Sie geht

137 22 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Hari ini akhirnya datang, sudah berjalan selama empat tahun hubungan keduanya, meski tidak selalu berjalan mulus, keduanya dapat membuktikan kekuatan cinta mereka yang tetap bertahan meskipun berbagai hujan dan badai menghadang.

Anniversary mereka tahun ini pun jauh lebih bermakna karena bertepatan dengan selesainya skripsi kedokteran, itu artinya hanya dalam waktu beberapa saat lagi mereka akan menyandang gelar dokter.

Mark menggenggam tangan sang kekasih, membawanya ke salah satu pantai yang sudah ia reservasi di Busan, untuk sekedar romantic dinner berdua dengan sang pujaan hati.

"Kamu tau apa yang bikin aku bahagia?" Pria itu bertanya begitu sampai di bibir pantai, pandangan nya menatap lurus Jeno yang memercikkan kakinya ke air laut.

"Yang pasti Haechan ngak bikin kamu bahagia" balasan acuh dari Jeno membuat Mark menggelengkan kepalanya pelan, ia masih dapat mendengar rasa cemburu dari vokal merdu sang kekasih.

"Bahagiaku itu cuman kamu, Jung Jeno. Setiap senyuman yang kamu ulas bikin aku ngerasa hidup aku berwarna. Gimana aku bisa hidup tanpa kamu nantinya?"

Jeno tertawa pelan, menarik tangan Mark yang memeluk pinggangnya dari belakang. "Mark Lee tukang gombal, tapi aku cinta mati sama kamu"

"Iyalah, kamu harus cinta sama aku. Perjuangan aku buat dapetin kamu tuh bertahun-tahun. Tapi semuanya kebayar karena sekarang kamu jadi milik aku" balas Mark sambil mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna beludru dari saku jasnya.

Sebuah cincin berwarna perak terlihat dalam indera penglihatan Jeno, gadis itu menutup mulutnya tak percaya. "Jeno, mungkin sekarang ini aku baru bisa kasih yang perak buat kamu, tapi aku harap kamu bisa ngerasain keseriusan aku. I really love you, more than universe know. Selama ini aku tau kamu ngak pernah nutup mata akan cinta aku, hanya karena larangan konyol perbedaan kasta yang misahin kita"

Pria itu berlutut didepan Jeno, tatapan matanya yang tulus membuat Jeno merasa dialah wanita yang paling bahagia di dunia ini. "Kalau kamu belum siap untuk melingkarkan cincin ini di jari kamu, maka aku bakal kasih kalung, untuk melingkarkan cincin itu disana. Jika memang aku harus menunggu, aku akan rela. Apapun untuk kamu, love".

Jeno ikut berlutut didepan sang kekasih, matanya mulai melengkung membentuk kurva sabit yang indah, dan untuk entah berapa kalinya, Mark kembali jatuh cinta.

"Aku terima semua cinta kamu, tapi maaf untuk sekarang aku belom bisa pakai cincin ini di jari aku. Tau kita berdua pacaran aja appa sama kedua orang tau kamu udah berang, gimana kalau mereka tau kamu berusaha serius sama aku?" Pertanyaan bernada sedih itu masih dibarengi senyuman oleh yang lebih muda, gadis itu memeluk tubuh Mark sambil  menepuk punggung sang kekasih beberapa kali.

"Anggap aja aku itu kalung ini, walaupun digantung tapi aku rela kok. Asalkan sama kamu, sampai keujung dunia pun bakal aku cari" balas Mark, ia bersikeras agar Jeno mau menerima cincin pemberian nya.

We're Never Meant To Be Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang