Sepulang sekolah sore tadi Lean membawa diri nya berjalan jalan tanpa arah menghabiskan waktu di atas motor hingga menjelang gelap dirinya baru menghentikan motor itu di sebuah bar.
Tempat yang mampu Lean temukan dimana saja bahkan di setiap sudut kota pun ada, Lean duduk di salah satu kursi di dekat meja bar lalu memesan sebotol minuman untuk menghilangkan dahaga di dirinya.
Menghabiskan setengah botol minuman itu dan menyesap sepuntung rokok sedikit membuatnya lega walau sayup sayup mata nya sangat susah untuk terbuka, Lean mengedarkan pandangan pada suasana malam di sana banyak yang menari di atas lantai dansa dengan musik dj dan lampu remang remang yang berkelip.
Sekilas mata itu menangkup seseorang yang datang dari pintu belakang bar dengan seseorang yang bergandeng manja dengan nya, Lean menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatan nya lalu bibir itu menyeringai.
"Nyonya besar"gumamnya lalu meneguk minuman nya langsung dari botolnya "Yang selalu berpakaian mewah dan elegant"lanjutnya lalu turun dari kursi nya dan menghampiri mereka.
Lean tak benar benar menghampiri dua orang yang sangat ia kenal itu melainkan mengeluarkan ponsel milik nya dan membuka sebuah camera yang langsung menyorot pada dua orang yang saling bercengkeraman, setelahnya Lean menyeringai sambil mengirim sebuah video yang telah ia rekam pada seseorang.
"Dasar"
***
Jenna menyeka air mata nya berkali kali meski hal itu sangat sia sia karena lagi lagi air mata nya kembali membanjiri wajah nya.
Ketika seseorang bercerita sambil menangis, percayalah apa yang sedang di ceritakan sangat benar nyatanya dan sangat nyata sakit nya.
Seperti yang saat ini Jenna lakukan gadis itu bercerita sambil menangis dengan Rama yang duduk di sebelahnya memasang raut wajah sendu melihat seorang Jenna yang biasa nya selalu ceria kini menangis di hadapan nya.
"Aku ga pernah minta kehidupan seperti apapun, bahkan sedemi kian sekali pun tapi tuhan tau apa yang terbaik buat aku, yang sekarang bener bener sakit dan ga memungkinkan untuk aku bisa kuat tapi bisa jadi ini pilihan terbaik dari tuhan"
Rama mengangguk "Saya juga ga pernah nyangka kalo orang seperti kamu ternyata memiliki kisah hidup yang sedemikian rupa nya, kamu orang yang terlihat ceria menurut saya"
Jenna terkekeh di sela sela isakan tangisnya"Abang tau ga? Setiap kali aku denger orang bilang kaya yang abang bilang barusan.. "ia menggantung kata kata nya dan kembali mengusap air mata nya "Disitu aku bener bener ga bisa nahan diri buat ga nangis, karena rasa nya terlalu miris kan? Aku yang ternyata selalu terlihat ceria pada nyata nya aku cuma nutupin luka?"Jenna tertawa miris setelahnya.
Rama memejamkan mata sejenak sambil membuang nafas pelan, entahlah hati nya pun ikut berdenyut sakit melihat kenyataan tentang Jenna.
Tapi disisi lain lelaki yang sedang berada di ambang kesadaran nya karena terlalu banyak meneguk minuman beralkhol tertawa kecil dengan seringaian nya, Lean memandang punggung gadis yang bergetar itu dan seorang pria yang berusaha menenangkan Jenna.
"Ibu, sama anak sama aja ternyata?"kekehnya sinis"Buah jatuh emang bener, ga jauh dari pohon nya"
Setelah itu Lean turun dari atas motornya dan berjalan menuju kamar nya melintasi dua orang yang duduk di bangku taman depan rumah kost tersebut, Jenna yang melihat Lean berjalan gontai dengan wajah sayup nya pun langsung berdiri dari duduknya.
"Lean"panggilnya membuat Lean berhenti "Lo dari mana? Lo kenapa?"tanyanya.
Namun Lean hanya melirik sekilas dan kembali melangkah membuat Jenna meninggalkan Rama dan membantu Lean menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASSIO'
Teen Fiction"Seseorang yang menjelma menjadi cahaya yang sulit tertampik dan sukar tergapai" "Aku nyata, kamu pun nyata. Yang tak nyata hanyalah fikiranku yang mengharapkan untuk memilikimu" 'Bukan tentang persamaan tapi hanya sebuah kebetulan' **** ⚠️WARNING...