa saat kontak mata dengan Jenna lelaki itu menaiki tangga rumah pohon nya dan masuk membanting pintu kayu itu dengan sangat keras membuat Jenna tersentak pelan. Jenna semakin bingung dan panik tapi ia segera menyusul Lean memasuki rumah pohon itu.
"Le, gue masuk ya?"tanya Jenna di depan pintu itu lalu membuka nya secara perlahan dan terkejut saat melihat Lean yang berada di balik pintu menatapnya datar dengan bertelanjang dada.
"Ngapain?"tanya Lean sangat datar dan menyeramkan. Tanpa sengaja namun niat mata Jenna turun menjelajah bidang Lean dan meneguk saliva nya.
"G-gue tadi mau anter sarapan buat lo tap—"
"Tapi apaan?!"
Jenna kembali tersentak"A-ada kucing dapur yang nyolong roti buat lo, jadi nya tinggal susu deh"gadis itu menyerahkan segelas susu dingin pada Lean dengan cengiran"Nih, enak kok ini kesukaan lo kan?"
Lean menatap segelas susu itu dan meriahnya kasar lalu meneguknya dengan cepat sambil terus menatap Jenna tetapi yang di tatap justru menghela nafas lega dan tersenyum senang.
"Lain kali gue buatin sarapan ya? Yang pagi ini lo ga kebagian dulu"
Lean meletakkan gelas kosong itu di atas piring yang di bawa oleh Jenna.
"Gue udah selesai dan lo boleh pergi"kata Lean berbalik badan dan masuk.
Jenna cemberut dan berkata "Ga boleh masuk dulu nih? Gue belum liat rumah pohon lo loh, gue masuk ya? Iyah"jawab Jenna sendiri lalu melangkah masuk.
Lean yang duduk di kursi kecil yang menghadap ke arah komputer sedikit memperhatikan Jenna yang Berkeliling di sekitar ruangan rumah pohon miliknya.
"Ini foto foto si—"
"Gausah di sentuh!"
Jenna menoleh cepat dan mengangguk"Iyah iyah, galak banget"
"Lo kalo mau liat liat gausah sentuh barang barang gue, cukup liat pake mata dan gausah di telitiin"
"Iyaah Lean, lo bisa ga sih jangan jutek jutek banget? Orang tuh jadi cowok yang humble dikit trus ramah dan baik hati biar enak di liatnya"
"Gue bukan Rama"
Jenna menatap Lean yang memunggungi nya dan sibuk dengan komputer milik lelaki itu.
"Bang Rama?"beo Jenna dengan expresi bodoh"Gue gada bilang atau sangkut pautin bang Ram—"mendadak senyum jahil terbit di bibir Jenna lalu gadis itu menghampiri Lean dan memeluk lelaki itu dari belakang.
"Ck, apaansi lepas! Gausah sentuh gue bisa gasih? Gue ga suka di sentuh!"
Jenna semakin mengeratkan pelukan nya dengan nyaman, biasa kesempatan dalam kesempitan juga.
"Lo cemburu yaa? Lo liat kan tadi siapa yang ambil jatah lo itu? Lo pasti cemburu, sebenernya gue ga bandingin lo sama bang Rana tapi tiba tiba aja lo nyebut bang Rama"
"Je!"panggil Lean kasar"Lepas!"
Jenna pun melepaskannya lalu menatap Lean kesal"Kenapa sih? Gue udah nyaman banget padahal"
"Gue yang ga nyaman, tolol!"
Gadis itu terdiam sejenak menatap wajah Lean yang terlihat sangat kesal, oh shit tunggu dulu ini kenapa rasa nya Jenna begitu sakit hati menerima lontaran kasar dari Lean? Padahal diri nya juga sering melontarkan perkataan kasar pada Mellin dan Michel.
"Lo ngapain liatin gue? Pergi lo!"
Jenna menunduk meletakkan tangan nya di belakang punggung dan menatap kedua kaki nya.
"Ngapain masih disinii sihh" Lean benar benar geram dengan Jenna kali ini"Je!"
Tanpa sadar suara isakan tangis Jenna yang sejak tadi gadis itu tahan pun keluar, air mata yang menumpuk perlahan terjatuh membasahi kaki nya membuat Lean bingung akan keadaan gadis di hadapan nya.
"Sekarang apalagi?"
"Lo kenapa si Le? Ga ngerti perasaan gue sama sekali?"Jenna mengangkat wajah basah nya dan menatap Lean"Lo tau gue suka sama lo, dan lo peka perlakuan gue ke lo. Tapi kenapa lo masih aja seakan ga sadar sama perasaan gue? Apa lo emang ga perduli"
Lean terdiam menatap wajah sembab Jenna tapi jujur ketika gadis itu menangis wajah nya terlihat sangat lucu dan tambah cantik, lihat saja kelopak mata yang basah dan bibir mungil serta ujung hidung nya yang merah? Cara gadis itu memangis pun sangat menggemaskan.
Lean mengerjab menyadarkan diri nya"Maksud lo apa?"
Jenna menggeleng"Enggak kok mungkin gada maksud lain selain gue suka dalam arti gue mau milikin lo meski pun gue tau kita beda agama, kita bahkan ga sehati? Kita ga mudah untuk di satu kan tapi gue juga manusia dan wanita yang mau di cintai dan merasa di cintai"ujarnya tersedu sedu"Selama ini yang gue lakuin ke lo semua nya karena gue sayang sama lo, gue cinta dan suka banget sama lo kenapa lo ga ngerti si Le?"
_Passio!_
Note:
Vote dan komen!
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Teen Fiction"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...