zieh dich aus

143 23 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Siapa yang bilang Mark rela melepas Jeno begitu saja? Dia mencintai jeno lebih dari yang dunia ketahui, dan selama jantungnya masih berdetak, tidak ada satu orangpun yang boleh menyentuh jeno nya.

Ya selama beberapa waktu terakhir ia cukup percaya diri mengatakan hal itu, bahkan untuk meneriakan ungkapan cintanya pada Jeno agar seluruh dunia tahu.

Tapi sekarang, Mark tidak ada bedanya dengan Jeno. Keduanya sama sama diliputi rasa kacau, dimana badai menerpa keduanya secara bersamaan. Dunia memang adil pada mereka yang punya harta, tapi menurut Mark dunia tetap tidak pernah berpihak padanya.

Pria itu menundukkan kepalanya dalam-dalam, kedua tangan nya meremat surai hitamnya gusar. Didepan nya berdiri seorang gadis dengan pandangan posesif, menunjukkan betapa Haechan menginginkan dirinya hingga berani melakukan hal keji pada Jeno.

"Kembalikan beasiswanya, akan kuberikan semua hartaku padamu tanpa sisa, asalkan kau kembalikan beasiswa Jeno, dia ngak pernah terlibat dalam urusan kamu" Ucapan frustasi Mark dibalas sebuah decihan pelan, setelahnya suara ketukan high heels membuat Mark mendongak.

Haechan mengulurkan tangan kanan nya, mengelus sepanjang rahang pria pujaan nya seakan memuja. "Kau pasti tahu apa jawabanku, aku bukan wanita murahan seperti gadismu itu, yang akan luluh hanya demi uang. Aku punya berton-ton uang dalam brankas ku, aku tidak akan jatuh miskin. Yang aku inginkan hanyalah kau"

Suara mendayu yang dibuat-buat itu hanya semakin menambah rasa muak di hati Mark, pria itu menepis kasar tangan Haechan dan menatapnya  tajam. "Sampai kapanpun jawaban ku tetap tidak, aku tidak akan jatuh cinta dengan gadis sombong sepertimu. Kau boleh menguasai dunia dengan uangmu, tetapi tidak dengan diriku".

Setelahnya suara bantingan pintu kayu yang begitu kencang menyakiti indra pendengaran Haechan, sama dengan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang ulu hatinya. Wajah gadis itu mendadak sayu, pandangan nya pun mulai berpendar kesegala arah untuk mencegah kristal cair yang akan segera turun dari matanya.

"Aku hanya butuh kamu, ngak dengan dunia ini! Aku bakal tinggalin semua yang aku punya cuman buat kamu, apalagi buat ngasih semua bagian diri aku ke kamu"

Kamu bukan untuk ku, semesta raya seluruhnya diberikan dalam genggamanku. Tapi apa daya jika sang pencipta menciptakan mu bukan untuk ku, melainkan untuk yang lain?

Haruskah aku menyerah atau malah bertahan dengan perasaan ini? Disaat sepenuh waktu di hidupku tidak ada satupun keinginan yang tak terlaksana, setiap hal yang kumau pasti akan kudapati, begitupun halnya dengan dirimu,

Haechan mengertakan giginya, mulai saat detik ini ia berambisi untuk menjadikan Mark sebagai hak miliknya—bukan Jeno. Tidak ada seorang pun yang boleh menghalangi jalan nya, begitupun dengan Tuhan.

Ia menarik kalungnya dengan kasar, lalu membuangnya begitu saja di lantai berhiaskan marmer, "Hanya tinggal sesaat lagi margaku akan berubah menjadi Lee. Mark akan menjadi pendamping hidupku seumur hidup, dan akan kubuat Jung Jeno menyesali pilihan nya"

Manusia adalah makhluk yang egois, bukan begitu? Setiap orang didunia ini sama-sama mengejar hal duniawi yang tidak jauh dari kekayaan, ketenaran ataupun keinginan dirinya.  Mereka bisa menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang mereka mau, meskipun dengan begitu mereka malah mengorbankan sesamanya.


Sebagai seorang putri semata wayangnya keluarga seo—chaebol terkemuka yang menguasai banyak perindustrian negara, Haechan di didik untuk memiliki ego yang keras, sikap yang memaksa orang lain untuk tunduk dibawah kakinya. Merasa sebagai orang yang paling hebat, dan berhak untuk merebut semua yang ia inginkan.

Dia tidak pernah iri dengan kehidupan orang lain, yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan sempurna miliknya. Sampai satu saat dia melihat bagaimana Jung Jeno menjalani kehidupan nya, bagaikan goresan tinta putih dibalik layar yang hitam.

Yang sungguh jika dibandingkan dengan dirinya, Jeno tidak ada apa-apa nya. Tapi gadis itu terlihat tegar dan bahagia dibalik senyuman nya. Sikap berpendirian teguh dan kesempurnaan yang dia perlihatkan dari luar, sukses menikam Haechan dalam dalam.

Jika Haechan selalu sempurna dari sisi manapun, maka Jeno berbeda. Kehidupan gadis itu mungkin akan terlihat sangat sempurna dari kaca depan sehingga bisa membuat orang manapun iri, tanpa melihat sisi belakang kehidupan nya hampir seperti sisi jurang yang terjal.

Jeno terlihat memiliki segalanya dari luar, paras yang cantik, senyuman yang manis, kepintaran tiada tara, dan juga kebaikan hati yang tidak dimilikinya. Oleh karena satu orang yang cacat seperti Jeno, Haechan bisa merasakan hatinya teremas-remas.

Apalagi mengetahui suatu fakta bahwa pria pujaan hatinya, sudah menjadi kekasih dari seseorang yang tidak sesempurna dirinya. Jeno menjadi satu-satunya orang yang mengisi ruang di hati Mark, dan Haechan membenci itu.

Sebagai seorang gadis yang sudah menginjak dua dekade hidupnya, bukan nya Haechan tidak paham dengan hubungan percintaan yang dialami sepasang kekasih, ia jauh dari kata paham setelah mengencani lebih dari sepuluh pria dalam kurun waktu dua tahun.

Dia hanya bermain-main dengan mereka, sebelum akhirnya menginjak kepala mereka hingga tanah. Tidak ada satupun pria yang berhasil mengaetnya meskipun semua pria yang mendekatinya adalah orang-orang kaya.

Mungkin itu adalah salah satu alasan kenapa ia sungguh bersikeras memenangkan hati Mark, dan berjanji memiliki seluruh sisi kehidupan pria itu.

Tanpa tahu bahwa setiap perbuatan yang ia lakukan mengandung hukum tabur tuai, apa yang ia tanam maka itu yang akan dia tuai di masa mendatang.

Jika selama ini dia memandang orang lain cacat dari lensa kacamatanya sendiri, merasa dialah yang paling indah dan benar maka nanti Haechan akan menjadi seseorang yang paling dibenci oleh putrinya sendiri hingga ia menghembuskan nafas terakhir.

Outfits don't define your character, your behavior does. Great achievements are born, not from fancy suits, but from great minds. And great minds do not need suits to feel and look important. Only the shallow look at outfits, but the wise knows to look beyond. Look at the person beyond the outfit.
-Abhijit Naskar-

.
.
.
.
.

Not a really long chapter, but i hope you all enjoy xixixi

Not a really long chapter, but i hope you all enjoy xixixi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
We're Never Meant To Be Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang